2) Organik
Faktor prakonsepsi
Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos, dll.)
Kelainan kromosom ( X-linked, translokasi, fragile-X) – syndromepolygenic familial.
Ganguan pertumbuhan otak trimester I
• Kelainan kromosom (trisomi,mosaik,dll)
• Infeksi intrauterin,misalnya TORCH,HIV (Human
immunodeficiency virus)
• Zat-zat teratogen (alcohol,radiasi dll)
Faktor Prenatal • Disfungsi plasenta
• Kelainan congenital dari otak (idiopatik).
Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
Infeksi intrauterin, misalnya torch,hiv
Zat-zat teratogen (alcohol, kokain, logam berat,
dll)
Ibu: diabetes militus,pku (phenylketonuria)
Toksemia gravidarum
Disfungsi plasenta
Ibu malnutrisi
Faktor post natal
Trauma berat pada kepala/susunan
saraf pusat
Faktor perinatal Neuro toksin, misalnya logam berat
Sangat premature CVA (Cerebrovascular accident)
Asfiksia neonatorum Anoksia, misalnya tenggelam
Trauma lahir: pendarahan intra cranial Metabolik
Meningitis Gizi buruk
Kelainan metabolik : hipoglikemia, Kelainan hormonal, misalnya
hiperbilirubinemia hipotiroid, pseudohipoparatiroid
Aminoaciduria, misalnya PKU (Phenyl
ketonuria)
Kelainan metabolisme karbohidrat,
galaktosemia, dll
Infeksi
EPIDEMIOLOGI
Retardasi Mental Dengan pendekatan modern yang menggunakan IQ dan perilaku adaptif sebagai
parameter dan populasi yang tidak diseleksi pada prevalensi Retardasi Mental adalah 1 % pada
populasi umum. Prevalensi untuk Retardasi Mnetal ringan 0,37-0,59% sedangkan untuk
Retardasi Mental sedang, berat dan sangat berat adalah 0,3-0,4%. Prevalensi yang tertinggi
terdapat pada anak sekolah karena mereka dihadapkan pada tugas belajar akademik yang
memerlukan kemampuan kognitif. Pada usia dewasa prevalensi menurun karena khsusnya
untuk bekerja dibutuhkan keterlampilan adaptif yang baik Retardasi Mental lebih banyak
terdapat pada laki-laki dibangdingkan dengan perempuan. Menurut survey, yang dilakukan di
Amerika Serikat, terdapat prevalensi gangguan Retardasi Mental dengan gangguan
perkembangan lainnya sekitar 1,58% sedangkan dengan Retardasi Mental saja sekitar 0,78%.
Pasien yang menderita Retardasi Mental sering kali juga menderita gangguan medis lainnya seperti
gangguan neurologis, dan panca indera yang diperkirakan sebesar 15-30%.Dan cacat motorik itu
diperkirakan sebesar 20-30% (Walker WO,2006)
PATOFISIOLOGI
Komplikasi Retardasi Mental Pada
Anak
Paralisis serebral
Gangguan kejang
Masalah- masalah perilaku/psikiatrik
Defisit komunikasi
Konstipasi (akibat penurunan motilitas usus akibat obat- obatan
antikonvulsi, kurang mengosumsi makanan berserat dan cairan)
Kelainan kongenital yang berkaitan seperti malformasi esophagus,
obstruksi usus halus dan defek jantung g.
Disfungsi tiroid
Gangguan sensoris
Masalah- msalah ortopedik, seperti deformitas kaki, scoliosis
Kesulitan makan
TANDA DAN GEJALA
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan
fisik yang merupakan stigmata kongenita, yang kadang-kadang gambaran stigmata
mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan
gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu :
Kelainan pada mata : Kelainan rambut : Distonia :
● Katarak ● Rambut rontok ● Sindrom
● Bintik cherry-merah pada daerah macula ● Rambut cepat memutih hallervorden
● Kornea keruh ● Rambut halus
Kejang : Kepala :
● Kejang umum tonik klonik ● Mikrosefali
● Kejang pada masa neonatal ● Makrosefali
Kelainan pada kulit : Perawakan pendek :
● Bintik-café-au-lait ● Kretin
● Sindrom prader-willi
Gejala tergantung dari
tipe
Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari kelompok ini termasuk dalam
tipe social budaya, dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk
mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan sampai kelas 4-6 SD, juga bias silatih keterampilan
tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada
umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu
didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD saja, tetapai dapat dilatih menguasai suatu
keterampilan tertentu misalnya pertukangan,pertanian dll. Dan apabila bekerja nanti mereka ini perlu
pengawasan.Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri.Kelompok ini juga kurang mampu
menghadapi stress dan kurang dapat mandiri,sehingga memerlukan bimbingan dan pengawasan.
Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini.Diagnosis mudah
ditegakkan secara dini,karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan
keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah tedapat keterlambatan perkembangan
motorik dan bahasa.Kelompok ini termasuk tipe klinik.Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja
dan kemampuan berbicara yang sederhana,tidak dapat dilatih keterampilan kerja,dan
memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik.Diagnosa ini mudah dibuat karena
gejala baik mental dan fisik sangat jelas.Kemampuan berbahasanya sangat minimal.Mereka ini
seluruh hidupnya tergantung pada orang di sekitarnya
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu Logam berat dalam darah
dilakukan pada anak yang menderita Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
retardasi mental,yaitu: Serum asam amino atau asam organik
Kromosom kariotipe Plasma ammonia
EEG (Elektro Ensefalogram) Analisa enzim lisozom pada lekosit atau
CT (Cranial Computed Tomography) biopsy kulit
atau MRI (Magnetic Resonance Urin mukopolisakarida
Imaging) Urin reducing substance’
Titer virus untuk infeksi congenital Urin ketoacid
Serum asam urat (Uric acid serum) Urin asam vanililmandelik
Laktat dan piruvat
Plasma asam lemak rantai sangat
panjang
Serum seng (Zn)
Konsep Bermain Pada Anak
Retardasi Mental
Yang sama terhadap rekreasi dan olahraga seperti anak lainnya. Namun, karena perkembangan anak
yang lebih lambat, orang tua kurang menyadari kebutuhan untuk memenuhi aktivitas tersebut.
Dengan demikian, perawat mengarahkan orang tua untuk memilih permainan dan aktivitas olahraga
yang sesuai. Jenis permainan didasarkan pada usia perkembangan anak, walaupun kebutuhan terhadap
permainan sensorimotorik dapat diperpanjang sampai beberapa tahun.
Orang tua harus menggunakan setiap kesempatan untuk memperkenalkan anak kepada banyak suara,
pandangan, dan sensasi yang berbeda. Permainan yang sesuai meliputi suara musik yang bergerak,
mainan yang diisi, bermain air, menghanyutkan mainan, kursi atau kuda yang dapat bergoyang, bermain
ayunan, bermain lonceng, dan bermain mobil-mobilan. Anak harus dibawa bermain keluar, misalnya
jalan-jalan ke toko makanan atau pusat pembelanjaan; orang lain harus diberi semangat umtuk
berkunjung kerumah; dan anak seharusnya berhubungan langsung, misalnya mendekap, memeluk,
mengayun, berbicara kepada anakdalam posisi menatap wajah (wajah-ke-wajah), dan menaikkan anak
diatas bahu orangtua. Mainan dipilih berdasarkan manfaat rekreasi dan edukasionalnya.
Sebagai contoh, sebuah bola pantai besar yang dapat dikempeskan merupakan mainan air yang baik;yang
mendorong permainan interaktif dan dapat digunakan untuk mempelajari keterampilan motoric, misalnya
keseimbangan, mengayun, menendan, dan melempar. Boneka dengan pakaian yang dapat diganti dan
jenis kancing yang berbeda dapat membantu anak mempelajari keterampilan berpakaian. 24Poltekkes
Kemenkes PadangMainan musical yang dapat meniru suara hewan atau merespon dengan frase sosial
merupakan cara yang sempurna untuk mendorong bicara. Mainan harus dirancang secara sederhana
sehingga anak dapat belajar memainkan mainan tersebut tanpa bantuan. Bagi anak yang mengalami
gangguan kognitif dan fisik berat, tombol elektronik dapt digunakan untuk memungkinkan anak
mengoperasikan mainan tersebut. Aktivitas yang sesuai untuk aktivitas fisik berdasarkan pada ukuran
tubuh, koordinasi, kesegaran jasmani dan maturitas, motivasi, dan kesehatan anak (Wong, 2009).
Konsep Hospitalisasi
Hospitalisasi pada anak merupakan sebuah proses yang dapat menimbulkan tekanan serta berdampak negatif.
Hospitalisasi dapat memberikan penyembuhan dari penyakit, disamping itu hospitalisasi juga dapat mempersiapkan
anak untuk menghadapi stres dan menyesuaikan diri dengan stress serta apa yang berada di lingkungannya, merasa
kompeten dengan koping yang ia miliki. Lingkungan rumah sakit mampu memfasilitasi anak untuk mengenal
pengalaman baru bersosialisasi yang dapat memperluas hubungan interpersonal anak yang lebih luas.
Untuk anak dengan Retardasi Mental, perlu diberikan perhatian khusus, dan sering untuk mengajaknya mengobrol.
Memberikan beberapa mainan seperti boneka untuk meningkatkan suasana hatinya.
Pengobatan Retardasi
Mental Pada Anak