Anda di halaman 1dari 32

RETARDASI MENTAL

Serpina Murib (1851003)


DEFINISI :

 Retardasi Mental (RM) adalah suatu keadaan dimana keadaan dengan


Intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak
lahir atau sejak masa anak-anak). Biasanya terdapat perkembangan
mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah
Intelegensi yang terbelakang.

 Retardasi Mental disebut juga Oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit


dan fren = jiwa) atau Tuna Mental. Keadaan tersebut ditandai dengan
fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata dan disertai
dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri atau
berprilaku adaptif.
KLASIFIKASI RM PADA ANAK :
Menurut (Muhith, 2015), berdasarkan tingkat Intelligence Quotient(IQ)
karakteristik retardasi mental dibedakan menjadi:
a. Retardasi mental ringan (IQ = 50–70, sekitar 85% dari orang yang
terkena retardasi mental)
b. Retardasi mental sedang (IQ = 35-55, sekitar 10% orang yang
terkena retardasi mental)
c. Retardasi mental berat (IQ = 20-40, sebanyak 4% dari orang yangterkena
retardasi mental)
d. Retardasi mental berat sekali (IQ = 20-25, sekitar 1 sampai 2 %dari
orang yang terkena retardasi ment
ETIOLOGI RM PADA ANAK :
Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor
yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT dan
Shonkoff JP dibawah ini :
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental :
1) Non-organik
 Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
 Faktor sosiokultural
 Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
 Penelantaran anak

2) Organik

 Faktor prakonsepsi
 Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos, dll.)
 Kelainan kromosom ( X-linked, translokasi, fragile-X) – syndromepolygenic familial.
Ganguan pertumbuhan otak trimester I
• Kelainan kromosom (trisomi,mosaik,dll)
• Infeksi intrauterin,misalnya TORCH,HIV (Human
immunodeficiency virus)
• Zat-zat teratogen (alcohol,radiasi dll)
Faktor Prenatal • Disfungsi plasenta
• Kelainan congenital dari otak (idiopatik).
 Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
 Infeksi intrauterin, misalnya torch,hiv
 Zat-zat teratogen (alcohol, kokain, logam berat,
dll)
 Ibu: diabetes militus,pku (phenylketonuria)
 Toksemia gravidarum
 Disfungsi plasenta
 Ibu malnutrisi
Faktor post natal
 Trauma berat pada kepala/susunan
saraf pusat
Faktor perinatal  Neuro toksin, misalnya logam berat
 Sangat premature  CVA (Cerebrovascular accident)
 Asfiksia neonatorum  Anoksia, misalnya tenggelam
 Trauma lahir: pendarahan intra cranial  Metabolik
 Meningitis  Gizi buruk
 Kelainan metabolik : hipoglikemia,  Kelainan hormonal, misalnya
hiperbilirubinemia hipotiroid, pseudohipoparatiroid
 Aminoaciduria, misalnya PKU (Phenyl
ketonuria)
 Kelainan metabolisme karbohidrat,
galaktosemia, dll
 Infeksi
EPIDEMIOLOGI
Retardasi Mental Dengan pendekatan modern yang menggunakan IQ dan perilaku adaptif sebagai
parameter dan populasi yang tidak diseleksi pada prevalensi Retardasi Mental adalah 1 % pada
populasi umum. Prevalensi untuk Retardasi Mnetal ringan 0,37-0,59% sedangkan untuk
Retardasi Mental sedang, berat dan sangat berat adalah 0,3-0,4%. Prevalensi yang tertinggi
terdapat pada anak sekolah karena mereka dihadapkan pada tugas belajar akademik yang
memerlukan kemampuan kognitif. Pada usia dewasa prevalensi menurun karena khsusnya
untuk bekerja dibutuhkan keterlampilan adaptif yang baik Retardasi Mental lebih banyak
terdapat pada laki-laki dibangdingkan dengan perempuan. Menurut survey, yang dilakukan di
Amerika Serikat, terdapat prevalensi gangguan Retardasi Mental dengan gangguan
perkembangan lainnya sekitar 1,58% sedangkan dengan Retardasi Mental saja sekitar 0,78%.
Pasien yang menderita Retardasi Mental sering kali juga menderita gangguan medis lainnya seperti
gangguan neurologis, dan panca indera yang diperkirakan sebesar 15-30%.Dan cacat motorik itu
diperkirakan sebesar 20-30% (Walker WO,2006)
PATOFISIOLOGI
Komplikasi Retardasi Mental Pada
Anak

 Paralisis serebral
 Gangguan kejang
 Masalah- masalah perilaku/psikiatrik
 Defisit komunikasi
 Konstipasi (akibat penurunan motilitas usus akibat obat- obatan
antikonvulsi, kurang mengosumsi makanan berserat dan cairan)
 Kelainan kongenital yang berkaitan seperti malformasi esophagus,
obstruksi usus halus dan defek jantung g.
 Disfungsi tiroid
 Gangguan sensoris
 Masalah- msalah ortopedik, seperti deformitas kaki, scoliosis
 Kesulitan makan
TANDA DAN GEJALA

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan
fisik yang merupakan stigmata kongenita, yang kadang-kadang gambaran stigmata
mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan
gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu :
Kelainan pada mata : Kelainan rambut : Distonia :
● Katarak ● Rambut rontok ● Sindrom
● Bintik cherry-merah pada daerah macula ● Rambut cepat memutih hallervorden
● Kornea keruh ● Rambut halus
Kejang : Kepala :
● Kejang umum tonik klonik ● Mikrosefali
● Kejang pada masa neonatal ● Makrosefali
Kelainan pada kulit : Perawakan pendek :
● Bintik-café-au-lait ● Kretin
● Sindrom prader-willi
Gejala tergantung dari
tipe
 Retardasi mental ringan

Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari kelompok ini termasuk dalam
tipe social budaya, dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk
mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan sampai kelas 4-6 SD, juga bias silatih keterampilan
tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada
umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.

 Retardasi mental sedang

Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu
didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD saja, tetapai dapat dilatih menguasai suatu
keterampilan tertentu misalnya pertukangan,pertanian dll. Dan apabila bekerja nanti mereka ini perlu
pengawasan.Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri.Kelompok ini juga kurang mampu
menghadapi stress dan kurang dapat mandiri,sehingga memerlukan bimbingan dan pengawasan.
 Retardasi mental berat

Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini.Diagnosis mudah
ditegakkan secara dini,karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan
keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah tedapat keterlambatan perkembangan
motorik dan bahasa.Kelompok ini termasuk tipe klinik.Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja
dan kemampuan berbicara yang sederhana,tidak dapat dilatih keterampilan kerja,dan
memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.

 Retardasi mental sangat berat

Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik.Diagnosa ini mudah dibuat karena
gejala baik mental dan fisik sangat jelas.Kemampuan berbahasanya sangat minimal.Mereka ini
seluruh hidupnya tergantung pada orang di sekitarnya
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu  Logam berat dalam darah
dilakukan pada anak yang menderita  Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
retardasi mental,yaitu:  Serum asam amino atau asam organik
 Kromosom kariotipe  Plasma ammonia
 EEG (Elektro Ensefalogram)  Analisa enzim lisozom pada lekosit atau
 CT (Cranial Computed Tomography) biopsy kulit
atau MRI (Magnetic Resonance  Urin mukopolisakarida
Imaging)  Urin reducing substance’
 Titer virus untuk infeksi congenital  Urin ketoacid
 Serum asam urat (Uric acid serum)  Urin asam vanililmandelik
 Laktat dan piruvat
 Plasma asam lemak rantai sangat
panjang
 Serum seng (Zn)
Konsep Bermain Pada Anak
Retardasi Mental
Yang sama terhadap rekreasi dan olahraga seperti anak lainnya. Namun, karena perkembangan anak
yang lebih lambat, orang tua kurang menyadari kebutuhan untuk memenuhi aktivitas tersebut.
Dengan demikian, perawat mengarahkan orang tua untuk memilih permainan dan aktivitas olahraga
yang sesuai. Jenis permainan didasarkan pada usia perkembangan anak, walaupun kebutuhan terhadap
permainan sensorimotorik dapat diperpanjang sampai beberapa tahun.
Orang tua harus menggunakan setiap kesempatan untuk memperkenalkan anak kepada banyak suara,
pandangan, dan sensasi yang berbeda. Permainan yang sesuai meliputi suara musik yang bergerak,
mainan yang diisi, bermain air, menghanyutkan mainan, kursi atau kuda yang dapat bergoyang, bermain
ayunan, bermain lonceng, dan bermain mobil-mobilan. Anak harus dibawa bermain keluar, misalnya
jalan-jalan ke toko makanan atau pusat pembelanjaan; orang lain harus diberi semangat umtuk
berkunjung kerumah; dan anak seharusnya berhubungan langsung, misalnya mendekap, memeluk,
mengayun, berbicara kepada anakdalam posisi menatap wajah (wajah-ke-wajah), dan menaikkan anak
diatas bahu orangtua. Mainan dipilih berdasarkan manfaat rekreasi dan edukasionalnya.
Sebagai contoh, sebuah bola pantai besar yang dapat dikempeskan merupakan mainan air yang baik;yang
mendorong permainan interaktif dan dapat digunakan untuk mempelajari keterampilan motoric, misalnya
keseimbangan, mengayun, menendan, dan melempar. Boneka dengan pakaian yang dapat diganti dan
jenis kancing yang berbeda dapat membantu anak mempelajari keterampilan berpakaian. 24Poltekkes
Kemenkes PadangMainan musical yang dapat meniru suara hewan atau merespon dengan frase sosial
merupakan cara yang sempurna untuk mendorong bicara. Mainan harus dirancang secara sederhana
sehingga anak dapat belajar memainkan mainan tersebut tanpa bantuan. Bagi anak yang mengalami
gangguan kognitif dan fisik berat, tombol elektronik dapt digunakan untuk memungkinkan anak
mengoperasikan mainan tersebut. Aktivitas yang sesuai untuk aktivitas fisik berdasarkan pada ukuran
tubuh, koordinasi, kesegaran jasmani dan maturitas, motivasi, dan kesehatan anak (Wong, 2009).
Konsep Hospitalisasi

Hospitalisasi pada anak merupakan sebuah proses yang dapat menimbulkan tekanan serta berdampak negatif.
Hospitalisasi dapat memberikan penyembuhan dari penyakit, disamping itu hospitalisasi juga dapat mempersiapkan
anak untuk menghadapi stres dan menyesuaikan diri dengan stress serta apa yang berada di lingkungannya, merasa
kompeten dengan koping yang ia miliki. Lingkungan rumah sakit mampu memfasilitasi anak untuk mengenal
pengalaman baru bersosialisasi yang dapat memperluas hubungan interpersonal anak yang lebih luas.
Untuk anak dengan Retardasi Mental, perlu diberikan perhatian khusus, dan sering untuk mengajaknya mengobrol.
Memberikan beberapa mainan seperti boneka untuk meningkatkan suasana hatinya.
Pengobatan Retardasi
Mental Pada Anak

Tujuan pengobatan adalah mengembangkan potensi anak semaksimal


mungkin Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus, yang
meliputi pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk membantu anak
berfungsi senormal mungkin (Utaminingsih, 2015). Berikut ini adalah obat-
obatan yang dapat digunakan:
 Obat- obat psikotropika (misalnya: tioridazin, [Mellaril]
haloperidol [Haldol] untuk remaja dengan perilaku yang
membahayakan diri sendiri.
 Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda defisit
perhatian/ hiperaktivitas( misalnya: metilfenidat [Ritalin])
 Antidepresan (misalnya: fluoksetin [Prozac])
 Obat untuk perilaku agresif (misalnya: karbamazepin [Tegretol])
ASUHAN
KEPERAWATA
N RETARDASI
MENTAL PADA
ANAK
Pengkajian
Pengkajian Pengkajian keperawatan anak dengan masalah tumbuh kembang dapat
menggunakan indikator berikut :
 Ditemukan adanya ketidakmampuan atau kesulitan melakukan tugas perkembangan
sesuai dengan kelompok usia dalam tahap pencapaian tumbuh kembang.
 Adanya perubahan pertumbuhan fisik (berat/ tinggi badan) yang tidak sesuai dengan
standar pencapaian tumbuh kembang.
 Adanya perubahan perkembangan saraf yang tidak sesuai dengan tahapan perkembangan,
seperti gangguan motorik, bahasa, dan adaptasi sosial.
 Adanya perubahan perkembangan perilaku, seperti hiperaktif, gangguan belajar dan lain
lain.
 Adanya ketidakmauan atau ketidakmampuan melakukan perawatan diri atau kontrol diri
dalam beraktivitas sesuai dengan usianya.
 Riwayat Kesehatan Anak Masa Lalu Riwayat kesehatan anak masa lalu, berhubungan erat
dengan riwayat kesehatan ibu pada masa sebelum terjadinya kehamilan maupun saat
hamil. Dikarenakan, gizi ibu hamil sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang hami
 Riwayat Parental (Riwayat Kesehatan Ibu) Riwayat Kesehatan Ibu berhubungan erat
dengan terpenuhi atau tidaknya gizi ibu hamil sebelum terjadinya kehamilan maupun
sedang hamil. Menghambat pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, BBLR
mudah terkena infeksi, abortus, dan lain-lain.
 Riwayat Kelahiran Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu sistem yang
teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang
tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.
Masa prenatal yaitu masa antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah
dilahirkan, merupakan masa awal dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh
kembang otak. Trauma kepala akibat persalinan akan berpengaruh besar dan dapat
meninggalkan cacat yang permanen.
 Riwayat Kesehatan Keluarga. Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat menularkan
pada bayinya. Juga faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
 Riwayat Tumbuh Kembang Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi berbagai hal
yang berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik
fisik, mental, dan sosial, juga menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang dan
kemungkinan penanganan yang efektif serta mencegah dan mencari penyebabnya.
 Riwayat Imunisasi Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari penyakit-penyakit tertentu yang
bisa menyebabkan kecacatan dan kematian. Dianjurkan anak sebelum umur 1 tahun sudah mendapat imunisasi
lengkap.
 Pola Kebiasaan Sehari-Hari
 Nutrisi/Gizi Pemberian nutrisi pada anak
 Eliminasi BAB/BAK Anak
 Olahraga dan Rekreasi Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan mulai perkembangan
otot-otot
 Hygiene Personal Hygiene menyangkut cara anak membersihkan diri. Upaya ini dapat dilakukan anak dengan
mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, potong kuku 1 kali seminggu, membersihkan mulut dan gigi 6
 Tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, dan respirasi
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 1. Bantu pasienuntuk
penyesuaian 24 jam maka Gangguan penyesuaian belum mengidentifikasiberbagai perandalam
individu b.d teratasi dengan criteria hasil : kehidupan.
Intelegensi 1. Belum bisa menggunakan strategi koping yang 2. Bantu pasienuntuk
yang rendah. baik. mengidentifikasiperan yang biasadalam
2. Belum bisa mempertahankan produktivitas. keluarga.
3. Bantu pasienuntuk mengidentifikasistrategi
positifuntuk perubahanperan.
2. Hambatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 1. Dorong pasien untukmengungkapkan
interaksi social perasaan yang berhubungan
b.d Gangguan 24 jam maka Hambatan interaksi sosial belum teratasi dengan masalah pribadinya.
proses pikir dengan riteria hasil: 2. Identifity suatuketerampilan sosial tertentu
yang akanmenjadi fokusdari pelatihan.
1. Belum bisa mempertahankan fungsi kognitif. 3. Berikan penkes kepada keluarga untuk
2. Belum bisa mempertahankan keterampilan melatih klien supaya keterampilan
sosialnya semakin berkembang.
bahasanya.
3. Belum bisa mempertahankan keterampilan dalam
pemecahan masalah.
DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
3. Isolasi social b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 1. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,berdasarkan tingkat
Keterlambatan 24 jam maka isolasi sosial belum teratasi dengan fungsifisik, kognitif dan perilaku.
dalam kriteria hasil: 2. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien.
menyelesaikan 1. Belum bisa berkomunikasi dengan orang lain. 3. Batasi pengunjung yang ingin bertemu dengan pasien.
tugas 2. Belum bisa beradaptasi dengan lingkungan  
perkembangan.
1. Kaji factor penyebab gangguan perkembangan anak
4. Resiko Cedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan
2. Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk
diharapkan perkembangan anak: usia anak memfasilitasi perkembangan anak yang optimal
3. Berikan perawatan yang konsisten
pertengahan adekuat, dengan kriteria hasil:
4. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil
1. Anak dapat melakukan aktivitasnya 5. Berikan instruksi berulang dan sederhana
6. Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai
2. Anakan terhindar dari bahaya
anak
7. Dorong anak melakukan perawatan sendiri
8. Manajemen perilaku anak yang sakit
9. Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
10. Ciptakan lingkungan yang aman
DX Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
5. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
tumbuh kembang keperawatan diharapkan 1. Bina hubungan saling percaya
berhubungan perkembangan anak: usia 2. Instruksikan klien mengenal perilaku dan perkembangan
dengan efek anak pertengahan adekuat, dengan cara yang tepat
ketidakmampuan dengan kriteria hasil: 3. Bantu klien memutuskan bagaimana masalah dipecahkan.
1. Bermain berkelompok 4. Bantu klien beradaptasi dengan adanya perubahan peran
2. Mengembangkan 5. Jadwalkan kunjungan terkait dengan perkembangan situasi
persahabatan dan strategi yang tepat
3. Menunjukkan 6. Jadwalkan peninjauan kembali untuk mengevaluasi
kreatifitas keberhasilanatau kebutuhan penguatan
4. Menunjukkan 7. Libatkan keluarga maupun orang orang terdekat klien jika
kemampuan pada memungkinkan
tingkat mampu di 8. Komunikasikan harapan bahwa anak dapat tetap
sekolah mengontrol perilakunya
DX Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
9. Konsultasikan dengan keluarga dalam rangka mendapatkan
informasi mengenai kondisi kognisi dasar anak
10. Atur batasan bersama anak
11. Tahan diri dari mendebat atau melakukan tawar menawar
pada anak untuk
DX Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Bina hubungan saling percaya
5. Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan
2. Instruksikan klien mengenal perilaku
berhubungan diharapkan tingkat kecemasan berkurang, dengan dan perkembangan dengan cara yang tepat
3. Bantu klien memutuskan bagaimana
dengan ancaman kriteria hasil:
masalah dipecahkan
terhadap konsep 1. Mengeluarkan rasa marah secara 4. Bantu klien beradaptasi dengan adanya
perubahan peran
diri berlebihan
5. Jadwalkan kunjungan terkait dengan
2. Rasa takut disampaikan secara lisan perkembangan situasi dan strategi yang
tepat
3. Rasa cemas yang disampaikan secara
6. Jadwalkan peninjauan kembali untuk
lisan mengevaluasi keberhasilanatau kebutuhan
penguatan
DX Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
7. Libatkan keluarga maupun orang orang
Tingkat kecemasan sosial : Setelah
terdekat klien jika memungkinkan
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan 8. Bangun hubungan terapeutik yang didasarkan
pada [rasa] saling percaya dan saling
tingkat kecemasan sosial berkurang, dengan
menghormati
kriteria hasil: 9. Tunjukkan empati, kehangatan, dan ketulusan
10. Tetapkan lama hubungan konseling
1. Persepsi diri yang negatif pada
11. Tetapkan tujuan-tujuan
keterampilan sosial 12. Gunakan teknik refleksi dan klarifikasi untuk
memfasilitasi ekspresi yang menjadi perhatian
2. Persepsi diri yang negatif terhadap
13. .Minta anak untuk mengidentifikasi apa yang
penerimaan oleh orang lain mereka bisa/tidak bisa lakukan terkait
dengan peristiwa yang terjadi
3. Takut berinteraksi dengan orang yang
lebih unggul
4. Memperhatikan tentang penilaian
orang lain setelah pertemuan sosial
Pendidikan Kesehatan Pada Orang Tua

 Memperhatikan perkembangan anak untuk tiap tahap usia

 Dukung keterlibatan orangtua dalam perawatan anak

 Bimbingan antisipasi dan manajemen menghadapi perilaku anak yang sulit

 Informasikan sarana pendidikan yang ada dan kelompok, dll


Peran Perawat untuk Anak dengan Retardasi Mental

Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat


mengakibatkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan,
pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan, dan bersaling pada
tenaga kesehatan yang berwenang maka dapat membantu menurunkan angka kejadian
rfetardasi mental. Demikian pula dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka
lapangan kerja, memberikan pendidikan yang baik, memperbaiki senitasi lingkungan,
meningkatkan gizi keluarga, akan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Dengan adanya
program BKB (Bina Keluarga dan Balita)yang merupakan stimulasi mental dini dan bisa
dikembangkan dan juga deteksi dini, maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak.
Diagnosis ini sangat penting, dengan melakukan skrining sedini mungkin, terutama pada
tahun pertama, maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan
terapi dini hipotiroid, dapat memperkecil kemungkinan retardasi mnetal. Detaksi dan intervensi
dini pada retardasi mental sangat membantu memperkecil retardasi yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai