Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PSIKOSOSIAL

“KETIDAKBERDAYAAN”

Dosen Pengampu :

STASE KEPERAWATAN JIWA

Denny Ricky, S. Kep., Ners, M. Kep, Sp. KMB

Disusun oleh :

Mada Pasalli Saludung (2153014)

Profesi Ners Sec. A

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022


A. DEFINIS KETIDAKBERDAYAAN
Hopeless (ketidakberdayaan) merupakan salah satu diagnose keperawatan NANDA (North
American Nursing Diagnosis Association) pada domain persepsi diri. Diagnose ini sering
dialami oleh pasien-pasien dengan penyakit terminal atau kronik dengan prognosis buruk.
Seorang yang mengalami gangguan pada domain persepsi diri, dimana kesadaran terhadap
diri kurang, rentan mengalami masalah ini. Meskipun begitu, diagnose ini sering terabaikan
padahal jika masalah ini ditangani dengan baik, kualitas hidup pasien mungkin meningkat
secara signifikan. Berdasarkan NANDA, hopeless berarti suatu kondisi subyektif dimana
individu melihat batasan atau tidak ada alternative atau pilihan personal tersedia dan tidak
memobilisasi energy sendiri.
Persepsi individu bahwa tindakannya sendiri tidak akan mempengaruhi hasil secara
bermakna; suatu kurang control terhadap situasi tertentu atau kejadian baru yang dirasakan
(Townsend, 1998). Kondisi ketika individu atau kelompok merasakan kurangnya control
personal terhadap sejumlah kejadian atau situasi tertentu yang mempengaruhi pandangan,
tujuan dan gaya hidup (Capenito, 2009).
Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan
mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan
klien bahwa perilaku atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang
diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehingga
klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yang akan terjadi
(NANDA, 2011). Menurut Wilkinson (2007) ketidakberdayaan merupakan persepsi
seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna, kurang
penggendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja terjadi.
Sedangkan menurut Carpenito-Moyet (2007) ketidakberdayaan merupakan keadaan ketika
seseorang individu atau kelompok merasa kurang kontrol terhadap kejadian atau situasi
tertentu.

B. JENIS-JENIS KETIDAKBERDAYAAN
Stephen (1979) dalam Carpenio (2009) menggambarkan dua jenis ketidakberdayaan, yaitu :
1. Ketidakberdayaan Situasional
Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan mungkin berlangsung
singkat.
2. Ketidakberdayaan Dasar (Trait Powerlessness)
Ketidakberdayaan yang bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan, tujuan, gaya
hidup, dan hubungan.

C. BATASAN KARAKTERISTIK KLIEN DENGAN KETIDAKBERDAYAAN


Menurut NANDA (2011) dan Wilkinson (2007) ketidakberdayaan yang dialami klien dapat
terdiri dari tiga tingkatan antara lain:
1. Rendah
Klien mengungkapakan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi dan bersikap
pasif.
2. Sedang
Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang dapat mengakibatkan ititabilitas,
ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah. Klien tidak melakukan praktik perawatan diri
ketika ditantang. Klien tidak ikut memantau kemajuan pengobatan. Klien menunjukkan
ekspresi ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan aktivitas atau tugas
sebelumnya. Klien menujukkan ekspresi keraguan tentang performa peran.
3. Berat
Klien menunjukkan sikap apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang terjadi dengan
mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program pengobatan dan menyatakan tidak
memiliki kendali (terhadap perawatan diri, situasi, dan hasil). Pada klien NAPZA
biasanya klien cenderung jatuh pada kondisi ketidakberdayaan berat karena tidak
memiliki kendali atas situasi yang memepngaruhinya untuk menggunakan NAPZA atau
ketidakmampuan mempertahankan situasi bebas NAPZA.

D. ETIOLOGI
Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, ketidak adekuatan koping
sebelumnya (seperti : depresi), serta kurangnya kesempatan untuk membuat keputusan
(Carpenito, 2009). Faktor terkait ketidakberdayaan menurut Doenges, Townsend, M, (2008)
yaitu:
1) Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol terhadap terapi.
2) Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan, hubungan yang kasar.
3) Penyakit yang berhubungan dengan rejimen: penyakit kronis atau yang melemahkan
kondisi.
4) Gaya hidup ketidakberdayaan: mengulangi kegagalan dan ketergantungan.

E. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Biologis
a. Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua menderita gangguan
jiwa)
b. Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif) dan Pengalaman
penggunaan zat terlarang
c. Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up, tanggal terakhir
periksa)
d. Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang mengganggu pelaksana
aktivitas harian pasien
e. Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita sampai kejangkejang atau
pernah mengalami riwayat trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal,
temporal dan limbic.
f. Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan ketidakmampuan,
misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal atau AIDS
2. Psikologis
a. Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat tinggal
b. Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai kemampuan komunikasi
verbal yang kurang atau kurang dapat mengekspresikan perasaan terkait dengan
penyakitnya atau kondisi dirinya
c. Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara progresif
menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal atau
AIDS
d. Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah dicapai)
e. Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan kehidupannya yang sekarang
f. Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang terlalu otoriter atau
terlalu melindungi/menyayangi
g. Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama tahap
perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam mengembangkan hobi dan
aktivitas sehari-hari
h. Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun sebagai saksi
i. Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah cemas, rasa takut
akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya
j. Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.
3. Sosial budaya
a. Usia 30-meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan
b. Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai kecenderungan yang sama
untuk mengalami ketidakberdayaan tergantung dari peran yang dijalankan dalam
kehidupannya
c. Pendidikan rendah
d. Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan (misalnya:
pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau orang terdekat yang
berlangsung lebih dari 6 bulan)
e. Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai kontrol (misalnya kontrol
lokus internal).
f. Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan orang lain, tidak mampu
berpartisipasi dalam sosial kemasyarakatan secara aktif, enggan bergaul dan kadang
menghindar dari orang lain
g. Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat
h. Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun secara pasif

F. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi ketidakberdyaan dipengaruhi
oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dimana pasien kurang dapat menerima
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya keluarga dan
masyarakat kurang mendukung atau mengakui keberadaannya yang sekarang terkait dengan
perubahan fisik dan perannya.
Sedangkan durasi stressor terjadi kurang lebih 6 bulan terakhir, dan waktu terjadinya dapat
bersamaan, silih berganti atau hampir bersamaan, dengan jumlah stressor lebih dari satu dan
mempunyai kualitas yang berat. Hal tersebut dapat menstimulasi ketidakberdayaan bahkan
memperberat kondisi ketidakberdayaan yang dialami oleh klien. Faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan faktor presiptasi timbulnya ketidakberdayaan adalah sebagai berikut:
1. Biologis
a. Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu, Program pengobatan
yang terkait dengan penyakitnya (misalnya jangka panjang, sulit dan kompeks)
(proses intoksifikasi dan rehabilitasi).
b. Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
c. Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang menimbulkan kejang atau
trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic
d. Terdapat gangguan sistem endokrin
e. Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
f. Mengalami gangguan tidur atau istirahat
g. Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik dan gender
h. Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan keseimbangan
2. Psikologis
a. Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronik
b. Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan aktivitas sosial yang
berdampak pada keputusasaan.
c. Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari akibat tremor, nyeri, kehilangan pekerjaan.
d. Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena ketidakmampuan melakukan
tanggungjawab peran.
e. Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan orang lain.
3. Sosial budaya
a. Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan atau kehidupannya
yang sekarang.
b. Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga (berada dalam lingkungan
perawatan kesehatan).
c. Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun penyebab yang lain
d. Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan (misalnya:
pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau orang terdekat yang
berlangsung dalam 6 bulan terakhir)
e. Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
f. Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya dan ketidakmampuan
berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat
G. TANDA DAN GEJALA
1. Data Subjektif
a. Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan atau mempengaruhi situasi
b. Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu
c. Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya
d. Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran
e. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri
2. Data Objektif
a. Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan
b. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan
c. Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya
d. Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah, dan rasa bersalah
e. Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan
f. Apatis dan pasif
g. Ekspresi muka murung
h. Bicara dan gerakan lambat
i. Tidur berlebihan
j. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
k. Menghindari orang lain

H. FAKTOR MEKANISME KOPING


1. Konstruktif
a. Menilai pencapaian hidup yang realistis
b. Mempunyai penilaian yang yang nyaman dengan perubahan fisik dan peran yang
dialami akibat penyakitnya
c. Dapat menjalankan tugas perkembangannya sesuai dengan keterbatasan yang terjadi
akibat perubahan status kesehatannya
d. Kreatif: pasien secara kreaktif mencari informasi terkait perubahan status
kesehatannya sehingga dapat beradaptasi secara normal
e. Di tengah keterbatasan akibat perubahan status kesehatan dan peran dalam kehidupan
sehari-hari, pasien amsih tetap produktif menghasilkan sesuatu
f. Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan perubahan status
kesehatan dan peran yang telah dialami
g. Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami perubahan kondisi
kesehatan
2. Destruktif
a. Tidak kreatif/kurang memiliki keinginan dan minat melakukan aktivitas harian (pasif)
b. Perasaan menolak kondisi perubahan fisik dan status kesehatan yang dialami dan
marah-marah dengan situasi tersebut
c. Tidak mampu mengekspresikan perasaan terkait dengan perubahan kondisi
kesehatannya dan menjadi merasa tertekan atau depresi
d. Kurang atau tidak mempunyai hubungan akrab dengan orang lain, kurang minat
dalam interaksi sosial sehingga mengalami menarik diri dan isolasi social
e. Tidak mampu mencari informasi kesehatan dan kurang mampu berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang dapat berakhir pada penyerangan terhadap orang lain
f. Ketergantungan terhadap orang lain (regresi)
g. Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya (represi/supresi).

I. FAKTOR SUMBER KOPING


1. Personal ability
a. Keterampilan pemecahan masalah: kemampuan mencari sumber informasi,
kemampuan mengidentifikasi masalah yang berhubungan ketidakberdayaan, kekuatan
dan factor pendukung serta keberhasilan yang pernah dicapai. Kemampuan
mempertimbangkan alternative aktivitas yang realistik. Kemampuan melaksanakan
rencana kegiatan dan memantau kemajuan dari kondisi pengobatannya
b. Kesehatan secara umum: mempunyai keterbatasan mobilitas yang dapat dikendalikan
oleh pasien.
c. Keterampilan sosial: kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif terutama dalam
pencarian sumber informasi untuk mengatasi ketidakberdayaannya
d. Pengetahuan : Kemampuan memahami perubahan fisik dan peran atau kondisi
kesehatan dan kehidupannya
e. Integritas ego: pasien mempunyai pedoman hidup yang realistis, mengerti arah dan
tujuan hidup yang diinginkan secara matang.
2. Sosial support
a. Kualitas hubungan antara pasien dengan keluarga dan anggota masyarakat di
sekitarnya
b. Kualitas dukungan social yang diberikan keluarga, anggota masyarakat tentang
keberadaan pasien saat ini
c. Komitmen masyarakat dan keluarga dalam menjalankan kegiatan atau perkumpulan
di masyarakat
d. Tinggal di lingkungan keluarga dan masyarakat yang mempunyai norma tidak
bertentangan dengan nilai budaya yang ada.
3. Material Asset
a. Pasien atau keluarga mempunyai penghasilan yang cukup dan stabil untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari
b. Pasien mempunyai fasilitas ansuransi kesehatan, jamkesmas, SKTM atau askes
c. Mempunyai asset keluarga: tabungan, tanah, rumah untuk mengantisipasi kebutuhan
hidup
d. Terdapat pelayanan kesehatan, dan mampu mengakses pelayanan kesehatan yang ada.
4. Positive belief
a. Keyakinan dan nilai: Pasien mempunyai keyakinan bahwa penyakitnya akan dapat
disembuhkan dan menyadari adanya perubahan fisik akibatnya penyakitnya akan
berdampak pada kehidupannya.
b. Motivasi: dengan perubahan gaya hidup yang terjadi klien dapat menjalani hidup
dengan semangat
c. Orientasi terhadap pencegahan: pasien berfikir bahwa lebih baik mencegah daripada
mengobati.

f. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Tujuan Umum :
Pasien mampu mengambil keputusan yang efektif untuk mengendalikan situasi
kehidupannya
Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya
c. Klien dapat memodifikai pola kognitif yang negative
d. Klien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan
perawatannya sendiri
e. Termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis
Intervensi Keperawatan
SP 1 : Pasien mampu berpartisipasi dalam memutuskan perawatan dirinya
1. Mendiskusikan penyebab ketidakberdayaan
2. Mendiskusikan cara mengatasi ketidakberdayaan
3. Beri kesempatan pasien untuk bertanggung jawab terhadap perawatan dirinya
4. Beri kesempatan menetapkan tujuan perawatan dirinya (mis: pasien memilih apakah mau
mandi, sikat gigi atau gunting kuku
5. Beri kesempatan untuk menetapkan aktifitas perawatan diri untuk mencapai tujuan (jika
pasien memilih mandi, bantu pasien untuk menetapkan aktifitas untuk mandi ( Bawa
sabun mandi, handuk, pakaian bersih dll)
6. Ajarkan cara melakukan aktifitas yang telah ditetapkan
7. Jadwalkan kegiatan cara berkenalan dengan satu orang
SP 2 : Pasien mampu melakukan kegiatan dalam menyelesaikan masalahnya
1. Evaluasi jadwal
2. Mempraktekkan cara melakukan aktifitas perawatan diri yang telah ditentukan
3. Bantu pasien untuk melakukan aktifitas yang telah ditetapkan
4. Berikan pujian jika pasien dapat melakukan kegiatannya
5. Tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya
6. Sepakati jadwal pelaksanaan kegiatan tsb secara teratur
SP Keluarga : Keluarga mampu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien dan
membantu pasien mengoptimalkan kemampuannya
1. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang pernah dimiliki pasien
2. Bersama keluarga memilih kemampuan yang bisa dilakukan pasien saat ini
3. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan yang masih dimiliki
pasien
4. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang
dimiliki
5. Anjurkan keluarga memberikan pujian jika pasien melakukan kegiatan sesuai dengan
jadual kegiatan yang sudah dibuat
6. Jelaskan pada keluarga tentang obat-obatan anti depresan, antipsikotik dan anti anxietas
dengan :
a. Ajarkan prinsip enam benar minum obat ( Benar obatnya, pasien, cara, dosis, waktu
dan dokumentasinya)
b. Jelaskan pentingnyapenggunaan obat pada lansia dengan ketidakberdayaan (depresi)
c. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
d. Jelaskan efek samping obat dan hal-hal untuk menghindari efek samping obat
e. Jelaskan cara mendapatkan obat atau berobat
INTERVENSI SPESIALIS :
Intervensi Spesialis
a. Terapi Individu dapat dilakukan : Terapi kognitif
b. Terapi Keluarga : Terapi komunikasi, family psikoedukasi
c. Terapi Kelompok : Supportif terapi
d. Terapi Komunitas : Multisistemik terapi
DAFTAR PUSTAKA
Fitriani, D.R., Damaiyanti, M. Modul Keperawatan Jiwa. (https://laboratorium.umkt.ac.id/wp-
content/uploads/2020/12/Modul-Keperawatan-Jiwa-I.pdf)
Kartono R. Ketidakberdayaan (Powerlessness) Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) Di Kota
Malang. Sosio Konsepsia. 2017 May 17;16(3):295-313.
Pardede, J. Amidos. 2020. Konsep Ketidakberdayaan.
(https://www.researchgate.net/publication/346820101_Konsep_Ketidakberdayaan?
enrichId=rgreq-c05d2e835ed481b146f76219a0ed4618-
XXX&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzM0NjgyMDEwMTtBUzo5Njg2OTg5NjE2MTI4MDd
AMTYwNzk2NzIzODU4Nw%3D%3D&el=1_x_2&_esc=publicationCoverPdf)
Satrianto, Anang. 2017. Asuhan Keperawatan Psikososial “Ketidakberdayaan”. Progrma Studi
S1 Keperawatan Banyuwangi. (https://id.scribd.com/presentation/358168917/Askep-Psikososial-
Ketidakberdayaan-2017)

Anda mungkin juga menyukai