Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KETIDAKBERDAYAAN

DWIGUNA BUDIAKUSUMAH
4006200030

PROGRAM PROFESI NERS 2020/2021


PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
2021
KETIDAKBERDAYAAN
I. Ketidakberdayaan
a. Definisi
Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau
tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan atau
tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehingga klien sulit
mengendalikan situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yang akan terjadi
(NANDA, 2011). Menurut Wilkinson (2007) ketidakberdayaan merupakan persepsi
seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna, kurang
penggendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja terjadi.
Sedangkan menurut Carpenito-Moyet (2007) ketidakberdayaan merupakan keadaan
ketika seseorang individu atau kelompok merasa kurang kontrol terhadap kejadian atau
situasi tertentu.

b. Tanda dan gejala


Data subjektif
1. Mengatakan ketidakmampuan mengendalikan situasi
2. Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu
3. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri

Data objektif
1. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan
2. Segan mengekspresikan perasaan sebelumnya
3. Apatis, pasif
4. Eksperesi murung
5. Bicara lambat
6. Menghindari orang lain
7. Nafsu makan berkuran

c. Tingkatan
1. Rendah
Klien mengungkapakan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi dan
bersikap pasif.
2. Sedang
Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang dapat mengakibatkan
ititabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah. Klien tidak melakukan praktik
perawatan diri ketika ditantang. Klien tidak ikut memantau kemajuan pengobatan.
Klien menunjukkan ekspresi ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan
aktivitas atau tugas sebelumnya. Klien menujukkan ekspresi keraguan tentang
performa peran.
3. Berat
Klien menunjukkan sikap apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang terjadi
dengan mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program pengobatan dan
menyatakan tidak memiliki kendali (terhadap perawatan diri, situasi, dan hasil).
Pada klien NAPZA biasanya klien cenderung jatuh pada kondisi ketidakberdayaan
berat karena tidak memiliki kendali atas situasi yang memepngaruhinya untuk
menggunakan NAPZA atau ketidakmampuan mempertahankan situasi bebas
NAPZA.

d. Rentang respon
Adaptif Maladaptif

Harapan Kesempatan ketidakpastian Bahaya Tidak Putus asa


berdaya
Rentang respon adaptif dan maladaptif meliputi:
1. Harapan
Harapan akan mempngaruhi respons psikologis terhadap penyakit fisik.
Kurangnya harapan dapat meningkatkan stres dan berakhir dengan penggunaan
mekanisme koping yang tidak adekuat. Pada beberapa kasus, koping yang tidak
adekuat dapat menimbulkan masalah kesehatan jiwa.
2. Ketidakpastian
Ketidakpastian adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu memahami
kejadian yang terjadi. Hal ini akan mempengaruhi kemmapuan individu
mengkaji situasi dan memperkirakan upaya yang akan dilakukan. Ketidakpastian
menjadi berbahaya jika disertai rasa pesimis dan putus asa.
3. Putus asa
Putus asa ditandai dengan perilaku pasif, perasaan sedih dan harapan hampa, kondisi ini
dapat membawa klien dalam upaya bunuh diri.

e. Faktor predisposisi
1. Biologis :
a) Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua menderita gangguan
jiwa)
b) Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif) dan Pengalaman
penggunaan zat terlarang
c) Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up, tanggal terakhir
periksa
d) Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang mengganggu pelaksana
aktivitas harian pasien
e) Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita sampai kejang-kejang atau
pernah mengalami riwayat trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal,
temporal dan limbic.
f) Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan ketidakmampuan,
misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal atau AIDS
2. Psikologis :
a) Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat tinggal
b) Ketidakmampuan mengambil keputusan dan mempunyai kemampuan komunikasi
verbal yang kurang atau kurang dapat mengekspresikan perasaan terkait dengan
penyakitnya atau kondisi dirinya
c) Ketidakmampuan Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara
progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal
atau AIDS
d) Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah dicapai)
e) Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan kehidupannya yang sekarang
f) Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang terlalu otoriter atau
terlalu melindungi/menyayangi
g) Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama tahap
perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam mengembangkan hobi dan
aktivitas sehari-hari
h) Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun sebagai saksi
i) Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah cemas, rasa takut
akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya
j) Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.
3. Sosial budaya
a) Usia 30 meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan
b) Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai kecenderungan yang sama
untuk mengalami ketidakberdayaan tergantung dari peran yang dijalankan dalam
kehidupannya
c) Pendidikan rendah
d) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan (misalnya:
pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau orang terdekat yang
berlangsung lebih dari 6 bulan)
e) Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai kontrol (misalnya kontrol
lokus internal)
f) Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan orang lain, tidak mampu
berpartisipasi dalam sosial kemasyarakatan secara aktif, enggan bergaul dan kadang
menghindar dari orang lain
g) Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat
h) Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun pasif

f. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi ketidakberdyaan dipengaruhi
oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dimana pasien kurang dapat menerima
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya keluarga dan
masyarakat kurang mendukung atau mengakui keberadaannya yang sekarang terkait dengan
perubahan fisik dan perannya. Sedangkan durasi stressor terjadi kurang lebih 6 bulan
terakhir, dan waktu terjadinya dapat bersamaan, silih berganti atau hampir bersamaan,
dengan jumlah stressor lebih dari satu dan mempunyai kualitas yang berat. Hal tersebut
dapat menstimulasi ketidakberdayaan bahkan memperberat kondisi ketidakberdayaan yang
dialami oleh klien.
Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan faktor presiptasi timbulnya ketidakberdayaan
adalah sebagai berikut :
1. Biologis
a) Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu, Program pengobatan
yang terkait dengan penyakitnya (misalnya jangka panjang, sulit dan kompeks) (proses
intoksifikasi dan rehabilitasi).
b) Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
c) Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang menimbulkan kejang atau
trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic
d) Terdapat gangguan sistem endokrin
e) Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau 6; Mengalami gangguan
tidur atau istirahat
f) Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik dan gender
g) Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan keseimbangan
2. Psikologis :
a) Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
b) Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan aktivitas sosial yang
berdampak pada keputusasaan.
c) Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari akibat tremor, nyeri, kehilangan pekerjaan.
d) Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena ketidakmampuan melakukan
tanggungjawab peran.
e) Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan orang lain.
3. Sosial budaya :
a) Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan atau kehidupannya
yang sekarang.
b) Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga (berada dalam lingkungan
perawatan kesehatan).
c) Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun penyebab yang lain
d) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan (misalnya:
pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau orang terdekat yang
berlangsung dalam 6 bulan terakhir
e) Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
f) Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya dan ketidakmampuan
berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat

II. Proses terjadinya masalah


Diawali dari disfungsi proses berduka lalu tidak mendapatkan umpan balik yang positif dan
berada di umpan balik negatif yang konsisten terjadi ketidakberdayaan.

III. Data focus pengkajian


Data focus pengkajian pada pasien ketidakberdayaan adalah pada psikososial: tentang
hubungan sosial.

IV. Masalah Keperawatan


Ketidakberdayaan

V. Analisa data
Data Masalah
DS: Ketidakberdayaan
1. Mengatakan ketidakmampuan
mengendalikan situasi
2. Mengatakan tidak dapat menghasilkan
sesuatu
3. Mengatakan ketidakmampuan perawatan
diri

DO:
1. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan saat diberikan kesempatan
2. Segan mengekspresikan perasaan
sebelumnya
3. Apatis, pasif
4. Eksperesi murung
5. Bicara lambat
6. Menghindari orang lain
7. Nafsu makan berkurang

VI. Diagnosa keperawatan


Ketidakberdayaan
VII. Rencana tindakan keperawatan
Diagnosa kep Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Ketidakberdayaan Pasien mampu: Setelah…x 1. Bantu pasien 1. Mengidentifikasi
1. Bina pertemuan untuk situasi/hal-hal yang
hubungan saling pasien dapat: mengidentifikasi berpotensi dapat
percaya 1. Membina factor-faktor yang dikendalikan dan
2. Mengenali hubungan saling dapat berpengaruh dapat digunakan
dan percaya pada sebagai sumber
mengekspresikan 2. Mengenali ketidakberdayaan kekuatan/power
emosinya dan (mis pekerjaan, bagi klien.
mengekspresikan tanggung jawab
emosinya pribadi)
3. Memodifikasi
2. Memberikan
pola kognitiif 2. Diskusikan
kesempatan pada
yang negatif dengan pasien
klien untuk
4. Berpartisipasi pilihan yang
berperan dalam
dalam realistis dalam
proses perawatan,
pengambilan perawatan,
termasuk untuk
keputusan yang berikan penjelasan
meningkatkan
berkenaan untuk pilihan
pemikiran positif
dengan tersebut.
klien, dan
perawatan pasien
meningkatkan
5. Termotivasi
tanggung jawab
untuk aktif
klien.
mencapai tujuan 3. Libatkan pasien
3. Pelibatan klien
realistis. dalam pembuatan
dalam proses
keputusan tentang
pembuatan
rutinitas
keputusan, mampu
perawatan/rencan
meningkatkan rasa
a terapi
percaya diri.
4. Jelaskan alasan
4. Meningkatkan
setiap perubahan
kemampuan
perencanaan
berpikir positif
perawatan kepada
terhadap proses
pasien (jelaskan perawatan yang
semua prosedur, sedang dijalani
peraturan dan oleh klien,
pilihan untuk pelibatan klien
pasien, berikan dalam setiap
pengambilan
waktu untuk keputusan menjadi
menjawab hal penting.
pertanyaan dan
minta individu
untuk menuliskan
pertanyaan
sehingga tidak
terlupakan)
5. Bantu pasien
mengidentifikasi 5. Pada pasien
faktor pendukung, dengan
kekuatankekuatan ketidakberdayaan
diri (misalnya dibutuhkan faktor
kekuatan baik itu pendukung yang
berasal dari diri mampu
sendiri, keluarga, mensupport pasien,
orang terdekat, dari dalam sendiri
atau teman). dapat berupa
penguatan nilai-
nilai spiritual, Jika
dalam proses
perawatan
kekuatan lain tidak
adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis. Ed.9. Jakarta: EGC.
Keliat,B.A.danAkemat.2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Akitivitas Kelompok. Jakarta: EGC.
Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai