Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PRAKTIK KEPERAWATAN JIWA

STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN JIWA

OLEH :

NI PUTU SUGIARTINI
P07120018098

KELAS: 3.3

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
KEHILANGAN DAN BERDUKA

A. Proses Keperawatan

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. R

Umur : 50 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Agama : Hindu

Suku Bangsa : Indonesia

Alamat : Sesetan, Denpasar

2. Kondisi Pasien

Pasien berinisial Ny. R berusia 50 tahun berjenis kelamin perempuan dan sudah menikah,
dengan keluhan kehilangan dan berduka. Pasien tampak murung dan menyendiri serta selalu
menangis. Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah tidak berguna lagi, dan pasien tidak mau
berinteraksi dengan orang lain.

Data Subjektif

- Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah tidak berguna lagi


- Pasien mengatakan tidak mau berinteraksi dengan orang lain

Data Objektif

- Pasien tampak murung


- Pasien selalu menyendiri
- Pasien sering menangis
3. Diagnosa Keperawatan

Kehilangan dan berduka

Rencana Keperawatan:

a) Mengajak pasien untuk mengobrol untuk mengurangi rasa sedihnya


b) Mengajarkan pasien untuk bisa berinteraksi dengan orang lain

4. Tujuan

a) Membina hubungan saling percaya


b) Membantu pasien agar melupakan kesedihannya

SP : Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Fase Orientasi

Salam Terapeutik

N: “Selamat pagi Bu, perkenalkan nama saya Sugiartini, ibu bisa memanggil saya ners Tini, saya
perawat yang bertugas pagi ini dari pukul 08.00-14.00 dan saya yang akan merawat ibu
selama ibu disini, boleh saya tau nama ibu siapa? Dan ibu senangnya dipanggil siapa?

P: “Pagi ners, nama saya Ratna sukma, saya biasa dipanggil Bu Ratna”

Evaluasi dan Validasi

N: “Baik Ibu, senang bisa berkenalan dengan Ibu. Bagaimana perasaan Ibu Ratna hari ini?”

P : “Saya merasa sedih ners,sangat sangat sedih”

N : “Baiklah Ibu, saya mengerti perasaan yang Ibu alami sekarang, maukah Ibu berdiskusi
dengan saya tentang pengalaman Ibu dan keluarga Ibu?

P : “Iya saya bersedia ners”


N : “Ibu mau kita berbincang-bincang dimana?

P : “Disini saja ners”

N : “Baiklah Bu, kita berdiskusi disini saja, bagaimana kalau kita berdiskusi 15 menit saja Bu?

P : “Iya saya setuju ners”

Fase Kerja

N : “Bagaimana perasaan Ibu saat ini?”

P : “Saya merasa benar-benar sedih ners, dan saya sangat merasa tidak berguna sekarang”

N : “Mengapa Ibu merasa seperti itu?”

P : “Suami saya telah pergi meninggalkan saya, ini semua gara-gara saya, kenapa Tuhan sangat
tidak adil kepada keluarga saya”

N : “Saya mengerti perasaan Ibu saat ini kalau Ibu sangat merindukan kehadiran suami Ibu,
tetapi Ibu harus mencoba mengikhlaskan semuanya karena semua ini sudah jalan Tuhan dan
saya yakin Ibu pasti akan tetap kuat dan selalu semangat”

P : “Tapi sangat susah ners, saya tidak percaya ini semua terjadi pada keluarga saya, saya sangat
merasa ini tidak adil”

N : “Ibu boleh saja terus menangis untuk meluapkan semua kesedihan ibu tetapi jika menangis
terus atau bersedih terlalu lama ibu tidak merasa lelah?”

P : “Sebenarnya saya merasa lelah ners, sudah dari 1 minggu yang lalu saya seperti ini”

N : “Nah jika ibu merasa lelah cobalah ibu untuk menerima semua kenyataan yang ada kalau
suami ibu sudah tiada, apakah ibu ingin tau bagaimana cara meredakan kesedihan ibu
sehingga ibu merasa lebih tenang?”

P : “Saya tidak tau bagaimana caranya ners”

N : “Baiklah, jika ibu tidak tau bagaimana caranya,, maukah ibu menerima saran dari saya?”

P : “Iya saya mau ners”

N : “Begini, jika ibu merasa sangat sedih dan menangis ibu tidak terkontrol ibu bisa menarik
napas dalam agar ibu bisa lebih tenang lagi, ibu bisa lansung ikuti instruksi saya ya bu, jadi
begini:
 Cobalah Ibu untuk tenang dan santai
 Duduk atau berdiri, menegakkan punggung, dan sedikit mengangkat dagu.
 Di awal-awal latihan letakkan telapak tangan kiri di perut dan tangan kanan sedikit
di bawah diafragma
 Tarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan sampai ke perut, rasakan tangan
kiri terangkat seolah-olah perut mengembang seperti balon
 Tahan nafas selama 3 detik
 Lalu hembuskan secara perlahan melalui hidung, rasakan seolah-olah jari-jari
tangan terlipat satu sama lain karena dada dan lambung membentuk sebuah celah.
P : “Iya ners”
N : “Wah bagus sekali ibu jadi cara ini ibu bisa digunakan jika ibu merasa sangat sedih dan
menangis ibu tidak terkontrol, apakah ibu mengerti ?”
P : “Iya ners, saya mengerti”
N : “Baik Ibu, orang terdekat ibu siapa ya?”
P : “Suami saya”
N : “Tetapi suami ibu sudah tiada selain suami ibu siapa ya?”
P : “Tidak ada ners”
N : “Apakah ibu tidak merasakan kesepian?”
P : “Sebenarnya saya sangat merasa kesepian ners”
N : “Baik jika seperti itu, apakah ibu tidak ingin mengobrol dengan teman-teman disini ataupun
perawat-perawat yang ada disini?”
P : “Saya tidak mau ners”
N : “Mengapa Ibu tidak mau?”
P : “Saya malas ners, saya masih sangat merasa sedih”
N : “Apakah ibu merasa nyaman jika terus-terusan menyendiri dan selalu merasa sedih?”
P : “Sebenarnya saya tidak nyaman ners”
N : “Nah jika tidak nyaman mengapa ibu tidak mencoba untuk mengobrol bersama mereka?”
P : “Saya merasa malas, saya masih ingin sendiri”
N : “Jika ibu tetap seperti ini apakah ibu tau akan berakibat seperti apa?”
P : “Tidak tau”
N : “Begini ibu jika ibu terus mengurung diri disini tanpa berkomunikasi dengan orang lain ibu
akan hanyut dengan kesedihan ibu tetapi jika ibu bisa mengobrol dengan orang lain ibu bisa
melupakan semua permasalahan ibu dan ibu akan merasa lebih bersemangat”
P : “Oh jadi seperti itu ya”
N : “Apakah ibu ingin mengetahui cara mengobrol bersama teman-teman dan perawat yang ada
disini?”
P : “Iya ners, semenjak suami saya meninggal, saya tidak pernah lagi berbicara dengan siapa
pun”
N : “Begini ibu jika ibu ingin mengobrol dengan orang lain yang ada disini ibu bisa mengajak
mereka berkenalan, apakah ibu tau bagaimana cara berkenalan?”
P : “Saya tau ners”
N : “Ibu bisa langsung praktikan bersama saya ya, jadi ibu cobalah tersenyum kepada mereka
lalu berjabat tangan dan sebutkan nama ibu lalu tanya nama mereka, apakah ibu mengerti?
P : “Iya saya mengerti ners”
N : “Nah bagus sekali bu, apakah ibu bersedia untuk mempraktekannya dengan saya terlebih
dahulu?”
P : “Bersedia ners” (sambil mempraktekkannya)
N : “Iya bagus sekali bu, begitulah caranya bu, tidak terasa kita sudah berdiskusi

Tahap Terminasi
a. Evaluasi

N : “Bagaimana perasaan ibu setelah kita berdiskusi kurang lebih selama 15 menit?”
P : “Saya merasa lebih tenang ners, karena masih ada seseorang yang peduli terhadap saya”
N : “Baik ibu, bisakah ibu menceritakan kembali lagi apa saja yang sudah kita diskusikan tadi?”
P : “Kita berdiskusi tentang suami saya yang telah pergi, saya akan lebih semangat untuk
menjalani hidup, mungkin ini sudah menjadi takdir saya dan saya akan mencoba untuk
ikhlas ners”
N : “Bagus sekali ibu, jadi jika ibu terus mengingat masa lalu ibu cobalah ibu untuk menerima
semua kenyataan karena ini sudah diatur oleh tuhan dan jika ibu susah mengontrol saat
menangis ibu bisa menenangkan diri dengan cara tarik napas dalam yang sudah saya ajarkan
ya bu?
P : “Iya ners saya mengerti, dan juga saya akan mencoba untuk berkenalan dan mencari teman
baru”
N : “Wah Ibu bagus sekali Ibu jika Ibu mau melakukannya”
P : “Iya ners, terimakasih sudah membantu saya”

b. Tindak lanjut
N : “Baik Ibu sama-sama. Dan ini ada buku kegiatan untuk ibu. Bagaimana kalau kegiatan
teknik rileksasi ibu masukkan kedalam jadwal kegiatan ibu? Dan juga cara berkenalan tadi
juga dimasukkan kejadwal kegiatan. Apakah Ibu setuju?”
P : “Iya ners saya Setuju”

Kontrak yang akan datang


N : “Sudah 15 menit ya Bu kita berbincang-bincang. Untuk kegiatannya saya cukupkan sampai
disini ya Bu, besok saya akan kesini lagi, dan kita akan membahas tentang keuntungan
berhubungan social dan kerugian menarik diri. Apakah Ibu bersedia?
P : “Iya ners saya bersedia”
N : “Untuk jamnya Ibu mau jam berapa?”
P : “Jam 10 pagi bagaimana ners?”
N : “Baik Ibu, lalu untuk tempatnya Ibu mau dimana?”
P : “Ditaman saja ners”
N : “Baik Ibu, kita bertemu lagi besok jam 10 pagi ditaman ya Bu”
P : “Baik ners”
N : “Kalau begitu saya permisi dulu ya Bu”
P : “Iya ners, terimakasih sudah membantu saya”
N : “Baik Ibu sama-sama”

Anda mungkin juga menyukai