Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN GERONTIK

PELAYANAN LANSIA DENGAN NURSING HOME DAN HOME CARE

Oleh :
D-III KEPERAWATAN TINGKAT 3.3
SEMESTER V

Nama Kelompok : Putu Milla Novelly Rezavenia (P07120018104)


Made Yudi Arnaya (P07120018106)
Ni Putu Yunik Dewanti (P07120018107)
Ni Made Pradnya Putri (P07120018109)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Ilahi Robbi atas segala nikmat dan
karunia-nya, kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah dengan judul “ Pelayanan
Lansia Dengan Nursing Home Dan Home Care”. Kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat konstruktif dari semua pihak demi perbaikan dan penambahan wawasan kami di
masa yang akan datang.
Demikian akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
khususnya bagi pembaca pada umumnya, terima kasih.

Denpasar, Agustus 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Home Care Nursing Pada Lansia………………………...3


2.2 Tujuan Nursing Home Care/Home Care Pada Lansia…………….3
2.3 Sasaran Home Care Lansia………………………………………..6
2.4 Komponen Perawatan Kesehatan Lansia Di Rumah……………...6
2.5 Kontrak Dalam Perawatan Kesehatan Rumah.................................7
2.6 Standar Praktek Keperawatan Kesehatan Rumah…………………8
2.7 Program/Kegiatan………………………………………………….9
2.8 Analisis Pelaksanaan Program Home Care Lansia………………..13

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan…………………………………………………………..14
3.2 Saran………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan IPTEK dan teknologi medis di era globalisasi
ini, berdampak pada sistem pelayanan kesehatan dan praktek keperawatan di
Indonesia kini. Tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan juga
semakin meningkat dan berubah dari konsep perawatan dan pengobatan di rumah
sakit/klinik menjadi kebutuhan perawatan di rumah, khususnya bagi
klien/keluarga dengan penyakit terminal. Disamping itu, penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan, seperti perbaikan gizi, perilaku
sehat, tersedianya bermacam jenis obat, peningkatan kualitas pengobatan dan
perawatan berbagai penyakit akibat proses penuaan memungkinkan seseorang
dapat menikmati usia lanjut sehingga usia harapan hidup manusia juga meningkat.
Terjadinya booming pada populasi lansia di abad ke-21 ini merupakan salah satu
issue penting bagi dunia, baik di negara maju dan negara yang sedang
berkembang (Ebersole & Hess, 1998; Reimer, 1998). Di Indonesia terjadi
peningkatan umur harapan hidup lansia dari usia 58 tahun pada tahun 1986
menjadi usia 65 tahun pada tahun 1995 (Depkes, 2003) dan terjadi peningkatan
populasi lanjut usia secara signifikan, yaitu 3,96 % setiap tahunnya dan
diperkirakan dapat mencapai angka 22.277.700 jiwa pada tahun 2000 (Boedhi-
Darmojo & Martono, 1999).
Peningkatan usia harapan hidup yang diiringi dengan penurunan angka
kelahiran dan kematian mengakibatkan komposisi penduduk Indonesia mengarah
ke penduduk berstruktur tua artinya jumlah lanjut usia semakin meningkat.
Meningkatnya jumlah lanjut usia, di satu sisi dapat dipandang sebagai asset
nasional, namun di sisi lain dapat dipandang sebagai problematika sosial yang
memerlukan perhatian khusus. Hal ini disebabkan oleh adanya siklus kehidupan
manusia yang terus menerus mengalami proses penuaan secara biologis dalam
kehidupannya. Kondisi tersebut menimbulkan berbagai masalah, yaitu
menurunnya kemampuan fisik dan mental, keterbatasan berinteraksi social dan
menurunnya produktifitas kerja. Permasalahan lainnya adalah rasio
ketergantungan antara penduduk tua dengan penduduk usia produktif semakin
meningkat, lanjut usia mengalami masalah kesehatan yang signifikan,

1
meningkatnya jumlah lanjut usia terlantar bahkan yang lebih memprihatinkan
adanya kasus lanjut usia menjadi korban tindak kekerasan (Ebersole & Hess,
1998; Reimer, 1998).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia. Salah satu diantaranya adalah
Program Home Care (Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia di Rumah/
Lingkungan Keluarga).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi home care nursing pada lansia ?
2. Apa tujuan nursing home/ home care pada lansia ?
3. Siapa sasaran home care gerontik ?
4. Siapa saja yang termasuk komponen perawatan kesehatan lansia di
rumah ?
5. Bagaimana kontrak keperawatan di rumah ?
6. Standar apa saja yang digunakan dalam praktek keperawatan di rumah ?
7. Apa saja program atau kegiatan yang dilakukan dalam nursing home care
pada lansia ?
8. Bagaimana analisis pelaksanaan home care pada lansia ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi home care nursing pada lansia
2. Untuk mengetahui tujuan nursing home/ home care pada lansia
3. Untuk mengetahui siapa saja sasaran home care gerontik
4. Untuk mengetahui siapa saja yang termasuk komponen perawatan
kesehatan lansia di rumah
5. Untuk mengetahui bagaimana kontrak keperawatan di rumah
6. Untuk mengetahui standar apa saja yang digunakan dalam praktek
keperawatan di rumah
7. Untuk mengetahui apa saja program atau kegiatan yang dilakukan dalam
nursing home care pada lansia
8. Untuk mengetahui bagaimana analisis pelaksanaan home care pada lansia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Home Care Nursing Pada Lansia


Bentuk pelayanan Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia di rumah (Home
Care) sangat tepat untuk diterapkan dalam masyarakat Indonesia yang masih
berpegang pada nilai-nilai budaya timur, sebagai wujud perhatian terhadap lanjut usia
dengan mengutamakan peran masyarakat berbasis keluarga. Pelayanan lanjut usia di
rumah (home care) sangat membantu lanjut usia yang mempunyai hambatan fisik,
mental dan sosial, termasuk memberikan dukungan dan pelayanan untuk hidup
mandiri, sehingga mengurangi beban baik dari anggota keluarga, teman, kerabat
maupun tetangga yang membantu memenuhi kebutuhan lanjut usia.
Home care bagi lansia merupakan salah satu unsur pelayanan kesehatan secara
luas yang ditujukan untuk kesehatan perorangan atau kesehatan keluarga di tempat
tinggal mereka untuk tujuan promotif, rehabilitatif, kuratif, asesmen dan
mempertahankan kemampuan individu untuk mandiri secara optimal selama
mungkin. Sedikitnya terdapat empat kelompok penderita yang dapat secara efektif
dan efisien dilakukannya home care yaitu penyakit kronik multisistem, kondisi
terminal pada keganasan, kondisi kronik pada lansia dan demensia. Tentunya potensi-
potensi setempat perlu dilibatkan seperti pihak keluarga, masyarakat, dokter keluarga,
perawat keluarga, asuransi kesehatan, dan yayasan atau lembaga swadaya masyarakat
yang bergerak di bidang kesehatan untuk diajak menjalin kerjasama dalam berbagai
beban seefektif mungkin (Walsh & Wieck, 1987).

2.2. Tujuan Nursing Home Care/Home Care Pada Lansia


Pendirian home care secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
usia lanjut, sedang rehabilitatif yaitu pencegahan sekunder dan tertier yaitu
pengobatan kronik penderita keganasan/penyakit lainnya serta menghambat laju
penyakit dan menghambat timbulnya keterbatasan-keterbatasan (disability) sehingga
penderita dapat mempertahankan otonominya selama mungkin. Secara khusus, tujuan
yang diharapkan dari Pendampingan dan Perawatan lanjut usia di rumah (Stanhope &
Lancaster, 1996) adalah:
1. Meningkatnya kemampuan lanjut usia untuk menyesuaikan diri terhadap proses
perubahan dirinya secara fisik, mental dan sosial.

3
2. Terpenuhinya kebutuhan dan hak lanjut usia agar mampu berperan dan berfungsi
di masyarakat secara wajar.
3. Meningkatnya kemampuan  keluarga dan masyarakat dalam pendampingan dan
perawatan lanjut usia di rumah.
4. Terciptanya rasa aman, nyaman dan tentram bagi lanjut usia baik di rumah   
maupun di lingkungan sekitarnya.
Dalam kasus apapun efektivitas perawatan berbasis rumah membutuhkan upaya
kolaboratif pasien, keluarga, dan professional. Pendekatan perawatan lansia di rumah
menggunakan pendekatan yang holistic (biologi/fisik, psikologi, social, spiritual), di
antaranya:
1. Perawatan Biologi/Fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-
kejadian yang dialami lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada
organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan
serta penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya. Perawatan
umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
a. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tampa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-
hari masih mampu melakukan sendiri di rumah
b. Klien lanjut usia pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar
perawatan klien lanjut usia ini, terutama hal-hal yang berhubungan dngan
kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya di rumah.
Kebersihan perseorangan sangat penting dalam usaha mencegah
timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul apabila
kebersihan kurang mendapat perhatian
2. Pendekatan Psikososial
Perawat mempunyai peranan penting untuk melakukan pendekatanedukatif
pada klien lanjut usia, perawat homecare harus selalu memegang prinsip
Triple, yaitu sabar, simpatik, dan service. Pada dasarnya klien lanjut usia
membutuhkan rasa aman dan cinta kasih sayang dari lingkungan, keluarga,
termasuk perawat yang memberikan perawatan. Dalam memnerikan
pelayanan, perawat homecare harus menciptakan suasana yang aman, tidak
gaduh, membiarkan mereka memlakukan hobi yang dimilikinya dalam batas

4
kemampuan. Perawat home care memotivasi semangat dan kreasi klien lanjut
usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rendah hati, rasa
keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang
dideritanya. Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi yang terjadi
karena semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala
seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi,
berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, dan
perubahan pola tidur dengan suatu kecendrungan untuk tiduran di waktu siang.
3. Pendekatan spiritual
Perawat home care membantu klien untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan
demi memperoleh ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan
Tuhan atau agama yang dianutnya dalam keadaan sehat maupun sakit.
Pendekatan perawat home care pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap
fisik saja, melainkan perawat home care lebih dituntut menemukan pribadi
klien lanjut usia melalui agama mereka.
4. Pendekatan Psikologis
Perawat home care memberitahu kepada keluarga pasien agar klien diberikan
motivasi dan dukungan berupa komunikasi/terapeutik, yaitu memberikan
pujian ketika klien menuruti semua prosedur pengobatan, termasuk kepatuhan
makanan-makanan yang direkomendasikan karena lanjut usia juga
membutuhkan motivasi dalam hidupnya yaitu semangat untuk memjalani
hidupnya. Adapun beberapa hal yang bisa dilakukan keluarga untuk
menghindari kecatatan atau kecelakaan pada lansia yaitu:
a. Menyediakan keset agar lantai tidak licin
b. Membersihkan lantai yang licin agar tidak ditumbuhi lumut
c. Memberikan pengawasan kepada lansia saat beraktivitas
d. Memberikan pegangan pada tembok agar lansia tidak jatuh saat berjalan
e. Membatasi aktivitas lansia agar tidak kelelahan

5
2.3. Sasaran Home Care Lansia

Adapun sasaran dari home care bagi lansia ini (Nugroho, 2008), antara lain

1. Lanjut usia 60 tahun ke atas

2. Lanjut usia yang tinggal sendiri dan lanjut usia yang tinggal bersama keluarga
baik keluarganya sendiri maupun keluarga pengganti.

3. Lanjut usia yang mengalami hambatan, seperti lanjut usia yang sakit, lanjut
usia penyandang cacat, lanjut usia uzur dan lain-lain.

4. Lanjut usia yang terlantar atau miskin.

2.4. Komponen Perawatan Kesehatan Lansia Di Rumah

Adapun komponen perawatan kesehatan lansia di rumah (Zang & Bailey, 2004)
antara lain :

a. Klien
Klien adalah usila yang akan menerima perawatan di rumah dan salah satu
anggota keluarga bertindak sebagai penanggung jawab yang mewakili klien.
Apabila diperlukan dapat menunjuk seorang sebagai pengasuh (caregiver) yang
akan melayani kebutuhan sehari-hari klien.
b. Pengasuh
Pengasuh adalah sanak famili, relawan, tetangga atau kerabat anggota keluarga
yang bertugas menjaga dan merawat klien sehari-hari di rumah. Umunya mereka
adalah yang dapat mendukung dan membantu klien, sehingga mereka dapat
diberdayakan sesuai kemampuan dan kondisinya.
c. Pengelola di rumah
Pengelola perawatan di rumah adalah institusi/yayasan yang bertanggung jawab
terhadap seluruh pengelolaan perawatan kesehatan di rumah, baik penyediaan
tenaga kesehatan, fasilitas yang dibutuhkan, sarana dan prasarana, mekanisme
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pengelola
dapat sebagai bagian dari rumah sakit, puskesmas, klinik, ataupun secara mandiri.

6
d. Koordinator kasus
Koordinator kasus adalah tenaga kesehatan profesional yang di bantu oleh tenaga
kesehatan lain terkait dengan fungsinya sebagai pengelola pelayanan kesehatan
dalam melakukan asuhan keperawatan.
e. Pramusila
Pramusila merupakan tenaga sukarela ataupun yang diberi imbalan untuk
melaksanakan kegiatan dan tugas-tugas perawatan kesehatan di rumah. .

2.5. Kontrak Dalam Perawatan Kesehatan Rumah


Kontrak atau perjanjian antara yayasan/pemberi jasa layanan/agency dengan
klien dan keluarga merupakan aspek penting dalam pelaksanaan perawatan kesehatan
di rumah. Adapun hal-hal yang berhubungan dengan kontak (Zang & Bailey, 2004)
yaitu :
1. Persetujuan atau kesepakatan antara yayasan/agency dengan klien dan
keluarga tentang pelaksanaan dan perencanaan perawatan di rumah dan
catatan medis. Kontrak tersebut memperbolehkan klien dan keluarga untuk
menyusun tujuan sendiri ataupun membantu memecahkan masalah perawatan
klien sesuai rencana perawatan /pengobatan dokter dalam kesepakatan yang
tercantum (yang dibuat).
2. Kontrak berhubungan langsung dengan proses keperawatan dan dapat
diselesaikan sesuai dengan tahapan proses keperawatan, yaitu, pengkajian,
perumusan masalah/diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi keperawatan. Dimana dalam setiap tindakan berkaitan dengan asuhan
keperawatan tersebut akan dilakukan atas persetujuan klien/keluarga.
3. Jika selama kunjungan atau perawatan di rumah ada kesesuaian kesepakatan
antara yayasan/pemberi layanan/agency dan klien/keluarga, maka kontrak
tersebut dapat dilanjutkan pada kunjungan berikutnya, akan tetapi bila tidak
memungkinkan/tidak ada kesesuaian maka kontrak dapat ditinjau kembali.
4. Pembuatan kontrak dapat dilakukan secara nonformal (lisan) ataupun tulisan
(formal), tergantung dari persetujuan dan kesepakatan bersama kedua belah
pihak antara yayasan/pemberi jasa layanan/agency dengan klien/keluarga.
Kolaborasi interdisiplin ilmu atau profesi yang efektif dalam perawatan
kesehatan rumah akan memberikan kesinambungan pelayanan kesehatan yang dapat
memberikan kesadaran/kemandirian klien dan keluarga, sehingga program perawatan

7
kesehatan dapat dilaksanakan secara komprehensif. Secara umum proses kolaborasi
untuk perawatan kesehatan rumah diawali dengan adanya rencana pulang discharge
plan dengan dokter untuk diminta persetujuannya. Kemudian dilanjutkan dengan
koordinasi kepada yayasan/agency terkait yang akan melakukan perawatan di rumah,
khususnya pelayanan perawatan yang diminta dokter. Dalam hal ini dapat berasal dari
berbagai disiplin ilmu (profesi kesehatan lain seperti dokter, terapi fisik, perawat,
bidan, ahli gizi, dll). Dokter akan menjelaskan rencana program pengobatan,
perawatan, prognosis terapi, dan biaya yang dibutuhkan klien dan keluarganya (Zang
& Bailey, 2004).
2.6. Standar Praktek Keperawatan Kesehatan Rumah
Adapun standar dari praktek keperawatan kesehatan rumah, antara lain :
1. Standar I (Organisasi Pelayanan Kesehatan Rumah)
Semua pelayanan kesehatan di rumah direncanakan, disusun, dan dipimpin oleh
seorang kepala/manajer perawat profesional yang telah dipersiapkan dengan
kompetensi dalam pemberian pelayanan/asuhan keperawatan dalam kesehatan
masyarakat dan termasuk proses administrasi dan pendokumentasian.
2. Standar II (Teori)
Perawat menetapkan konsep teoritis sebagai dasar keputusan dalam melaksanakan
praktek/asuhan keperawatan.
3. Standar III (Pengumpulan Data)
Perawat secara terus menerus mengumpulkan, dan mendokumentasikan data yang
luas, akurat, dan sistematis.
4. Standar IV (Diagnosa)
Perawat menggunakan data dari hasil observasi dan penilaian kesehatan klien
untuk menentukan diagnosa keperawatan.
5. Standar V (Perencanaan)
Perawat mengembangkan rencana-rencana tindakan guna menentukan tujuan
pemberian asuhan keperawatan. Rencana didasarkan pada perumusan diagnosa
keperawatan dan menggabungkan nilai-nilai dalam upaya pencegahan penyakit,
tindakan pengobatan/kuratif dan tindakan rehabilitatif perawatan.
6. Standar VI (Intervensi)
Perawat dipedomani oleh intervensi keperawatan untuk memberikan rasa
kepuasan, memulihkan status kesehatan, memperbaiki dan memajukan kesehatan,

8
serta mencegah komplikasi dan penyakit lanjutan yang memerlukan tindakan
rehabilitatif.
7. Standar VII (Evaluasi)
Perawat secara terus menerus mengevaluasi respon klien dan keluarga dalam
penanganan guna menetapkan kemajuan terhadap hasil yang telah dicapai dan
meninjau kembali data dasar diagnosa perawatan dan perencanaan yang telah
disusun.

2.7. Program/Kegiatan

Home care merupakan pelayanan kesehatan di rumah. Pelayanan kesehatan


diberikan secara komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan
menggunakan teknologi yang sederhana maupun teknologi tinggi tetapi tepat guna.
Bentuk pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di rumah klien yang merupakan
pelayanan professional, menggunakan metode sistematik dalam manajemen kasus.
Lingkup pelayanan meliputi :

1. Pelayanan asuhan keperawatan


2. Konsultasi medik
3. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan  lingkungan terapeutik
4. Pelayanan informasi & rujukan
5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan dalam rangka memandirikan
klien dan keluarga
6. Hygiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7. Pelayanan perbantuan untuk kegiatan social
Adapun program/kegiatan home care (perawatan kesehatan rumah) pada lansia yang
dapat dilaksanakan, antara lain:
1. Manajemen kasus home care
a. Melakukan seleksi kasus
Melakukan spesifikasi pasien lansia dengan perawatan khusus (usia lanjut
pasca rawat inap dan risiko tinggi) seperti cidera, diabetes mellitus, gagal
jantung, asma berat, stroke, amputasi, luka kronis, nutrisi melalui infus,
dll. Disamping itu, pelayanan perawatan rumah dilakukan juga bagi lansia
mandiri meliputi upaya promotif dan preventif.

9
b. Melakukan pengkajian kebutuhan pasien
Perawat melakukan pengkajian pada kebutuhan pasien sepert kondisi fisik,
kondisi psikologis, status sosial ekonomi, pola perilaku pasien, sumber-
sumber yang tersedia di keluarga pasien.
c. Membuat perencanaan pelayanan
1) Membuat rencana kunjungan
2) Membuat rencana tindakan
3) Menyeleksi sumber-sumber yang tersedia di keluarga/masyarakat
d. Melakukan koordinasi pelayanan
1) Memberi informasi berbagai macam pelayanan yang tersedia
2) Membuat perjanjian kepada pasien dan keluarga/pendamping pasien
tentang pelayanan
3) Menkoordinasikan kegiatan tim sesuai jadwal
4) Melakukan rujukan pasien
e. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelayanan
1) Memonitor tindakan yang dilakukan oleh tim
2) Menilai hasil akhir pelayanan (sembuh, rujuk, meninggal, menolak)
3) Mengevaluasi proses manajemen kasus
4) Monitoring dan evaluasi kepuasan pasien secara teratur
Untuk dapat menilai hasil pemantauan dan penilaian tersebut diatas, diperlukan
indikator sebagai berikut :
No Indikator Target nasional
(dalam kurun waktu 1 tahun)
1 Prosentase pra usia lanjut yang dilayani (proporsi …………………%
pra usia lanjut yang mendapat pelayanan dari yang
membutuhkan pelayanan)
2 Prosentase usia lanjut yang dilayani (proporsi usia …………………%
lanjut yang mendapat pelayanan dari yang
membutuhkan pelayanan)
3 Prosentase Pramusila yang telah mendapat ……………..%
pelatihan
4 Prosentase Pramusila yang aktif melakukan …………….%
pelayanan
5 Prosentase pengasuh yang terlibat dalam …………….%
perawatan kesehatan di rumah

10
6 Jadwal kegiatan tim Ada/tidak
7 Notulen rapat tim minimal sekali dalam seminggu Ada/tidak
8 Prosentase peningkatan kemandirian klien yang …………..%
dirawat dinilai berdasarkan indeks ADL (Kazt,
1960)
9 Frekuensi kunjungan Pramusila sesuai kontrak Ada/tidak
kerja

2. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1) Riwayat kesehatan
2) Lingkungan sosial dan budaya
3) Spiritual
4) Pemeriksaan fisik
5) Kemampuan pasien/lansia dalam pemenuhan kebutuhan sehari- hari
6) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga lansia
b. Diagnosa keperawatan
1) Aktual
2) Resiko
3) Potensial
c. Perencanaan keperawatan
1) Penentuan prioritas masalah
2) Menentukan tujuan
3) Menyusun rencana secara komprehensif
d. Implementasi keperawatan
1) Menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya dengan cara
memanggil nama klien
2) Menyediakan penerangan cukup: cahaya matahari, ventilasi rumah,
hindarkan dari cahaya silau
3) Meningkatkan rangsangan panca indra melalui buku-buku yang
dicetak besar dan berikan warna yang dapat dilihat
4) Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita: kalender, jam,
foto-foto

11
5) Memberikan perawatan sirkulasi: hindarkan pakaian yang sempit,
mengikat/menekan, mengubah posisi, dukung lansia untuk melakukan
aktivitas, serta melakukan penggosokan pelan-pelan waktu mandi
6) Memberikan perawatan pernafasan dengan membersihkan hidung,
melindungi dari angin, dan meningkatkan aktivitas pernapasan dengan
latihan napas dalam (latihan batuk). Hati-hati dengan terapi oksigen,
perhatikan tanda-tanda gelisah, keringat berlebihan, gangguan
penglihatan, kejang otot, dan hipotensi
7) Memberikan perawatan pada organ pencernaan: beri makan porsi kecil
tapi sering, beri makanan menarik dan dalam keadaan hangat, sediakan
makanan yang lansia sukai, makanan yang cukup cairan, banyak
makan buah dan sayur, berikan makanan yang tidak membentuk gas,
serta sikap fowler waktu makan
8) Memberikan perawatan genitourinaria dengan mencegah inkontinensia
dengan menjelaskan dan memotivasi lansia untuk BAK tiap 2 jam serta
observasi jumlah urine pada saat akan tidur. Untuk seksualitas,
sediakan waktu untuk lansia konsultasi
9) Memberikan perawatan kulit. Mandi: gunakan sabun yang
mengandung lemak, hindari menggosok kulit dengan keras, potong
kuku tangan dan kaki, hindari menggaruk dengan keras, serta berikan
pelembab (lotion) untuk kulit
10) Memberikan perawatan muskuloskeletal: bergerak dengan
keterbatasan, ubah posisi tiap 2 jam, cegah osteoporosis dengan
latihan, lakukan latihan aktif/pasif, senam lanjut usia, serta anjuekan
keluarga atau pendamping lansia untuk membuat klien mandiri
11) Memberikan perawatan psikososial: jelaskan dan motivasi untuk
sosialisasi, bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas, fasilitasi
pembicaraan, sentuhan pada tangan untuk memelihara rasa percaya,
berikan penghargaan, serta bersikap empati
12) Memelihara keselamatan: usahakan agar pagar tempat tidur
(pengaman) tetap di pasang, posisi tempat tidur yang rendah, kamar
dan lantai tidak berantakan dan licin, cukup penerangan, bantu untuk
berdiri, serta berikan penyangga pada waktu berdiri bila di perlukan

12
2.8. Analisis Pelaksanaan Program Home Care Lansia

Program pembinaan kesehatan lansia ini bertujuan meningkatkan derajat


kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai eksistensinya dalam
masyarakat (Depkes RI, 2003). Dalam hal ini pemerintah mengupayakan beberapa
cara untuk meningkatkan kesejahteraan lansia dimana salah satunya adalah
dengan pembentukan home care (perawatan kesehatan rumah).
Program/kegiatan perawatan kesehatan lansia di rumah sudah dilandasi
oleh dasar hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Walaupun telah cukup
banyak produk hukum yang telah diterbitkan, namun belum ada peraturan
pelaksanaannya. Begitu pula belum disusunnya peraturan daerah, petunjuk
pelaksanaan, dan petunjuk teknisnya sehingga penerapan di lapangan sering
menimbulkan permasalahan. Kelangkaan sumber daya manusia, sarana, prasarana,
serta koordinasi dan keterpaduan sering menimbulkan masalah atau hambatan
dalam mencapai kegiatan yang optimal. Menurut pendapat Maryam, dkk, 2008,
dimana menyatakan ada beberapa undang-undang yang perlu disusun demi
mengoptimalkan dalam memberikan pelayanan bagi lanjut usia, diantaranya
adalah UU tentang pelayanan lansia berkelanjutan (Continuum of Care), UU
tentang tunjangan perawatan lansia (Medicare), UU tentang penghuni panti
(Charter of Resident’s Right), UU tentang pelayanan lansia di masyarakat
(Community Option Program).

BAB III
PENUTUP

13
3.1. Simpulan
Pelayanan kesehatan usia lanjut di rumah sudah menjadi kebutuhan. Dalam perawatan
pasien manula di rumah, prinsip P3G/CGA dengan berbagai komponennya harus selalu
dilakukan. Pengkajian status fungsional dan mobilitas harus menjadi komponen penting,
serta keamanan rumah dan lingkungan harus diperhatikan. Mengingat bahwa perawatan
usia lanjut di rumah akan menjadi suatu yang besar di masa mendatang, perlu ada upaya
serius dari semua komponen ( komunitas, tenaga kesehatan, pemerintah ) untuk
membentuk sistem pelayanan kesehatan bagi usia lanjut di rumah yang komperhensif dan
terinteregasi referensi.
3.2. Saran
Untuk menjadikan makalah ini menjadi makalah yang sempurna maka diperlukan
saran-saran sebagai berikut :
1. Lebih memahami tentang perawatan pada lansia dalam meningkatkan pelayanan
asuhan keperawatan pada lansia di rumah.
2. Mampu dan mau mempelajari perawatan pada lansia untuk menambah pengetahuan
dibidang ilmu keperawatan khususnya dan dibidang pelayanan pada umumnya.
Demikian saran dari kami, semoga bermanfaat untuk kita semua.

14
DAFTAR PUSTAKA

Boedhi-Darmojo, R & Martono, H. (1999). Text Book of Geriatric: Health Science in


Elderly. Jakarta: FK UI. Diakses Pada 2 Agustus 2020 Pukul 09: 16 Wita

Departemen Kesehatan dirjen pelayanan medik, Pedoman perawatan kesehatan di rumah.


2002. Diakses Pada 2 Agustus 2020 Pukul 09:16 Wita

Depkes. (2003). Pedoman Perawatan Usia Lanjut di Rumah. Jakarta: Depkes RI.
Diakses Pada 2 Agustus 2020 Pukul 09 :16 Wita

Ebersole, P & Hess, P. (1998). Toward Healthy Aging: Human Needs and Nursing Respons
(5th ed). St. Louis: Mosby Year Book. Diakses Pada 2 Agustus 2020 Pukul 09:16 Wita

Hitchcock, J.E & Thomas, S.A. (2003). Community Health Nursing: Caring in Action (2nd
Ed). Australia: Delmar Learning. Diakses Pada 2 Agustus 2020 Pukul 09:16 Wita

Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Diakses Pada 2 Agustus 2020 Pukul 09:16 Wita

Nugroho Wahjudi H. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Diakses Pada 2 Agustus 2020 Pukul 09:16 Wita

Smith, C.M & Maurer, F.A. (2000). Community Health Nursing: Theory and Practice.
Philadelphia: W.B. Saunders Company. Diakses Pada 2 Agustus 2020 Pukul 09: 16 Wita

Walsh, J, Persons, C.B & Wieck, L. (1987). Manual of Home Health Care Nursing.
Philadelphia: J.B.Lippincott Company. Diakses Pada 2 Agustus 2020 Pukul 09: 16 Wita

Zang, S.M & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual Perawatan Dirumah
(Home Care Manual). Edisi Terjemahan. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Diakses Pada 2 Agustus 2020 Pukul 09 :16 Wita

14

Anda mungkin juga menyukai