Anda di halaman 1dari 16

BAB II PEMBAHASAN

1. Definisi Keputusasaan
Pengertian Keputusasaan merupakan keyakinan seseorang bahwa dirinya maupun
orang lain tidak dapat melakukan sesuatu untuk mengatasi masalahnya, memandang
adanya keterbatasan atau tidak tersedianya alternatif pemecahan masalah dan tidak
mampu memobilisasi energi demi kepentingannya sendiri.
NANDA (2018) mengemukakan bahwa keputusasaan merupakan kondisi
subjektif, atau ketika seseorang melihat keterbatasan atau pilihan individu serta dapat
mengerahkan kekuatan untuk kepentingan individu. Kondisi individu yang melihat
keadaan pribadi dari ketidakmampuan ataupun tidak adanya solusi dalam penyelesaian
problem saat ini.
Keputusasaan adalah perasaan seorang individu, ia melihat keterbatasan dalam
menyelesaikan masalahnya sendiri atau kurangnya pilihan atau pilihan lain. (PPNI, 2017)

2. Tanda dan Gejala Keputusasaan

Mayor
1. Subjektif
 Mengungkapkan keputusasaan
 Mengungkapkan isi pembicaraan yang pesimis “saya tidak bisa”
 Kurang dapat berkonsentrasi
 Mengungkapkan bingung
2. objektif
 Berperilaku pasif
 Sedih
 Fokus perhatian menyempit

Minor

1. Subjektif

 Sulit tidur
 Selera makan menurun
 Mengungkapkan ketidakpuasaan dan frustasi terhadap kemampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya
 Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran

2. Objektif

 Afek datar
 Kurang inisiatif
 Tidak menghabiskan 1 porsi makan
 Meninggalkan lawan bicara
 Mengangkat bahu sebagai respon pada lawan bicara
 Kurang terlibat dalam aktivitas perawatan
 Menarik diri
 Menghindari kontak mata/kontak mata buruk
 Sulit membuat keputusan

3. Data Subjektif dan Objektif

Kasus:

Seorang pasien perempuan, Ny. C, usia 57 tahun, sudah 5 tahun ini di diagnose oleh
dokter Gagal Ginjal Kronis. Saat ini pasien sedang dilakukan tindakan hemodialisa rutin
2 kali seminggu. Ners Ani adalah perawat yang merawat Ny. C, hasil pengkajian
didapatkan Ny. C tampak lemas, terbaring di tempat tidur, tatapan kosong, makan habis 2
sendok, hanya bisa berbaring atau duduk dengan bantuan orang lain, tampak murung,
pasif, bicara lambat dan malas berbicara/ komunikasi dengan orang lain. Ny. C
menyatakan saat ini sudah tidak memiliki kemampuan apapun baik untuk dirinya sendiri
maupun untuk keluarga dan orang lain. Suami dan anak-anak serta kerabat Ny. C selalu
berupaya melakukan tindakan dan membawa Ny.C berobat untuk pemulihan kondisinya.
Ny. C sudah putus asa dengan upaya-upaya yang dilakukan namun tidak akan
membuatnya pulih kembali. Ny. C pasrah dengan kondisinya. Berdasarkan data hasil
pengkajian, Ners Ani menegakkan diagnosa keperawatan keputusasaan. Melihat kondisi
Ny. C tersebut Ners Ani perawat yang biasa merawat Ny. C di ruang hemodialisa selalu
mengajak Ny. C berdiskusi tentang kejadian yang membuat putus asa, melatih berfikir
positif dan sesekali melakukan aktivitas bersama Ny. C untuk menumbuhkan harapan dan
makna hidup. Respon yang ditampilkan Ny. C masih terlihat apatis dan tidak peduli
namun Ners Ani tetap memberikan tindakan tersebut dan mengajarkan kepada keluarga
agar nanti ketika di rumah keluarga mampu melakukan tindakan tersebut kepada Ny. C.

a. Data subjektif
Dalam kasus ini adalah informasi yang diperoleh melalui pernyataan dan
pengamatan langsung dari Ny. C dan orang-orang yang berinteraksi dengannya. Ini
mencakup:
1. Ny. C menyatakan bahwa dia tidak memiliki kemampuan apapun baik untuk
dirinya sendiri maupun untuk keluarga dan orang lain.
2. Ny. C menyatakan bahwa dia sudah putus asa dengan upaya-upaya yang
dilakukan untuk pemulihan kondisinya.
3. Ny. C menyatakan bahwa dia pasrah dengan kondisinya.
4. Suami, anak-anak, dan kerabat Ny. C selalu berupaya melakukan tindakan dan
membawa Ny.C berobat untuk pemulihan kondisinya.

b. Data objektif
Adalah informasi yang diperoleh melalui pengamatan fisik dan perilaku dari Ny.
C oleh Ners Ani. Ini termasuk:
1. Ny. C tampak lemas dan terbaring di tempat tidur.
2. Tatapan Ny. C terlihat kosong.
3. Ny. C hanya makan habis 2 sendok.
4. Ny. C hanya bisa berbaring atau duduk dengan bantuan orang lain.
5. Ny. C tampak murung, pasif, bicara lambat, dan malas berbicara/komunikasi
dengan orang lain.
6. Ners Ani mengamati bahwa respons yang ditampilkan oleh Ny. C masih terlihat
apatis dan tidak peduli.
7. Ners Ani mengamati bahwa meskipun respons Ny. C apatis, dia tetap
memberikan dukungan dan melatihnya untuk berfikir positif, melakukan
aktivitas bersama, dan menumbuhkan harapan dan makna hidup.

4. Faktor Presipitasi dan Predisposisi


a. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah stimuli yang diterima individu sebagai tantangan,
ancaman atau tuntutan. Stressor presipitasi biologis berupa ancaman terhadap
integritas fisik yang terjadi karena ketidakmampuan fisiologis atau penurunan
kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari di masa mendatang, jika seorang
klien yang terkena gangguan fisik, akan lebih mudah mengalami ansietas.
Faktor presipitasi dalam kasus Ny. C dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Proses Hemodialisis: Ny. C sedang menjalani tindakan hemodialisis rutin dua
kali seminggu. Meskipun tindakan ini diperlukan untuk membuang racun dari
tubuhnya, proses hemodialisis itu sendiri bisa menjadi faktor presipitasi untuk
kelemahan fisik dan psikologis, serta perasaan putus asa.
2) Perasaan Putus Asa: Ny. C mengungkapkan perasaan putus asa terkait
kondisinya dan keberhasilan pengobatan. Hal ini menjadi faktor presipitasi yang
memengaruhi kesejahteraan psikologis dan emosionalnya.
3) Keterbatasan Fisik: Ny. C mengalami keterbatasan fisik, seperti lemas dan
ketergantungan pada bantuan orang lain untuk aktivitas sehari-hari. Hal ini juga
dapat menjadi faktor presipitasi yang memperburuk keadaan psikologisnya.
b. Faktor Predisposisi
Faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa atau disebut juga dengan faktor
predisposisi, yang sering dijumpai adalah multifaktor, yaitu bahwa gangguan jiwa
dapat disebabkan faktor biologis, psikologis maupun faktor sosiokultural dan
lingkungan.
Faktor presipitasi dalam kasus Ny. C dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Gagal Ginjal Kronis: Ny. C telah didiagnosis menderita Gagal Ginjal Kronis
selama 5 tahun. Kondisi ini merupakan faktor predisposisi yang membuatnya
rentan terhadap masalah kesehatan dan memerlukan tindakan medis seperti
hemodialisis.
2) Usia: Ny. C berusia 57 tahun. Usia lanjut merupakan faktor predisposisi untuk
berbagai masalah kesehatan, termasuk gagal ginjal kronis, yang dapat
menyebabkan kelemahan fisik dan emosional.

Dalam hal ini, faktor predisposisi seperti gagal ginjal kronis dan usia lanjut telah
menyebabkan Ny. C menjadi rentan terhadap masalah kesehatan. Faktor presipitasi,
seperti proses hemodialisis dan perasaan putus asa yang dialaminya, memperburuk
kondisinya secara fisik dan psikologis. Oleh karena itu, intervensi yang holistik dan
mendalam diperlukan untuk mengatasi dampak dari kedua faktor ini, termasuk
dukungan emosional, perawatan fisik, dan pendekatan terapeutik yang mendalam.

5. Penyebab Keputusasaan
Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Penyebab (etiologi) untuk masalah keputusasaan adalah:
a) Stres jangka Panjang
b) Penurunan kondisi fisiologis
c) Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
d) Kehilangan kepercayaan pada nilai-nilai penting
e) Pembatasan aktivitas jangka Panjang
f) Pengasingan
Dalam praktik keperawatan, penting bagi perawat untuk memahami penyebab
keputusasaan pada setiap pasien secara individual dan memberikan dukungan emosional,
edukasi, dan intervensi yang sesuai untuk membantu pasien mengatasi perasaan tersebut.
Membangun hubungan percaya antara perawat dan pasien serta melibatkan keluarga dan
lingkungan sosial pasien dapat membantu memperkuat sumber daya dan mekanisme
penanganan koping pasien.
6. Klasifikasi Keputusasaan
Adapun klasifikasi keputusasaan menurut (PPNI, 2016), antara lain sebagai berikut:
a. Kategori: psikologis
b. Subkategori: integritas ego
c. Definisi: kondisi individu yang memandang tidak tersedianya alternatif pemecahan
pada masalah yang dihadapi.
d. Penyebab:
1) Stres jangka panjang
2) Penurunan kondisi fisiologis
3) Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
4) Kehilangan kepercayaan pada nilai-nilai penting
5) Pembatasan aktivitas jangka panjang
6) Pengasingan
e. Gejala dan tanda mayor :
1) Subjektif : mengungkapkan keputusasaan
2) Objektif : Berprilaku pasif : apabila seseorang mengalami keputusasaan, biasanya
enggan untuk mengobrol, merasa tidak perlu untuk bertindak sesuatu untuk
penyakitnya karena merasa sudah terbiasa dengan keadaannya.
f. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif : sulit tidur, selera makan menurun
2) Objektif : afek datar, kurang inisiatif, meninggalkan lawan icara, kurang terlibat
dalam aktivitas perawatan.
g. Kondisi klinis terkait: penyakit kronis, penyakit terminal, penyakit yang tidak dapat
disembuhakan.

Referensi:

Lailatussa’adah, U. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny.R DENGAN


KEPUTUSASAAN DI DESA LOIRENG SAYUNG DEMAK. Keperawatan Jiwa, 1–32.
Mundakir. (2021).Buku ajar Keperawatan kesehatan jiwa 1. Surabaya: UMSurabaya Publishing.

Mawaddah, N, Sari, IP, & Prastya, A (2020). Faktor Predisposisi dan Presipitasi Terjadinya
Gangguan Jiwa di Desa Sumbertebu Bangsal Mojokerto. Hospital Majapahit, 12.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
Andreani, Humas (2018). GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN TERAPI
SELF HYPNOSIS UNTUK MENGATASI KEPUTUSASAAN PADA PASIEN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS TABANAN III TAHUN 2018 (Disertasi Doktor, Jurusan Keperawatan 2018).
FORMAT PENGKAJIAN
KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RISIKO (PSIKOSOSIAL)

A. INFORMASI UMUM
a. Inisial Klien : Ny. C
b. Usia : 57 tahun
c. Jenis Kelamin : perempuan
d. Suku : melayu
e. Pendidikan Terakhir : Tidak diketahui
f. Pekerjaan : ibu rumah tangga
g. Status Perkawinan : menikah
h. Alamat : letkol hasan basri

i. Data Keluarga/ Genogram :

B. RIWAYAT KESEHATAN SEBELUMNYA


Pasien mengatakan tidak pernah sakit.
C. KONDISI/KELUHAN SAAT INI
a. Fisik : pasien tampak lemas dan terbaring ditempat tidur, pasien tampak hanya bisa
berbaring dan duduk dengan bantuan orang lain, pasien makan hanya habis 2 sendok.
b. Psikologis : pasien tampak murung, pasif, bicara lambat, dan tatap kosong
c. Sosial : pasien malas berbicara atau komunikasi dengam orang lain.
D. PENILAIAN (RESPON) TERHADAP STRESOR (MASALAH)
a. Kognitif : pasien menyatakan saat ini pasien sudah tidak memiliki
kemampuan apapun baik untuk dirinya sendiri maupun orang lai.
Pasien merasa putus asa karena upaya yang dilakukanbya untuk
pemulihan tidak akan membuatnya pulih kembaki.
b. Fisiologis : pasien tampak lemas, hanya terbaring ditempat tidur, pasien
tampak pasif dan berbicara lambat.
c. Afektif : pasien tampak pasrah dengan kondisinya , merasa putus asa
karna pemulihannya tidak dapat menyembuhkannya.
d. Perilaku dan sosial : pasien tampak malas berbicara atau berkomunikasi dengan orang
lain
E. SUMBER KOPING
a. Kemampuan personal : pasien mengatakan sudah putus asa dan pasrah akan
kondisinya
b. Dukungan sosial : suami, anak dan kerabat pasien selalunberupaya melakukan
tindakan dan membawa pasien berobat untuk pemulihan.
c. Material assets : tidak diketahui

d. Keyakinan positif : pasien tampak tidak ada menunjukkan keyakinan positif

F. MEKANISME KOPING
Pasien masih terkihat apatis dan tidak peduli ketika ners ani melatih
berfikir positif dan sesekali melakukan aktivitas bersama
G. TERAPI MEDIK
Ny. C melakukan tindakan hemodialisa rutin 2 kali seminggu.
H. ANALISA DATA
Data Masalah Keperawatan
Subjektif :
 Pasien mengatakan sudah putus asa
dengan upaya pemulihan
kondisinya dan pasrah dengan Keputusasaan
kondisinya.
 Pasien menyatakan bahwa tidak
memiliki kemampuan untuk
dirinya sendiri maupun untuk
keluarga dan orang lain.

Objektif :
 Pasien tampak murung dan pasif
 Pasien tampak lemas dan terbaring
di tempat tidur.
 Tatapan pasien kosong.
 Pasien hanya makan habis 2
sendok.
 Pasien hanya bisa berbaring atau
duduk dengan bantuan orang lain.
 Pasien tampak bicara lambat dan
malas berbicara/komunikasi
dengan orang lain.
I. DIAGNOSA/MASALAH KEPERAWATAN
1. Keputusasaan b.d penurunan kondisi fisiologis d.d berperilaku pasif

Tujuan dan kriteria Intervensi Implementasi Evaluasi Paraf


hasil
Setelah dilakukanIntervensi generalis Implementasi pada Evaluasi Pasien:
intervensi keperawatan pada pasien: pasien: S: pasien K3
selama 2 x 24 jam, 1. Diskusi tentang - Mengucapka mengatakan
maka harapan yang membuat n salam lebih mengenal
putus ada, - Memperkenal masalah
membaik, dengan
perasaan/pikiran/p kan diri keputusasaannya
kriteria hasil: erilaku yang - Memanggil , dan bisa
1. Meningkatnya
berubah pasien sesuai menemukan
minat
2. Latihan berfikir nama yang makna hidupnya
komunikasi
positif melalui disukai O: pasien dapat
verbal
penemuan harapan - Menjelaskan lebih berpikir
2. Pola tidur
dan makna hidup tujuan secara positif,
membaik
3. Latihan melakukan interaksi dan terlihat lebih
3. Napsu makan
aktivitas untuk - Membuat aktif
membaik
menumbuhkan kontrak A: pola tidur
4. Verbalisasi
harapan dan 1.Melatih pengendali- dan makan
harapan positif
makna hidup an perasaan putus belum membaik
yang meningkat
Intervensi generalis asa P: Rencana
5. Keyakinan
pada keluarga: - Membantu tindakan 1-3
positif
1. Mendiskusikan pasien untuk masih
meningkat
kondisi pasien: dapat dilanjutkan
keputusasaan, mengidentifi
penyebab, proses kasi dan Evaluasi
terjadi, tanda dan menguraikan keluarga:
gejala, akibat. perasaan S: keluarga lebih
2. Melatih keluarga keputusasaan memahami
merawat pasien nya masalah
dengan - Membantu keputusasaan
keputuasaan. pasien yang dialami
3. Melatih keluarga mengenal pasien.
melakukan follow penyabab O: keluarga
up putus asa mengetahui cara
- Mendiskusik merawat pasien:
an perbedaan merujuk dan
antara kondisi pasien
perasaan dan yang perlu
pikiran dirujuk
pasien A: keluarga
terhadapat belum bisa
kondisinya melakukan
dengan Latihan berpikir
kondisi asli positif pada
pasien pasien
- Membantu P: rencana
pasien tindakan 2-3
menyadari masih
akibat dari dilanjutkan
putus asa
- Mendukung
klien untuk
mengungkap
kan
pengalaman
yang
mendukung
pikiran,
perasaan dan
perilaku
positif
- Melakukan
latihan
rekonstruksi
pikiran
melalui
latihan
berpikir
positif
dengan
mengidentifi
kasikan
harapan dan
penemuan
makna hidup
2. Cara mengatasi
keputusasaaan
- Mendiskusik
an aspek
positif diri
pasien,
keluarga, dan
lingkungan
pasien
- Mendiskusik
an
kemampuan
berpikir
positif pasien
- Melatih
pasien
berpikir
positif
- Menjelaskan
kepada
pasien bahwa
berpikir
positif dapat
menumbuhka
n harapan
dan makna
hidup
Implementasi pada
keluarga:
- Mengucapka
n salam
- Memperkenal
kan diri
- Memanggil
pasien sesuai
nama yang
disukai
- Menjelaskan
tujuan
interaksi
- Membuat
kontrak
1. Menjelaskan
kondisi pasien dan
cara merawatnya
- Menjelaskan
keputusasaan
, penyebab,
proses
terjadi, tanda
dan gejala
serta
akibatnya
- Menjelaskan
cara merawat
pasien yang
putus asa:
menumbuhka
n harapan
positif
melalui
rekonstruksi
pikiran,
penemuan
harapan
hidup, dan
melatih
kemampuan
berpikir
positif
- Keluarga
dilibatkan
saat
melakukan
proses
rekonstruksi
pikiran dan
latihan
berpikir
positif pasien
2. Cara merawat dan
follow up
- Keluarga
diikutsertaka
n dalam
proses
melatih
berpikir
positif pasien
- Mendiskusik
an kepada
keluarga cara
merawat
pasien di
rumah dan
follow up,
kondisi klien
yang perlu
dirujuk, dan
cara merujuk
pasien
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM TINDAKAN
KEPERAWATAN (SP)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

Pasien Ny. C usia 57 tahun, sudah 5 tahun ini di diagnose oleh dokter Gagal Ginjal
Kronis. Saat ini pasien sedang dilakukan Tindakan hemodialisa rutin 2 kali seminggu.
Ny. C tampak lemas, terbaring di tempat tidur, tatapan kosong, tampak murung, pasif,
bicara lambat dan malas berbicara/ komunikasi dengan orang lain.

2. Diagnosa Keperawatan

Keputusasaan.

3. Tujuan Khusus

- Pasien dapat membina hubungan saling percaya

- Pasien mampu mengenal masalah keputusasaan

- Klien mampu menyebutkan manfaat dalam melatih kemampuan positif

4. Tindakan Keperawatan

- Membina hubungan saling percaya

- Latihan berfikir positif melalui penemuan harapan dan makna hidup

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik

“Selamat siang ibuk, perkenalkan sebelumnya saya perawat Liza, ibu bisa panggil saya
dengan suster liza ya, saya berdinas pada pagi hari ini mulai pukul 07.00 wib sampai 15.00
wib nanti dan saya yang akan merawat ibu. Sebelumnya bisa ibu sebutkan ibu? Dan ibu
senangnya dipanggil apa?”
2. Evaluasi / Validasi

“bagaimana kabar ibu hari ini? Saya lihat bu lagi sedang sedih ya?”

3. Kontrak

a. Topik : “ Ibu hari ini Kita akan berbincang - bincang tantang semua yang ibu rasakan,
ibu bisa meluapkan semua kepada saya ya ibu.”

b. Waktu : “kita bercerita sekitar 10-15 menit ya ibu”

c. Tempat : “kita akan berbincang-bincang diruangan ini saja ya bu, apakah ibu bersedia?

KERJA (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)

“Bisa ibu ceritakan kepada saya apa yang ibu rasakan saat ini?”

“Iyaa bu, saya sangat mengerti perasaan ibu, sudah berapa lama perasaan itu ibu rasakan?”

“Kalau boleh saya simpulkan, ibu saat ini mengalami hal yang disebut keputusasaan.
Keputusasaan adalah suatu keadaan dimana seseorang itu merasa tidak ada pilihan lain lagi
untuk menyelesaikan masalahnya, walaupun sebenarnya ia memiliki potensi kemampuan
untuk menyelesaikan masalahnya.”

“Bu, apakah boleh saya memberi saran kepada ibu bagaimana cara yang baik untuk
menyelesaikan masalah ibu?”

“Ada beberapa hal bisa ibu lakukan, seperti menceritakan masalah ibu kepada orang yang bisa
ibu percaya, seperti suami ibu, dengan demikian beban yang ibu rasakan setidaknya bisa
berkurang. Selain itu ibu juga bisa melakukan hal positif yang ibu suka. Seperti mendengar
musik yang ibu suka, menonton tontonan yang ibu suka, seperti tontonan memasak. Nah ibu
bisa melakukan kegiatan positif lainnya yang ibu suka dan itu sangat berguna dan membantu
membangkitkan semangat dan harapan ibu kembali dalam menjalani kehidupan. Bapak nanti
juga bisa dibantu ibunya jika dirumah untuk selalu mengajak ibu berbincang-bincang ya pak,
dan melakukan hal-hal positif yang ibu suka ya pak (suami klien)”

TERMINASI

1. Evaluasi Respon Klien Terhadap Tindakan Keperawatan

a. Evaluasi Subjektif :

“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya?”


b. Evaluasi Objektif :

“Nanti jika ibu merasa sedih lagi apa yang akan ibu lakukan? Wahh bagus yaa bu, dengan
ibu mendengar music pikiran akan jadi lebih tenang ya bu”

Tindak Lanjut (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang telah
dilakukan):

Baik bu, jika nanti ibu merasa sedih lagi ibu bisa mendengar musik atau melakukan hal
positif yang bisa ibu lakukan ya bu atau ibu juga bisa bercerita kepada orang yang ibu
percaya.

2. Kontrak Yang Akan Datang

Topik: “ baik ibu nanti saya akan Kembali lagi untuk memeriksa tanda-tanda vital ibu
lagi ya bu”

Waktu: “untuk waktunya dijam 3 sore ya ibu”

Tempat: “diruangan ini saja ya bu, terima kasih saya izin permisi ya bu”
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Keputusasaan merupakan keyakinan seseorang bahwa dirinya maupun orang lain


tidak dapat melakukan sesuatu untuk mengatasi masalahnya, memandang adanya
keterbatasan atau tidak tersedianya alternatif pemecahan masalah dan tidak mampu
memobilisasi energi demi kepentingannya sendiri

2. diagnose yang ditegakkan berdasarkan kasus yaitu Keputusasaan b.d penurunan


kondisi fisiologis d.d berperilaku pasif

Anda mungkin juga menyukai