Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN


STASE KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh:
Farihah Febia
NPM. 2014901110026

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Definisi
Menurut Nanda (2012) Ketidakberdayaan memiliki definisi persepsi bahwa
tindakan seseorang secara signifikan tidak akan mempengaruhi hasil; persepsi
kurang kendali terhadap situasi saat ini atau situasi yang akan terjadi.
Menurut NANDA (2015-2017), keputusasaan adalah keadaan subyektif ketika
seorang individu memandang keterbatasan atau tidak adanya pilihan alternative
serta tidak mampu memobilisasi energy untuk kepentingannya sendiri

II. Rentang Respon


II.1 Rentang Respon Ketidakberdayaan
Respon Respon
Adaptif Maladaptif

Harapan Kesempatan Ketidakpastian Bahaya Tidak berdaya Putus Asa

II.2 Rentang Respon Keputusasaan


Respon Respon
Adaptif Maladaptif

Kepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa


emosional Tak terkomplikasi Reaksi berduka

III. Faktor Predisposisi


III.1 Ketidakberdayaan
Beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya masalah ketidakberda-
yaan menurut Stuart (2009) pada Seseorang antara lain:
a. Biologis
Status nutrisi: berat badan pasien sangat menurun karena pasien tidak
berolahraga sejak terkena penyakit stroke. Massa otot berkurang  
b. Psikologis
Psikologis pasien sedikit terguncang sejak terkena penyakit stroke
tersebut, sehari-hari yang dilakukannya hanya diam tanpa melakukan
latihan apa-apa, terkadang istrinya juga merasa sedih melihat keadaaan
suaminya seperti itu.
c. Sosiokultural
Hubungan pasien selama mengalami penyakit stroke mengalami
hambatan selain tidak mampu untuk berinteraksi dengan orang luar. Juga
komunikasi yang kurang jelas karena  pelo.
d. Spiritual
Spiritual Pasien terganggu karena pasien tidak mampu melakukan ibadah
sholat.
III.2 Keputusasaan
1. Faktor resiko biologis
Status nutrisi menurun, berat badan menurun akibat pasien kehilangan
nafsu makannya.
2. Faktor resiko psikologis
Psikologis pasien menjadi tidak stabil setelah pasien didiagnosis HIV
oleh dokter,  pasien sering mengurung diri di kamar dan sering uring-
uringan saat ada anggota keluarga yang ingin membujuknya. Ppasien
tidak memiliki semangat untuk sembuh, ia merasa sudah tidak memiliki
harapan.
3. Faktor resiko sosiokultural
Sejak pasien didiagnosis oleh dokter mengidap HIV, hubungan pasien
dengan lingkungan sekitarnya menjadi sangat tidak baik. Tetangga sering
menggunjingkannya sehingga pasien merasa malu dengan keadaannya.
Keluarga  pasien merasa sangat sedih karena dukungan dan semnagatnya
tidak dapat membuatnya semangat untuk sembuh. Selain itu, pasien
menjadi tidak yakin dengan spiritualnya akibat dari keputusasaan yang
dialami. Pasien merasa hidupnya tidak akan lama lagi.

IV. Faktor Presipitasi


IV.1 Ketidakberdayaan
Faktor presipitasi (waktu<6 bulan/ saat mulai timbulnya gejala s/d saat dikaji.
a. Nature
Status nutrisi berkurang
b. Origin
Internal : persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungan.
Ekternal : kurangnya dukungan keluarga, kurangnya dukungan
masyarakat, kurangnya dukungan kelompok/ teman sebaya.
c. Timing
Stress terjadi dalam waktu dekat, stress terjadi berulang-ulang/ terus-
menerus.
d. Number
Sumber stress lebih dari satu, stress dirasakan sebagai masalah yang
sangat berat.

IV.2 Keputusasaan
1. Nature
Status nutrisi pasien semakin menurun akibat pasien kehilangan nafsu
makannya.
2. Origin
- Internal : persepsi negatif individu pada dirinya dan lingkungan di
sekitarnya.
- Eksternal : pasien mendapat dukungan keluarga, tetapi tidak dengan
lingkungan dan teman-temannya.
3. Timing
Stress yang dialami pasien terjadi dalam waktu dekat. Pasien mengalami
stress secara terus-menerus dan berkepanjangan.
4. Number Kondisi pasien menjadi stressor yang paling berat dirasakan
pasien. Pasien merasa tidak ada harapan sembuh serta merasa hidupnya
tidak akan lama lagi.

V. Manisfestasi Klinis / tanda dan gejala


V.1Ketidakberdayaan
1. Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan dan mempengaruhi sesuatu.
2. Mengungkapakan tidak dapat menghasilkan sesuatu
3. Mengungkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan dalam
melakukan tugas dan aktivitas sebelumnya.
4. Mengungkankan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
5. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
6. Enggan mengungkapkan persaan sebenarnya.
7. Apatis dan pasif.
8. Gagal mempertahankan ide atau pendapat yang berkaitan dengan orang
lain ketika mendapat perlawanan.
9. Ekspresi muka murung.
10. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
11. Tidur berlebihan
12. Bicara dengan gerakan lambat
13. Menghindari orang lain.
V.2Keputusasaan
1. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa
hampa.
2. Klien tampak mengeluh dan murung
3. Klien tampak mengeluh dan murung
4. Klien berbicara seperlunya
5. Kontak mata klien kurang.
6. Peningkatan waktu tidur klien meningkat.
7. Klien mengangkat bahu sebagai tanda masa bodoh terhadap situasi yang
ada.
8. Klien mengisolasi diri.
9. Klien mengalami penurunan perhatian kepada orang lain.
10. Nafsu makan klien berkurang.

VI. Pathway
VI.1 Ketidakberdayaan

Harga Diri Rendah

Ketidakberdayaan

Disfungsi proses berduka

Kurangnya umpan balik

Umpan balik negatif yang konsisten.


VI.2 Keputusasaan
Ketidakberdayaan

Keputusasaan

Harga Diri Rendah

VII.Proses Pengkajian
VII.1 Pengkajian
1.Ketidakberdayaan
Data Subjektif
1. Mengungkapkan kata-kata tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan seusatu.
2. Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
3. Mengungkapkan ketidakpuasaan dan frustasi terhadap
ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.
4. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
Data Objektif
1. Ketidakmampuan mencari informasi perawatan
2. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan
kesempatan.
3. Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan
iritabilitas, ketidaksukaan, rasa marah, dan rasa bersalah.
4. Gagal mempertahankan ide yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan.
5. Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya.
6. Apatis dan pasif
7. Tidur berlebihan
8. Ekspresi muka murung
9. Menghindari orang lain.

2. Keputusasaan
Keputusasaan merupakan keadaan emosional ketika individu merasa
bahwa kehidupannya terlalu berat untuk dijalani. Seseorang yang tidak
memiliki harapan, tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki
kehidupannya, tidak menemukan solusi untuk permasalahannya, dan ia
percaya bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan bisa membantunya.
(NANDA International, 2017).
Identifikasi tingkah laku yang terkait dengan keputusasaan yaitu pasien
mengalami stres jangka panjang, serta mengalami penurunan kondisi
fisiologis. Setiap keadaan fisiologis yang 12 terjadi pada pasien , perawat
hendaknya melakukan identifikasi terhadap masalah yang dialami pasien
untuk mencegah pasien mengalami keputusasaan.

VII.2 Diagnosis Keperawatan


1. Ketidakberdayaan
2. Keputusasaan

VII.3 Rencana Tindakan Keperawatan


1. Ketidakberdayaan
Tujuan Intervensi Keperawatan
a. Tujuan Umum
Klien Menunjukkan kepercayaan kesehatan dengan kriteria:
merasa mampu melakukan, merasa dapat mengendalikan dan
merasakan ada sumber-sumber.
b. Tujuan Khusus
Klien menunjukkan pratisipasi: keputusan perawatan kesehatan
ditandai dengan:
- Mengungkapkan dengan kata-kata tentang segala perasaan
ketidakberdayaan.
- Mengidentifikasi tindakan yang berada dalam kendalinya.
- Menghubungkan tidak adanya penghalang untuk bertindak.
- Mengungkapkan dengan kata-kata kemampuan untuk melakukan
tindakan yang diperlukan.
- Melaporkan dukungan yang adekuat dari oramg terdekat, termasuk
teman dan tetangga.
- Libatkan pasien dalam pembuatan keputusan tentang rutinitas
perawatan/rencana terapi.
- Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan perawatan kepada
pasien (jelaskan semua prosedur, peraturan dan pilihan
untuk pasien, berikan waktu untuk menjawab pertanyaan dan
minta individu untuk menuliskan pertanyaan sehingga tidak
terlupakan).
- Bantu pasien mengidentifikasi situasi kehidupannya yang dapat
dikendalikan (perasaan cemas, gelisah, ketakutan).
- Bantu klien mengidentifikasi situasi kehidupan yang tidak dapat ia
kendalikan. Diskusikan dan ajarkan cara melakukan
manipulasi untuk mengendalikankeadaan yang sulit
dikendalikan.

2. Keputusasaan
Rencana tindakan keperawatan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus : Klien mampu
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengenal masalah keputusasaannya
3) Berpartisipasi dalam aktivitas
4) Menggunakan keluarga sebagai system pendukung
c. Tindakan Keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
a) Ucapkan salam
b) Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan yang disukai
c) Jelaskan tujuan pertemuan.
d) Dengarkan klien dengan penuh perhatian
e) Bantu klien penuhi kebutuhan dasarnya.
2) Klien mengenal masalah keputusasaannya
a) Beri kesempatan bagi klien mengungkapkan perasaan
sedih/kesendirian/keputusasaannya.
b) Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap
kondisinya dengan cara pandang perawat terhadap kondisi klien.
c) Bantu klien mengidentifikasi tingkah laku yang mendukung
putus asa : pembicaraan abnormal/negative, menghindari
interaksi dengan kurangnya partisipasi dalam aktivitas.
d) Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan untuk
mengatasi masalah, tanyakan manfaat dari cara yang digunakan.
e) Dukung klien untuk menggunakan koping efektif yang selama ini
digunakan oleh klien.
f) Beri alternative penyelesaian masalah atau solusi.
g) Bantu klien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari tiap
alternative.
h) Identifikasi kemungkinan klien untuk bunuh diri (putus asa
adalah factor risiko terbesar dalam ide untuk bunuh diri) :
tanyakan tentang rencana, metode dan cara bunuh diri.
3) Klien berpartisipasi dalam aktivitas
a) Identifikasi aspek positif dari dunia klien (“keluarga anda
menelepon RS setiap hari untuk menanyakan keadaanmu ?”
b) Dorong klien untuk berpikir yang menyenangkan dan melawan
rasa putus asa.
c) Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang
mendukung pikiran dan perasaan yang positif.
4) Klien menggunakan keluarga sebagai system pendukung
a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
(1) Ucapkan salam.
(2) Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan yang
disukai.
(3) Tanyakan nama keluarga, panggilan yang disukai, hubungan
dengan klien.
(4) Jelaskan tujuan pertemuan.
(5) Buat kontrak pertemuan.
b) Identifikasi masalah yang dialami keluarga terkait kondisi putus
asa klien.
c) Diskusikan upaya yang telah dilakukan keluarga untuk
membantu klien mengatasi masalah dan bagaimana hasilnya.
d) Tanyakan harapan keluarga untuk membantu klien mengatasi
masalahnya.
e) Diskusikan dengan keluarga tentang keputusasaan :
(1) Arti, penyebab, tanda-tanda, akibat lanjut bila tidak diatasi.
(2) Psikofarmaka yang diperoleh klien : manfaat, dosis, efek
samping, akibat bila tidak patuh minum obat.
(3) Cara keluarga merawat klien.
(4) Akses bantuan bila keluarga tidak dapat mengatasi kondisi
klien (Puskesmas, RS
VIII. Strategi Pelaksanaan
VIII.1 Ketidakberdayaan
1. Kondisi Klien
2. Diagnosa Keperawatan : Ketidakberdayaan
3. Tujuan Tindakann
a. Membina hubungan saling percayab. Mengenal masalah yang
dialami.
b. Melatih kegiatan yang dipilih.
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu. Perkenalkan, nama saya Siti
Sarah Fauzia.
Boleh dipanggil Sarah. Saya mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan
yang sedang praktik di kelurahan ini Bu. Nama Ibu siapa? Lebih senang
dipanggil ……bagaimana?.”
b) Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini?”
c) Kontrak
“baiklah selama 1 jam ke depan kita akan berbincang-bincang tentang
apa yang dirasakan Ibu agar kita saling mengenal. Bagaimana Bu
bersedia? Tempatnya disini saja ya?”
2. Fase Kerja
“Saya perhatikan tadi Ibu terlihat sedih dan merenung, memangnya apa
yang dirasakan Ibu saat ini? O gitu pak jadi Ibu merasa tidak mampu. Pada
saat apa biasanya Ibu merasa tidak mampu dengan diri sendiri? Bagaimana
dengan lingkungan sekitar Ibu, misalnya dari keluarga Ibu, adakah hal-hal
yang Ibu sukai dari mereka?
Baiklah kalau begitu, sekarang bisakah Ibu sebutkan kepada saya hal apa
saja yang Ibu sukai dalam diri Ibu? Coba Ibu ingat-ingat kembali
kemampuan apa saja yang dapat Ibu lakukan?
Sekarang bagaimana kalau saya membantu Ibu untuk membuat daftar hal-
hal positif dan kemampuan apa saja yang Ibu miliki. Baiklah, tadi Ibu
sudah menuliskan dan menyebutkan hal positif dan kemampuan yang
dimiliki. Iya bagus sekali pak. Disini, Ibu dapat melihat sendiri Ibu
memiliki kelebihan seperti orang lain, tapi tergantung Ibu juga, apakah
ingin mengembangkan kemampuan tersebut atau tidak. Menurut Ibu
kemampuan-kemampuan tersebut perlu dikembangkan atau tidak? Nah,
setelah tadi kita menuliskan hal positif dan kemampuan yang Ibu miliki,
menurut Ibu kemampuan yang mana yang mampu untuk Ibu lakukan saat
ini?. Wah iya bagus sekali merapikan taman.”

3. Fase Terminasi
a) Evaluasi
“Bagaimana perasaan Ibu setelah tadi kita berbincang-bincang?”
b) Rencana Tindak Lanjut
“nanti Ibu dapat mempraktekkan kembali kemampuan positif yang
sudah Ibu tulis. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan
harian ya Bu?”
c) Kontrak yang akan datang
“nah untuk hari ini sampai disini dulu. Besok kita akan bertemu lagi dan
membicarakan tentang kemampuan positif lain yang Ibu miliki.saya
pamit dulu. Assalamu alaikum
VIII.2 Keputusasaan
SP 1Pasien: Mendiskusikan kegiatan positif yang dulu pernah dilakukan,
dan menulis ulang kegiatan positif yang sudah didiskusikan .
1. Orientasi Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi Bu/Pak?.
Perkenalkan Saya perawat Sayonara, senang dipanggil Nara. Nama
Ibu/Bapak siapa? Wow bapak (nama pasien). Senangnya dipanggil
siapa?” Oooo bu/bapak (nama pasien). Nah, saya dating kesini untuk
membantu Ibu/Bapak menyelesaikan masalah Ibu/Bapak “.
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hariini? (pasien : sedih) ”Bagaimana
Bu/Pak, kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan sedih yang
Ibu / Bapak rasakan saat ini ?”. Menurut Ibu/Bapak dimana enaknya
kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat ini saja”.
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 30 menit. Apakah
Bapak/Ibu bersedia ?”.
2. Kerja
“Coba Ibu/Bapak ceritakan kepada saya tentang perasaan sedihyang
Ibu/Bapak rasakan saati ni”. “ (Pasien : saya sedih sekali.... sejak jari
tangan kanan saya diamputasi, rasanya saya tidak bisa berbuat apa-
apa lagi.... apalagi menghidupi keluarga,untuk minum saja saya masih
butuh bantuan orang lain....). Yaaa.... saya sangat mengerti perasaan
Ibu/Bapak. Sudah berapa lama perasaanitu Ibu/Bapak rasakan?
“Kalau saya boleh simpulkan, Bapak/Ibu saat ini mengalami hal yang
disebut dengan keputusasaan. Keputusasaan adalah suatu keadaan
dimana seseorang itu merasa tidak ada pilihan lain lagi untuk
menyelesaikan masalahnya walaupun sebenarnya ia masih memiliki
potensi/kemampuan untuk menyelesaikan masalah. “Pak/Bu,
bagaimana kalau saya memberitahukan tentang cara yang baik untuk
menyelesaikan masalah?” “Ada beberapa hal yang Bapak/Ibu bias
lakukan, misalnya, menceritakan masalah Bapak/Ibu kepada orang
lain yang Bapak/Ibu percaya. Dengan demikian beban yang
Bapak/Ibu rasakan setidaknya bias berkurang. Selain itu, Bapak/Ibu
juga bisa mengingat atau menuliskan kemampuan atau aspek positif
yang dulu pernah Ibu/Bapak lakukan. Coba ingat kembali apa saja hal
baik yang dulu pernah bapak/ibu lakukan. Wah....dulu ternyata
bapak/ibu bisa membuat es krim yang lezat ya. Nah buat daftar
sebanyak-banyaknya kemampuan lainnya. Kegiatan seperti ini
berguna untuk membantu membangkitkan semangat dan harapan
Ibu/Bapak kembali dalam menjalani kehidupan”. Meskipun tidak
dapat membuatnya sendiri tapi ibu/bapak masih bisa mengajarkannya
ke orang lain. Tulis dan buat daftar tersebut, ini akan membuktikan
bahwa ibu/bapak masih punya banyak kemampuan yang bermanfaat
bagi diri sendiri maupun orang lain. Hebat..
3. Terminasi
Nah... Pak/Bu, bagaimana rasanya setelah kita berbincang-bincang
tentang masalah Ibu/Bapak tadi?”. “ Coba Ibu/Bapak menyebutkan
apa sebenarnya yang Bapak/Ibu alami saat ini ? ”. “ Coba Ibu/bapak
ulangi, hal baik apa saja yang bias dilakukan untuk menyelesaikan
masalah ?”. “Bagus sekali Pak/Ibu”. “Baiklah Ibu/Bapak,sesuai
dengan janji kita telah berbincang-bincang selama 30 menit. Dan tadi
Bapak/Ibu telah mengetahui cara untuk menyelesaikan masalah,
setelah ini, Bapak/Ibu bias mencoba untuk mulai menerapkannya.
Bagaimana, apa Bapak/Ibu bersedia melakukannya ?”.” Bagus sekali
Pak/Bu”. Ibu/Bapak, bagaimana kalau besok kita berlatih kegiatan
membuat atau menuangkan air minum dari teko air, disini jam 9 pagi?
Baiklah bu.... Saya permisi dulu. Assalamualaikum WW.SelamatPagi.

SP 2Pasien: Mendiskusikan kemampuan pasien dalam kegiatan sehari


hari misalnya membuat minuman untuk dirinya atau orang lain.
1. Orientasi
Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi Bu/Pak... (sebutkan nama
pasien). Masih ingat saya? Ya saya perawat Sayonara, senang
dipanggil Nara. Nah saya datang kembali untuk melanjutkan diskusi
mengatasi masalah keputusasaan terutama pasca perawatan amputasi
dari RS.Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?Oya apakah daftar
kemampuan hal positif yang kemarin sudah selesai? Ada berapakah
yang sudah disusun?” Bagus... ”Bagaimana Bu/Pak, kalau kita
sekarang berlatih satu kemampuan yaitu mengambil air minum yang
dulu pernah dilakukan?. “Menurut Ibu/Bapak dimana enaknya kita
berlatih? Bagaimana kalau disini saja, selama 30 menit. Apakah
Bapak/Ibubersedia ?”.
2. Kerja
“Coba Ibu/Bapakceritakan kepada saya bagaimanakegiatan atau
aktifitas ibu/bapak sekarang pasca perawatan di RS? (berlatih menulis
kemampuan kegiatan yang msh bisa dilakukan seperti pada pertemuan
lalu). Waah sekarang sudah banyak hal positif yang bisa dituliskan
ya... Bagus.... Nah saat ini kita akan membantu ibu/bapak untuk
berlatih aktifitas misalnya mengoptimalkan fungsi tangan pasca
perawatan. Kita akan melatih kemampuan untuk mengambil air minum
dari teko air. Nah optimis ya, ibu/bapak akan bisa melakukannya. Nah
pertama ambil gelas pelan-pelan, lalu letakan di meja dan pegang teko
air, kemudian tuangkan perlahan ke dalam gelas. Nah air minumnya
sudah siap sekarang. Yaa. Bagus... ibu/bapak ternyata bisa
melakukannya seperti saya dan orang lain juga lakukan... Bagus
sekali....
3. Terminasi
Nah ... Pak/Bu, bagaimana perasaannya setelah kita berlatih
kemampuan pasca perawatan dari RS. Ternyata ibu/bapak masih bisa
membuktikan bahwa mampu melakukan seperti yang orang lain
lakukan. Bagaimana rasanya, senang...? Bagus sekali Pak/Ibu”.
“Baiklah Ibu/Bapak,sesuai dengan janji kita telah berlatih kemampuan
positif pasca perawatan selama 30 menit.Dan tadi Bapak/Ibu telah
berlatih kegiatan positif pasca diamputasi. Nah setelah ini, Bapak/Ibu
bias mencoba untuk mulai menerapkannya dengan kegiatan-kegiatan
lainnya. Misalnya melatih kemampuan tangan untuk membuat
minuman teh manis sendiri. Bagaimana, apa Bapak/Ibu bersedia
melakukannya?”.” Bagus sekali Pak/Bu”. Ibu/Bapak, bagaimana kalau
besok kita berlatih hal tersebut? Jam 9 saya datang ya. Baiklah
bu/pak.... Saya permisi dulu . Assalamualaikum WW.SelamatPagi.

IX. Daftar Pustaka


NANDA (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017
Edisi 10 Editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta ;EGC.
Carpenito, LJ. (2009). Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis
ed. 9. Jakarta:EGC
Keliat, B.A. (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC
Stuart, G.W. (2007). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Banjarmasin, 02 November 2020


Preseptor Akademik, Ners muda,

Farihah Febia ,S.Kep


M.Anwari.,Ns.M.Kep

Anda mungkin juga menyukai