Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Kasus (Masalah Utama)


Ketidakberdayaan
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Definisi
NANDA Internasional (2016) mendefinisikan ketidakberdayaan sebagai
persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan mempengaruhi
hasil; persepsi kurang kendali terhadap situasi saat ini atau situasi yang akan segera
terjadi. Ketidakberdayaan juga didefinisikan sebagai kondisi ketika individu atau
kelompok merasakan kurangnya control personal terhadap sejumlah kejadian atau
situasi tertentu akan mempengaruhi tujuan dan gaya hidupnya (Carpenito, 2009).
2. Etiologi
Menurut Towsend (2010) bebrapa penyebab yang mungkin pada seseorang
yang mengalamiketidakberdayaan sebagi berikut:
a. Kemungkinan etiologi :
1) Disfungsi proses berduka
2) Kurangnya umpan balik positif
3) Umpan balik negatif yang konsisten
b. Faktor yang berhubungan :
Setiap proses penyakit baik akut maupun kronis dapat menyebabkan
ketidakberdayaan atau berperan menyebabkan ketidakberdayaan.
Beberapa sumber umum antara lain :
1) Berhubungan dengan ketidakmampuan berkomunikasi, sekunder akibat
CVA, trauma servikal, infark miokard, nyeri.
2) Berhubungan dengan ketidakmampuan menjalani tanggung jawab peran
sekunder akibat pembedahan, trauma, artritis.
3) Berhubungan dengan proses penyakit yang melemahkan, sekunder
akibat sklerosis multipel, kanker terminal.
4) Berhubungan dengan penyalahgunaan zat.
5) Berhubungan dengan distorsi kognitif, sekunder akibat depresi.
Situasional (Personal, lingkungan) :
1) Berhubungan dengan status kuratif menjadi paliatif.
2) Berhubungan dengan perasaan kehilangan kontrol dan pembatasan gaya
hidup sekunder akibat (sebutkan).
3) Berhubungan dengan pola makan berlebihan.
4) Berhubungan dengan karakteristik personal yang sangat mengontrol nilai
(misalnya, lokus kontrol internal).
5) Berhubungan dengan pembatasan RS atau lembaga.
6) Berhubungan dengan gaya hidup berupa ketidakmampuan
(Helplessness).
7) Berhubungan dengan rasa takut akan penolakan (ketidaksetujuan).
8) Berhubungan dengan kebutuhan dependen yang tidak terpenuhi.
9) Berhubungan dengan umpan balik negatif yang terus-menerus.
10) Berhubungan dengan hubungan abusive jangka panjang.
11) Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
12) Berhubungan dengan mekanisme koping yang tidak adekuat.
Maturasional :
1) Anak remaja: berhubungan dengan masalah pengasuhan anak.
2) Dewasa: berhubungan dengan peristiwa kehilangan lebih dari satu kali,
sekunder akibat penuaan (misalnya, pensiun, defisit sensori, defisit
motorik, uang, orang terdekat).
3. Gejala klinis
Batasan Karakteristik (NANDA Internasional, 2016)
a. Ansietas
b. Pemberi asuhan
c. Harga diri rendah kronik
d. Kurang pengetahuan
e. Kekurangan secara ekonomi
f. Penyakit
g. Pola koping tidak efektif
h. Kurang dukungan sosial
i. Nyeri
j. Penyakit yang melemahkan secara progresif
k. Harga din rendah situasionaì
l. Marginalisasi social
m. Kondisi terstigma
n. Perjalanan penyakit yang tidak dapat diprediksi
Tanda dan gejala (Observasi):
a. Selera Makan turun/kurang
b. Waktu tidur panjang
c. Peran serta perawatan diri turun
d. Sikap pasif dalam perawatan
e. Perhatian pada orang yang dekat turun
f. Dapat merupakan lanjutan ansietas
Tanda dan gejala (wawancara):
a. Tidak mampu mengendalikan perubahan situasi
b. Tidak dapat menghasilkan sesuatu
c. Ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuanya.
d. Ketidakmampuan perawatan diri
e. Tidak dapat pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan
Menurut SDKI (2017) , terdapat tanda dan gejala ketidakberdayaan yaitu sebagai
berikut :
Tanda dan Gejala Mayor Tanda dan Gejala Minor
Subjektif Subjektif
Menyatakan frustasi atau tidak mampu 1. Merasa diasingkan
melaksanakan aktivitas. 2. Menyatakan keraguan tentang
kinerja peran
3. Menyaakan kurang control

4. Menyatakan rasa malu


5. Merasa tertekan
Objektif Objektif
Bergantung pada orang lain 1. Tidak berpartisipasi dalam
perawatan.
2. Pengasingan

4. Klasifikasi
Menurut Prabowo (2014); Wilkinson (2007) ketidakberdayaan yang dialami
klien dapat terdiri dari 3 tingkatan yaitu:
1. Rendah
Klien mengungkapakan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi
dan bersikap pasif.
2. Sedang
Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang dapat
mengakibatkan ititabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah. Klien tidak
melakukan praktik perawatan diri ketika ditantang. Klien tidak ikut memantau
kemajuan pengobatan. Klien menunjukkan ekspresi ketidakpuasan terhadap
ketidakmampuan melakukan aktivitas atau tugas sebelumnya. Klien
menujukkan ekspresi keraguan tentang performa peran.
3. Berat
Klien menunjukkan sikap apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang
terjadi dengan mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program pengobatan
dan menyatakan tidak memiliki kendali (terhadap perawatan diri, situasi, dan
hasil). Pada klien NAPZA biasanya klien cenderung jatuh pada kondisi
ketidakberdayaan berat karena tidak memiliki kendali atas situasi yang
memepngaruhinya untuk menggunakan NAPZA atau ketidakmampuan
mempertahankan situasi bebas NAPZA.
5. Sumber Koping

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Harapan Kesempatan Ketidakpastian Bahaya Tidak berdaya Putus

a. Harapan
Harapan akan mempngaruhi respons psikologis terhadap penyakit fisik.
Kurangnya harapan dapat meningkatkan stres dan berakhir dengan penggunaan
mekanisme koping yang tidak adekuat. Pada beberapa kasus,koping yang tidak
adekuat dapat menimbulkan masalah kesehatan jiwa.

b. Ketidakpastian

Ketidakpastian adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu memahami


kejadian yang terjadi. Hal ini akan mempengaruhi kemmapuan individu
mengkaji situasi dan memperkirakan upaya yang akan dilakukan.
Ketidakpastian menjadi berbahaya jika disertai rasa pesimis dan putus asa.
c. Putus asa
Putus asa ditandai dengan perilaku pasif, perasaan sedih dan harapanhampa,
kondisi ini dapat membawa klien dalam upaya bunuh diri.
C. Pohon Masalah
Efek Disfungsi proses berduka
Kurang umpan balik positif
Kurang umpan balik negatif
­
Core Problem Ketidakberdayaan
­
Etiologi Gangguan konsep diri: harga diri rendah

1. Masalah keperawatan
Ketidakberdayaan
2. Data yang perlu dikaji
a. Data subjektif :
1) Mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau
mempengaruhi situasi.
2) Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
3) Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
b. Data objektif :
1) Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau pengambilan keputusan saat
kesempatan diberikan.
2) Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya.
3) Tidak memantau kemajuan, ketidakmampuan mencari informasi tentang
perawatan.
4) Apatis, pasif.
5) Ekspresi muka murung.
6) Bicara dan gerakan lambat.
7) Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
8) Tidur berlebihan.
9) Menghindari orang lain.
D. Rencana Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan pada pasien
a. Tujuan umum :
1. Pasien mampu membina hubungan saling percaya
2. Pasien mampu mengenali dan mengekspresikan emosinya
3. Pasien mampu memodifikasi pola kognitiif yang negatif
4. Pasien mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan
dengan perawatan pasien
5. Pasien mampu termotivasi untuk aktif mencapai tujuan realistis.
b. Tindakan keperawatan pada pasien
1. Bina hubungan saling percaya
2. Membuat kontrak ( inform consent )
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi factor-faktor yang dapat berpengaruhpada
ketidakberdayaan (misalnya: pekerjaan, aktivitas hiburan, tanggung jawab
peran, hubungan antar pribadi).
Rasional: mengidentifikasi situasi/hal-hal yang berpotensi dapat dikendalikan
dan dapat digunakan sebagai sumber kekuatan/power bagi klien.
4. Diskusikan dengan pasien pilihan yang realistis dalam perawatan, berikan
penjelasan untuk pilihan tersebut.
Rasional: Memberikan kesempatan pada klien untuk berperan dalam proses
perawatan, termasuk untuk meningkatkan pemikiran positif klien, dan
meningkatkan tanggung jawab klien.
5. Libatkan pasien dalam pembuatan keputusan tentang rutinitas
perawatan/rencana terapi
Rasional: Pelibatan klien dalam proses pembuatan keputusan, mampu
meningkatkan rasa percaya diri.
6. Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan perawatan kepada pasien
(jelaskan semua prosedur, peraturan dan pilihan untuk pasien, berikan waktu
untuk menjawab pertanyaan dan minta individu untuk menuliskan pertanyaan
sehingga tidak terlupakan)
Rasional: Meningkatkan kemampuan berpikir positif terhadap proses perawatan
yang sedang dijalani oleh klien, pelibatan klien dalam setiap pengambilan
keputusan menjadi hal penting.
7. Bantu pasien mengidentifikasi situasi kehidupannya yang dapat dikendalikan
(perasaan cemas, gelisah, ketakutan).
Rasional: Kondisi emosi pasien mengganggu kemampuannya untuk
memecahkan masalah. Bantuan diperlukan agar dapat menyadari secara akurat
keuntungan dan konsekuensi dari alternative yang ada.
8. Bantu klien mengidentifikasi situasi kehidupan yang tidak dapat ia kendalikan
(adiksi), Disukusikan dan ajarkan cara melakukan manipulasi menghadapi
kondisi-kondisi yang sulit dikendalikan, misalnya afirmasi.
Rasional: Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan yang berhubungan
dengan ketidakmampuan sebagai upaya mengatasi masalah yang tidak
terselesaikan dan menerima hal-hal yang tidak dapat diubah.
9. Bantu pasien mengidentifikasi faktor pendukung, kekuatankekuatan diri
(misalnya kekuatan baik itu berasal dari diri sendiri, keluarga, orang terdekat,
atau teman). Rasional: Pada pasien dengan ketidakberdayaan dibutuhkan faktor
pendukung yang mampu mensupport pasien, dari dalam sendiri dapat berupa
penguatan nilai-nilai spiritual, Jika dalam proses perawatan kekuatan lain tidak
adekuat.
10. Sampaikan kepercayaan diri terhadap kemampuan pasien untuk menangani
keadaan dan sampaikan perubahan positif dan kemajuan yang dialami pasien
setiap hari.
Rasional: Meningkatkan rasa percaya diri terhadap kemampuan atas upaya dan
usaha yang sudah dilakukan oleh klien.
11. Biarkan pasien mengemban tanggung jawab sebanyak mungkin atas praktik
perawatan dirinya. Dorong kemandirian pasien, tetapi bantu pasien jika tidak
dapat melakukannya.
Rasional: memberikan pilihan kepada pasien akan meningkatkan perasaannya
dalam mengendalikan hidupnya.
12. Berikan umpan balik positif untuk keputusan yang telah dibuatnya
c. Tindakan keperawatan pada keluarga
a. Tujuan keperawatan pada keluarga
1. Keluarga mampu mengenal masalah ketidakberdayaan/ ketidakmampuan
pada anggota keluarganya
2. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
ketidakberdayaan atau ketidakmampuan
3. Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami
ketidakberdayaan/ ketidakmampuan.
b. Tindakan keperawatan pada keluarga
1. Mendiskusikan kondisi pasien : Ketidak berdayaan, Penyebab terjadi,
tanda dan gejala.
2. Melatih keluarga merawat ketidakberdayaan pasien.
3. Melatih keluarga melakukan follow up ketidakberdayaan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. (2009). Diagnosis Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinik, Ed. 9. Jakarta:
EGC.

Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Towsend, M. (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropika. Jakarta: EGC.

Wilkinson, J. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

NANDA International. (2016). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 -21017
Edisi 10. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai