Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN KETIDAKBERDAYAAN

disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Profesi Ners


Stase Keperawatan Jiwa

oleh
Uswatun Hasanah, S.Kep
NIM 192311101090

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Jalan Kalimantan 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450.

1
1. Pengertian
Ketidakberdayaan dalam NANDA (2017) adalah pengalaman hidup kurang
pengendalian terhadap situasi, termasuk persepsi bahwa tindakan seseorang secara
signifikan tidak akan mempengaruhi hasil.
Orang mungkin beresiko mengalami ketidakberdayaan akibat kondisi yang
dialaminya. Kondisi ketidakberdayaan tidak seperti keputusasaan,
ketidakberdayaan pada individu terjadi bila individu tidak dapat mengatasi solusi
dari masalahnya, sehingga individu percaya hal tersebut diluar kendalinya untuk
mencapai solusi tersebut. Keputusasaan menyiratkan seseorang percaya bahwa
tidak ada solusi terhadap masalahnya. (Hidayat, Asep. 2014).

2. Faktor Resiko
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya resiko
ketidakberdayaan menurut NANDA (2018):
1. Disfungsional lingkungan institusi
2. Interaksi interpersonal tidak memadai
3. Ansietas
4. Pemberi asuhan
5. Strategi koping tidak efektif
6. Kurang pengetahuan mengatur situasi
7. Dukungan sosial tidak memadai
8. Harga diri rendah
9. Nyeri
10. Marginalisasi sosial
11. Stigma

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan terdapat kondisi-kondisi yang


mampu menyebabkan terjadinya resiko ketidakberdayaan yaitu:
a) perawatan yang kompleks
b) penyakit
c) penyakit progresif

2
d) diagnosis penyakit yang tidak terduga
e) penyakit kronis atau terminal
f) peristiwa traumatis
(NANDA, 2018; SDKI, 2016)

3. Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik klien dengan ketidakberdayaan menurut (Wilkinson,
2007) ketidakberdayaan yang dialami klien dapat terdiri dari tiga tingkatan antara
lain:
a. Rendah
Klien mengungkapakan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi dan
bersikap pasif.
b. Sedang
Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang dapat
mengakibatkan ititabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah. Klien
tidak melakukan praktik perawatan diri ketika ditantang. Klien tidak ikut
memantau kemajuan pengobatan. Klien menunjukkan ekspresi
ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan aktivitas atau tugas
sebelumnya. Klien menujukkan ekspresi keraguan tentang performa peran.
c. Berat
Klien menunjukkan sikap apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang
terjadi dengan mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program
pengobatan dan menyatakan tidak memiliki kendali (terhadap perawatan
diri, situasi, dan hasil).

Batasan karakteristik menurut NANDA, hopeless atau ketidakberdayaan


berarti suatu kondisi subjektif dimana individu melihat batasan atau tidak ada
alternative atau pilihan personal yang tersedia dan tidak memobilisasi energi
sendiri. Batasan karakteristik diagnosa ini antara lain :
1. Alienasi
2. Ketergantungan
3. Depresi

3
4. Meragukan performa peran
5. Frustasi akan ketidakmampuan melakukan aktivitas sebelumnya
6. Kurang keterlibatan dalam perawatan atau pasif mengikuti perawatan
7. Ketidakmampuan sense of control

4. Psikopatologi

A. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan laraia (2005) faktor pediposisi merupakan faktor yang
beresiko menjadi sumber terjadinya stres dan mempengaruhi tipe dan sumber dari
individu untuk menghadapi stres baik secara bologis, psikososial dan
sosiokultural. Faktor predisposisi tersebut antara lain :
a. Faktor Genetik, individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi dan sulit mengembangkan sikap optimis dalam
menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi proses
kehilangan.

4
b. Teori Kehilangan, berhubungan dengan faktor perkembangan. Seseorang
yang mengalami kehilangan yang traumatis atau perpisahan dengan orang
yang berarti dalam hidup dapat mempengaruhi kemampuan individu tersebut
untuk mengatasi perasaan kehilangan, pada masa depan individu tersebut
menjadi tidakberdaya dan akan sulit mencapai fase menerima.
c. Teori Kognitif, mengemukakan bahwa depresi menjadi akibat gangguan
perkembangan terhadap penilaian negatif terhadap diri, sehingga terjadi
gangguan proses pikir. Individu menjadi pesimis dan memandang dirinya
tidak adekuat, tidak berdaya dan tidak berharga serta hitup sebagai tidak ada
harapan.
d. Teori Model Belajar Ketidakberdayaan, menyatakan depresi terjadi karena
individu mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu menjadi pasif
dan tidak mampu menghadapi masalah. Akhirnya timbul keyakinan individu
akan ketidakmampuannya mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak
berupaya mengembangkan respon yang adaptif. Menurut (Funnel dan
Aderson, 2005) mengatakan keberhasilan perubahan sikap dari penderita
merupakan salah satu keberhasilan perawatan yang bersifat mandiri.

B. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi resiko atau
bahkan ketidakberdyaan dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi
internal dimana pasien kurang dapat menerima perubahan fisik dan psikologis
yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya keluarga dan masyarakat kurang
mendukung atau mengakui keberadaannya yang sekarang terkait dengan
perubahan fisik dan perannya. Sedangkan durasi stressor terjadi kurang lebih 6
bulan terakhir, dan waktu terjadinya dapat bersamaan, silih berganti atau hampir
bersamaan, dengan jumlah stressor lebih dari satu dan mempunyai kualitas yang
berat. Hal tersebut dapat menstimulasi ketidakberdayaan bahkan memperberat
kondisi ketidakberdayaan yang dialami oleh klien.

5
C. Penilaian terhadap stressor
Merupakan reaksi individu terhadap stressor presipitasi yang dihadapinya.
Reaksi ini bisa berupa reaksi kognitif, contohnya berpikir ingin bunuh diri,
berkurangnya motivasi, konsentrasi atau tingkat kesadaran dll. Reaksi afektif
contohnya merasa sedih, merasa marah, tidak berdaya dll. Reaksi fisiologis
contohnya perubahan pada tanda-tanda vital dan status fisiologis lainnya. Reaksi
perilaku, contohnya menolak untuk melakukan aktivitas sehari-hari, berbicara
sendiri, sering komat-kamit dll. Reaksi sosial, contohnya mengamuk, memukul
orang lain, menarik diri dari pergaulan dll. Penilaian terhadap stressor ini
merupakan data fokus yang bias digunakan oleh perawat untuk menegakkan
diagnosa keperawatan.

D. Sumber Koping
Semua hal yang bisa dijadikan alat untuk membantu individu mengatasi
stresornya secara konstruktif atau sebaliknya dapat menjadikan individu
menggunakan mekanisme pemecahan masalah yang salah. Terdiri dari:
kemampuan personal (bakat, kepandaian dll), dukungan sosial (punya sahabat
sedikit atau banyak dll), asset materi (kekayaan, punya asuransi atau tidak dll),
dan keyakinan positif (kepercayaan terhadap diri sendiri dan Tuhan, lebih
berfokus kepada pengobatan dari pada pencegahan dll).

E. Mekanisme koping
Tiap upaya yang dilakukan untuk penatalaksanaan stress termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung (task oriented) dan mekanisme pertahanan ego
yang digunakan untuk melindungi diri (ego oriented).

5. Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan


A. Diagnosa Medis
Diagnosa medis yang dapat diangkat yaitu cemas. Ketidakberdayaan
merupakan salah satu manifestasi klinis dari cemas. Kecemasan adalah suatu
perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering

6
disertai dengan gejala fisiologis (Tomb, 2000). Rentang respon individu terhadap
cemas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptive. Rentang respon yang
paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi
dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang paling
maladaptive adalah panik dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon
terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami gangguan fisik, perilaku
maupun kognitif.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bias diangkat menurut NANDA (2018) adalah
resiko ketidakberdayaan dan ketidakberdayaan.

6. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Farmakologi
Ketidakberdayaan ditandai dengan perasaan cemas. Ada beberapa obat-
obatan anti kecemasan terutama benzodiazepine, obat ini digunakan untuk jangka
pendek, dan tidak dianjurkan untuk jangka panjang karena pengobatan ini
menyebabkan toleransi dan ketergantungan. Obat anti kecemasan
nonbenzodiazepine, seperti buspiron (Buspar) dan berbagai antidepresan juga
dapat digunakan (Isaacs, 2005).

B. Penatalaksanaan non farmakologi


a) Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dengan
cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa
terhadap cemas yang dialami.
b) Relaksasi
Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi, meditasi,
relaksasi imajinasi dan visualisasi serta relaksasi progresif

7
C. Penatalaksanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukakan terhahap pasien dengan
masalah ketidakberdayaan ini adalah dengan memodifikasi respon emosional
maladaptif klien, mengembalikan fungsi kerja dan psikososial klien, tingkatkan
kualitas hidup klien, dan meminimalkan rasa cemas klien.

1. Peningkatan harga diri.


Peningkatan harga diri dapat dilakukan dengan cara:
a) Lakukan pendekatan yang hangat, bersifat empati, tunjukkan respons
emosional dan menerima pasien apa adanya
b) Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya
supportif, beri waktu klien untuk berespon
c) Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan
melalui interupsi atau subtitusi.
d) Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat dan jika
klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus.
Motivasi untuk mempertahankan penampilan/kegiatan tersebut.
2. Peningkatan sistem dukungan.
Peningkatan system dukungan dapat dilakukan dengan cara:
a) Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya
b) Libatkan klien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatan yang ingin
dicapai
c) Berikan klien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan
d) Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat
dikontrolnya. Dukung kekuatan–kekuatan diri yang dapat di identifikasi
oleh klien
e) identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh klien. Dorong untuk
berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan berikan penguatan
positif untuk partisipasi dan pencapaiannya.
3. Pengurangan kecemasan.
Pengurangan kecemasan dapat dilakukan dengan cara:

8
a) Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi dan
klarifikasi
b) Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif
4. Bantuan perawatan diri.
Bantuan perawatan diri dapat dilakukan dengan cara:
a) Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi area
area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya
untuk mengontrol.
b) Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
berpengaruh terhadap ketidakberdayaannya
c) Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif
d) Bantu pasien untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya
dan perubahan yang terjadi.
5. Bantuan kelompok
Bantuan kelompok dapat delakukan dengan cara:
a) Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu
klienmenurunkan perasaan tidakberdayaan
b) Adakan suatu konfrensi multidisiplin untuk mendiskusikan dan
mengembangkan perawatan rutin klien

9
DAFTAR PUSTAKA

Ann Isaacs. 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Bulechek G, dkk. 2008. Nursing Interventions Clarification (NIC). Six Edition.


Mosby : Lowa city.

Hidayat, Asep. 2014. “Asuhan Keperawatan Psikososial Ketidakberdayaan Pada


Tn. H Dengan Diagnosa Medis Diabetes Militus Tipe Dua Diruang
Antasena Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor”. Depok : Universitas
Indonesia. Karya Ilmiah Akhir diakses melalui http://lib.ui.ac.id/file?
file=digital/2016-5/20390998-PR-Asep%20Hidayat.pdf

Moorhead S, dkk. 2008. Nursing Outcames Clasification (NOC).Fifth


Edition.Mosby : Lowa city

Nanda Internasional. 2018. Diagnosis Keperawatan 2018-2020. EGC : Jakarta.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta

Stuart, G.W. & Laraia, M. T. (2005). Psychiatric nursing: Principle and practice 8
th Edition. St. Louis: Mosby.

Tomb, D. A. (2000). Buku Saku Psikiatri (Edisi Keenam). Jakarta: EGC.

Townsend, M. C, 2009, Psychiatric Mental Healt Nursing : Concepts of Care in


Evidence-BasedPractice (6th ed.), Philadelphia : F.A. Davis

Undang – undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan


Jiwa http://binfar.kemkes.go.id/?
wpdmact=process&did=MjAxLmhvdGxpbms

Varcarolis. 2000. Manual Of Psychiatric Nursing Care Planning: Assessment


Guides, Diagnoses, and Psychopharmacology,
http//www.books.google.co.id

10

Anda mungkin juga menyukai