Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN JIWA: HARGA DIRI RENDAH
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Prof. dr. SOEROJO MAGELANG
PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun oleh :
Dwi Almira Trisnanagari
P1337430120022

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2022
KONSEP DASAR

A. Pengertian Harga Diri Rendah


Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak
dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri Faktor yang mempegaruhi harga diri
meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang
berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang
lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan
dari sumber internal dan eksternal seperti: Trauma seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam. (Yoedhas, 2010).
Harga diri rendah adalah keadaan ketika individu mengalami evaluasi diri negatif
mengenai diri atau kemampuan diri. (Lynda Juall Carpenito-Moyet, 2007). Harga diri
rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat
bertanggung jawab atas kehidupan sendiri, gagal menyesuaikan tingkah laku dan cita –
cita. (Fk.UNDIP , 2001)
Kesimpulan harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
percayaan diri, harga diri serta menolak dirinya. Tidak dapat bertanggung jawab atas
kehidupan sendiri serta gagal dalam menyesuaikan tingkah laku dan cita-cita.

B. Klasifikasi Harga Diri Rendah


Klasifikasi Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.

C. Etiologi
Etiologi Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi
secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami,
putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban
perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba). Pada klien yang dirawat dapat terjadi
harga diri rendah, karena :
a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/ sakit/ penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.

2. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/
dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat
akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan
respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik
yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan life span history klien,
penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan,
kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok
(Yosep, 2007)

D. Manifestasi Klinik
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3. Merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu
4. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
5. Percaya diri kurang
6. Mencederai diri
7. Konsentrasi menurun
8. Menyangkalfek labil
9. Regresi perkembangan
E. Akibat Yang Dapat Ditimbulkan
Klien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisa mengakibatkan gangguan
interaksi sosial : menarik diri, dan memicu munculnya perilaku kekerasan yang beresiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Isolasi social merupakan suatu keadaan
dimana individu dan kelompok mengalami kebutuhan meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk melakukan kontak. Tanda dan gejala
Data Subyektif
1. Klien mengatakan kesepian
2. Klien mengatakan tidak mempunyai teman
3. Klien mengatakan lebih sering di rumah, sendiri
4. Klien mengatakan tidak dapat berhubungan social

Data Obyektif
1. Menyendiri
2. Diam
3. Ekspresi wajah murung, sedih
4. Sering larut dalam pikiranya sendiri

F. Penatalaksanaan
1. Psikofarmakologi
Pemberian terapi medis pada kasus harga diri rendah juga tidak digolongkan
sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat golongan antidepresan, karena
fungsi dari obat anti depresan adalah memblok pengambilan kembali
neurotransmitter norepineprin dan serotonin, meningkatkan konsentrasinya pada
sinaps dan mengkoreksi defisit yang diperkirakan menyebabkan alam perasaan
melankolis. Hal ini sesuai dengan masalah neurotransmitter yang dihadapi oleh klien
dengan harga diri rendah yaitu adanya penurunan neurotransmitter seperti serotonin,
norepineprin.
Terdapat banyak jenis antidepresan tetapi pada kasus harga diri rendah kali ini
pemberian obat yang dapat diberikan lebih banyak dalam jenis Tricyclic Anti
Depresan (TCA) : Amitriptiline, Imipramine, desipramine, notriptilin, sesuai dengan
fungsi dari obatnya yaitu untuk meningkatkan reuptakeseorotonin dan norepinefrin
sehingga meningkatkan motivasi klien dan sesuai dengan indikasinya yaitu
pengobatan yang diberikan pada klien dengan depresi tetapi juga mengalami
skizofrenia sehingga mempunyai efek pengobatan yang saling meningkatkan.

2. Psikoterapi
Psikoterapi keperawatan yang diberikan pada klien dengan harga diri rendah
meliputi tindakan untuk klien secara pribadi, juga untuk keluarga dan komunitas di
lingkungan klien tinggal. Terapi yang diberikan tetap dengan menggunakan tindakan
keperawatan generalis ditambah dengan tindakan berupa terapi kognitif untuk
individu, triangle terapi untuk keluarga dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi dan
logoterapi untuk terapi kelompok pada klien harga diri rendah kronis.

G. Pohon Masalah

Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan Akibat

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Akibat

Isolasi Sosial Akibat

Harga Diri Rendah Core Problem

Penyebab Koping Individu Tidak Traumatik Tumbuh Penyebab


Efektif Kembang

(Yosep, 2009)
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Masalah Keperawatan
1. Harga Diri Rendah
2. Ansietas
3. Gangguan citra tubuh

B. Data yang Perlu dikaji


Subjektif :
a. Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna
b. Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
c. Mengungkapkan dirinya merasa tidak bersemangat untuk beraktivitas atau bekerja
d. Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi, berhias, makan,
atau toileting)
Objektif :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimistis
d. Tidak menerima pujian
e. Penurunan produktivitas
f. Penolakan terhadap kemampuan diri
g. Kurang memperhatikan perawatan diri
h. Berpakaian tidak rapi
i. Berkurang selera makan
j. Tidak berani menatap lawan bicara
k. Lebih banyak menunduk
l. Bicara lambat dengan nada suara lemah

C. Intervensi
1. Mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif yang yang masih di miliki pasien.
Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemempiuan dan aspek positif yang
masih dimilikinya
2. Membantu pasien menilain kemampuan yang dapat digunakan.
3. Membantu pasien memilih atau menetapkan kemampuan yang akan dilatih
4. Melatih kemampuan yang dimiliki pasien.
5. Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih

D. Strategi Pelaksanaan
(SP 1 : Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu
pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah
dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana
harian)
Fase Orientasi “Selamat pagi, Perkenalkan nama saya deva safira, dari Poltekkes
semarang.Bagaimana kabar bapak hari ini ? bapak terlihat sehat yaa“.
”Bagaimana, kalau kita berbincang tentang kemampuan dan kegiatan
yang pernah bapak lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana
yang masih dapat bapak dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih
satu kegiatan untuk kita latih”
”Dimana kita bisa berbincang pak ? Bagaimana kalau di ruang tamu ?
Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit Pak ?
Fase Kerja ”Bapak, apa saja kemampuan yang bapak miliki? Bagus, apa lagi? Saya
buat daftarnya ya? Kemudian untuk kegiatan rumah tangga yang bapak
bisa apa? Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci
piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan
kegiatan yang bapak bisa “.
”Bapak dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih
dapat dikerjakan di sekarang? Coba kita lihat, yang pertama bisakah,
yang kedua sampai 5 (misalnya ada 3). Bagus sekali ada 3 kegiatan
yang masih bisa dikerjakan sekarang.
”Sekarang, coba bapak pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan
di saat ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau
begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur
pak?”. Mari kita lihat tempat tidur bapak Coba lihat, sudah rapih atau
belum
tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan
kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai
dari arah atas, ya, bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan,
lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan
letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan
sebelah bawah/kaki. Bagus !”
” bapak sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba bapak lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri)
kalau bapak lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan
bisa melakukan, dan T jika bapak tidak melakukan.
Fase Terminasi “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang dan latihan
merapihkan tempat tidur ? selain itu bapak ternyata banyak memiliki
kemampuan yang dapat dilakukan di rumah saat ini. Salah satunya,
merapihkan tempat tidur, yang sudah bapak praktekkan dengan baik
sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga setiap hari.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. Bapak Mau berapa
kali sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam
berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak masih
ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain
merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring. Kalau begitu kita akan
latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur sehabis makan pagi.
Sampai
besok jumpa ya pak”
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2003). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Fitria Nita. Dkk. 2013. Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta: Salemba
Medika
Iyus, Yosep. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Keliat, B. 2009. MPKP Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Wilkinson, J. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai