Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN


HARGA DIRI RENDAH

Disusun Oleh :

JESSICA CRISTABELLA AGUSTIN

S21074/S21 B

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. MASALAH UTAMA
Harga diri rendah

B. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar
dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,
kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga (Stuart
& Sundeen, 2019).
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak
berharga, tidak berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat, 2018). Harga diri rendah
merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal dalam mencapai keinginan (Direja, 2020).
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perawatan
tentang diri atau kemampuan diri yang negative yang dapat secara
langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 2018). Gangguan
harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara :
1) Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba.
Misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah,
pututs hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban
perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
2) Harga diri rendah kronik yaitu perasaan negative terhadap diri telah
berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat. Pasien mempunyai
cara berfikir yang negatif. Kejadian dakit dan dirawat akan menambah
persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisiini mengakibatkan respon
yang maladaptif, kondisiini dapat ditemukan pada pasien gangguan
fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa (NANDA NIC-NOC,
2018).
2. Etiologi
Dibawah ini penyebab terjadinya klien mengalami harga diri rendah :
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah
penolakan orang tua yang tidak realitas, kegagalan berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
a. Perkembangan individu yang meliputi :
a. Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak
dicintai kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan
akan gagal pula untuk mencintai orang lain.
b. Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang –
orang tuanya atau orang tua yang penting/ dekat dengan
individu yang bersangkutan.
c. Sikap orang tua over protecting, anak merasa tidak berguna,
orang tua atau orang terdekat sering mengkritik serta
merevidasikan individu.
d. Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan
merasa rendah diri.
b. Ideal diri
a. Individu selalu dituntut untuk berhasil.
b. Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
c. Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa
percaya diri.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah
hilangnya sebagian anggota tubuh, penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan
konsep diri : harga diri rendah kronis ini dapat terjadi secara
situasional atau kronik.Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah
kronis adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya
penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta
menurunnya produktivitas (Fitria, 2020).
a) Situasional
Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis yang
terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul
secara tiba – tiba, misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan,
menjadi korban pemerkosaan atau menjadi narapidana sehingga
harus masuk penjara. Selain itu, dirawat di rumah sakit juga bisa
menyebabkan rendanya harga diri seseorang di karenakan penyakit
fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman,
harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh,
serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien
dan keluarga.
b) Kronik
Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat. Klien sudah memiliki pikiran negatif sebelum
dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.
Baik faktor predisposisi maupun presipitasi diatas apabila telah
mempengaruhi seseorang baik dalam berfikir, bersikap maupun
bertindak, maka dianggap telah mempengaruhi koping individu
tersebut sehingga menjdai tidak efektif (mekanisme koping tidak
efektif). Bila kondisi klien dibiarkan tanpa adanya intervensi lebih
lanjut dapat menyebabkan kondisi dimana klien tidak memiliki
kemauan untuk bergaul dengan orang lain (isolaasi sosial). Klien
yang mengalami isolasi sosial dapat membuat klien asik dengan
dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul resiko
perilaku kekerasan.
3. Manifestasi Klinik
a. Subjektif
1) Mengungkapkan untuk memulai hubungan/pembicaraan
2) Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang
lain
3) Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
b. Objektif
Tanda dan gejala harga diri rendah menurut Budi Ana Keliat (2019),
yaitu :
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit.
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri
sendiri).
3) Gangguan hubungan social (menarik diri).
4) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
5) Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram mungkin klien ingin mengakhiri kehidupannya).
4. Patofisiologis & Pathway
Dalam tinjauan life span history, penyebab dari terjadinya harga
diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian
atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja, keberadaannya
kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang
dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri
rendah muncul ketika lingkungan mengucilkannya dan menuntut lebih dari
kemampuannya (Yosep, 2018).
Effect Isolasi Sosial

Core Problem Gangguan konsep diri: Harga diri rendah


Causa Koping Individu Tidak Efektif

Gambar 1. Pohon Masalah (Yosep, 2018)

5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut yosep (2018) pemeriksaan penunjang dari harga diri
rendah kronis yaitu :
c. Pemeriksaan psikologis
1) Pemeriksaan psikiatrik
2) Pemeriksaan psikometri
d. Pemeriksaan lain jika diperlukan
Pemeriksaan darah rutin, fungsi hepar, faal ginjal, enzim hepar,
CT-SPemeriksaan darah rutin, fungsi hepar, faal ginjal, enzim
hepar, CT-Scan, EEG.
6. Pengobatan
Menurut NANDA, 2018 terapi yang dapat diberikan pada penderita
harga diri rendah, yaitu:
a. Psikoterapi
Terapi yang digunakan untuk mendorong pasien bersosialisasi
lagi dengan oranglain. Tujuannya agar klien tidak menyendiri
lagi karena jika klien menarik diri, klien dapat membentuk
kebiasaan yang buruk lagi.
b. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi yang dilakukan pada klien harga diri rendah dengan
menggunakan stimulasi atau diskusi untuk mengetahui
pengalaman atau perasaan yang dirasakan saat ini dan untuk
membentuk kesepakatan persepsi atau penyelesaian masalah.

C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Masalah keperawatan
a. Harga diri rendah kronis (D.0086)
b. Gangguan citra tubuh (D.0083)
c. Isolasi sosial (D.0121)
2. Diagnosa keperawatan
a. Harga diri rendah
Data Subjektif :pasien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa,
tidak tau apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri
Data Objektif : pasien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila
disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri atau ingin
mengakhiri hidup
b. Gangguan citra tubuh
Data Subjektif : mengungkapkan tidak ingin hidup lagi,
mengungkapkan sedih karena keadaan tubuhnya, pasien malu bertemu
dan berhadapan dengan orang lain karena keadaan tubuhnya yang
cacat
Data Objektif : ekspresi wajah sedih, tidak ada kontak mata ketika
diajak bicara, suara pelan dan tidak jelas, tampak menangis
c. Isolasi sosial
Data Subjektif : ekpresi wajah kosong, tidak ada kontak mata,
suara pelan dan tidak jelas
Data Objektif : apatis, ekspresi sedih, efek tumpul, menyendiri,
berdiam diri di kamar, banyak diam
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Pasien mampu: Setelah dilakukan intervensi SP 1
1. Mengidentifikasi keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi
kemampuan dan jam, maka harga diri rendah kemampuan positif
aspek positif yang kronik membaik dengan yang dimiliki
dimiliki kriteria hasil : 2. Diskusikan bahwa
2. Menilai kemampuan 1. Mengidentifikasi pasien masi memiliki
yang dapat kemampuan aspek sejumlah kemampuan
digunakan positif yang dimiliki dan aspek positif
3. Menetapkan atau 2. Memiliki kemampuan seperti kegiatan pasien
memilih kegiatan yang dapat digunakan dirumah adanya
yang sesuai dengan 3. Memilih kegiatan yang keluarga dan
kemampuan sesuai kemampuan lingkungan terdekat
4. Melatih kegiatan 4. Melakukan kegiatan pasien
yang sudah dipilih yang sudah dipilih 3. Beri pujian yang
sesuai 5. Merencanakan kegiatan realistis dan hindarkan
yang sudah dilatih setiap kali bertemu
dengan pasien
penilaian yang negatif
4. Nilai kemampuan yang
dapat dilakukan saat
ini
5. Diskusikan dengan
pasien kemampuan
yang masih digunakan
saat ini
6. Bantu pasien
menyebutkannya dan
memberi penguatan
terhadap kemampuan
diri yang diungkapkan
pasien
7. Perlihatkan respon
yang kondusif dan
menjadi pendengar
yang aktif
8. Pilih kemampuan yang
akan dilatih
9. Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien
10. Beri kesempatan pada
pasien untuk mencoba
kegiatan dan beri
pujian atas
aktivitas/kegiatan yang
dilakukan pasien setiap
hari

SP 2
1. Evaluasi kegiatan yang
lalu (SP 1)
2. Pilih kemampuan
kedua yang dapat
dilakukan
3. Latih kemampuan
yang dipilih
4. Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien
Keluarga mampu Setelah dilakukan SP 1
merawat pasien dengan intervensi keperawatan 1. Identifikasi masalah
HDR di rumah dan selama 3x24 jam, maka yang dirasakan dalam
menjadi sistem keluarga mampu: merawat pasien
pendukung yang efektif 1. Mengenal harga diri 2. Jelaskan proses
pasien rendah yang dialami terjadinya HDR
pasien (pengertian, 3. Jelaskan tentang cara
tanda dan gejala, proses merawat pasien
terjadinya harga diri 4. Main peran dalam
rendah, dan akibat jika merawat pasien HDR
harga diri rendah tidak 5. Susun RTL
diatasi) keluarga/jadwal
2. Mengambil keputusan keluarga untuk
merawat harga diri merawat pasien
rendah SP 2
3. Merawat harga diri 1. 1. Evaluasi
rendah kemampuan SP 1
4. Menciptakan suasana 2. Latih keluarga
keluarga dan lingkungan langsung kepasien
yang mendukung pasien 3. Menyusun RTL
untuk meningkatkan keluarga/jadwal
harga dirinya keluarga untuk
5. Memantau peningkatan merawat pasien
kemampuan pasien SP 3
dalam mengatasi harga 1. Evaluasi kemampuan
diri rendah keluarga
6. Melakukan follow up ke 2. Evaluasi kemampuan
puskesmas, mengenal pasien
tanda kambuh, dan 3. RTL keluarga
melakukan rujukan. a) Follow up
b) Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

NANDA NIC-NOC.2018. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA NIC-NOC.Yogyakarta : Mediaction Jogja
Stuart GW, Sundeen SJ. 2019. Buku saku keperawatan jiwa. EGC : Jakarta.
Yosep, Iyus dan Titin. 2018. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health
Nursing. Bandung : Refika Aditama
Nurarif, A.H., & Kusuma, H. (2019). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
dan Nanda NIC NOC Jilid I. Jogjakarta: Mediaction.
PPNI. 2019. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : definisi dan indicator diagnostik,
edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : definisi dan kriteria hasil
keperawatan, edisi1. Jakarta :DPP PPNI

PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : definisi dan tindakan keperawatan,
edisi1. Jakarta :DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai