Anda di halaman 1dari 7

1.

Kasus (Masalah Utama)


Harga Diri Rendah
2. Proses Penyakit (Patofisiologi)
a. Pengertian
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative dan dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Towsend, 2018).
Penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Schult dan
Videbeck,2015).
Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat,2016).
b. Proses terjadinya Harga Diri Rendah
Harga Diri Rendah dikiatkan oleh banyak fantor. Awalnya individu berada
pada situasi masalah. Individu berusaha menyelesaikan masalah tersebut tetapi
tidak tuntas. Sehingga timbul dalam pikiran bahwa ia tidak mampu atau merasa
gagal untuk menjalankan fungsi dan peran. Ketika pada saat tersebut lingkungan
tidak memberikan respon positif, justru menyalahkan individu dan terjadi secara
terus menerus akan mengakibatkan seseorang mengalamii harga diri rendah.
c. Tanda Dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan gangguan harga diri rendah:
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi)
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3) Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5) Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya (Keliat, 1999).
Tanda dan Gejala yang lain
1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimistis
4) Tidak menerima pujian
5) Penurunan produktivitas
6) Penolakan terhadap kemampuan diri
7) Kurang memperhatikan perawatan diri
8) Berpakaian tidak rapih
9) Selera makan berkurang
10) Tidak berani menatap lawan bicara
11) Lebih banyak menunuduk
12) Bicara lambat dengan nada suara lemah (Fitria, 2009).
d. Rentang Respon
Respon Respon
Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


diri positif rendah identitas

1) Aktualisasi diri : Pernayataan diri tentangkonsep diri yang positif dengan


latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2) Konsep diri positif : apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negative
dari dirinya
3) Harga diri rendah : Individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan
merasa rendah dari orang lain.
4) Kerancuan identitas : Kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial kepribadi an
pada masa dewasa yang harmonis.
5) Depersonalisasi : Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.
e. Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai
dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan
kebudayaan
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak percaya
pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur social yang berubah.
f. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan,
serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri : harga diri rendah ini
dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
1) Situasional
Gangguan konsep diri : harga diri rendah yang terjadi secara situasional bisa
disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus
dioperasi, mengalami kecelakaan, mejadi korban perkosaan, atau menjadi
narapidana sehingga harus masuk penjara. Selain itu dirawat di rumah sakit
juga bisa menyebabkan rendahnya harga diri seseorang dikarenakan penyakit
fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan yang
tidak tercapai akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh serta perlakuan petugas
kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga.
2) Kronik
Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis biasanya sudah berlangsung
sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat. Klien
sudah memiliki pikiran negatif sebelum dirawat dan menjadi semakin
meningkat saat dirawat.
3) Akibat (Effect)
Harga diri rendah kronis dapat beresiko terjadinya isolasi sosial. Isolasi sosial
merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,2016) Isosial sosial dapat
mengakibatkan perubahan persepsi sensori: halusinasi yang pada akhirnya
menyebabkan resiko tinggi perilaku kekerasan.
g. Tanda dan gejala isolasi sosial:
1) Rasa bersalah
2) Adanya penolakan
3) Marah, sedih dan menangis
4) Perubahan pola makan, tidur, mimpi, konsentrasi dan aktivitas
5) Mengungkapkan tidak berdaya
6) Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
7) Menghindar dari orang lain (menyendiri)
8) Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan
klien lain/perawat
9) Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk
10) Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas
11) Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap-cakap
12) Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari (Keliat, 2016)

3. Masalah Keperawatan
a. Pohon masalah
Resiko tinggi perilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Isolasi sosial

Harga diri rendah

Gangguan tumbuh kembang koping individu tidak efektif


b. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
1) Masalah Keperawatan
a) Resiko isolasi sosial: menarik diri.
b) Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
2) Data yang perlu dikaji
a) Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
b) Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan koping indivdu
tidak efektif
5. Intervensi Keperawatan
SP1 :
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif
Tindakan :
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi
pujian yang realistis.
 Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
 Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan.
 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.
Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang dilatih, melatih
kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
telah dilatih dalam rencana
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
SP2 : Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan
pasien.
Tindakan :
 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
 Beri pujian atas keberhasilan
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang. 2017. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor

Fitria, Nita. 2019. Aplikasi Dasar dan Aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan danStrategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, B.A. 2016. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC

Maramis, F, W. 2018. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press.\

Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari
Pocket\Guide to Psychiatric Nursing, oleh Achir Yani S. Hamid. 3rd ed. Jakarta:
EGC.

Tim Direktorat Keswa. 2018. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Ed : 1. Bandung :


RSJP.

Townsend, Mary C. 2018. Diagnosa Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC.

NANDA International. 2017. Nursing Diagnoses: Definitions and Classifications. Editor : T.


Healther Herdman.

Anda mungkin juga menyukai