Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH


DI RUMAH SAKIT JIWA Dr. AMINO GONDHOUTOMO
SEMARANG

Disusun Oleh:
Tri Santoso
15.107(umum)
3A

AKADEMI KEPERAWATAN
KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG
2017/ 2018
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

I. Kasus (Masalah Utama) : Harga Diri Rendah


a. Pengertian
Harga diri rendah Menurut (Schult dan Videbeck, 1998) penilaian negatif
seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung atau
tidak langsung diekspresikan. Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan(Fitria,2009, hlm.5).
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah diri,
yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (keliat,
2011). Harga diri rendah situasional merupakan perkembangan persepsi negatif
tentang harga diri sebagai respons seseorang terhadap situasi yang sedang dialami.
(Wilkinson, 2012).
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan(Herman, 2011). Gangguan harga diri
dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, yang
menjadikan hilangnya rasa percaya diri seseorang karena merasa tidak mampu dalam
mencapai keinginan.(Fitria, 2009)

b. Penyebab
Penyebab dari gangguan jiwa gangguan harga diri rendah dapat disebabkan karena 2
faktor yaitu :
1. Situasional
Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis yang dapat terjadi secara
situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya
harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban pemerkosaan, atau
menjadi narapidana sehinggan harus masuk penjara. Selain itu, dirawat dirumah
sakit juga bisa menyebabkan rendahnya harga diri seseorang dikarenakan
penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan
yang tidak tercapai akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh, serta perlakuan
petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga.
2. Kronik
Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis biasanya sudah berlangsung sejak
lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat. Klien sudah
memiliki pikiran negatif sebelumnya dirawat dan menjadi semakin meningkat
saat dirawat.
(Fitria,2009, hlm.7)

Harga diri rendah dapat disebabkan karena terganggunya salah satu atau lebih dari
5 konsep diri. Komponen konsep diri menurut Sulistyawati (2005) dan
kusumawati dan Katono 2010, mengungkapkan bahwa komponen konsep diri
terdiri dari :
1. Citra tubuh (body image)
Adalah individu terhadap tubunya baik disadari maupun tidak disadari
meliputi persepsi masalalu atau sekarang mengenai ukuran, bentuk fungsi
penampilan dan potensi tubuh. Individu yang menemui tubuhnya apa adanya
biasanya memiliki harga diri yang tinggi daripada individu yang tidak
menyukai tubuh.
2. Ideal diri (self ideal)
Adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai
standart pribadi, dibentuk oleh gambaran tipe orang yang diinginkan,
sejumlah aspirasi dan tujuan yang ingin dicapai berdasarkan norma
masyarakat.
3. Harga diri (self esteem)
Merupakan penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa
seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya.Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan oranglain yaitu dicintai, dihormati, dihargai.
Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan,
sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila mengalami
kegagalan,tidak dicintai atau merasa tidak diterima di lingkungan.
4. Peran (self role)
Adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai, tujuan yang dihadapkan oleh
masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam kelompok sosialnya.
5. Identitas diri (self identiy)
Adalah kesadaran akan dirinya yang bersumber dari obsesi dan penilaian yang
merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai sesuatu kesatuan
yang utuh, berhubungan dengan jenis kelamin.
(Purwanto, 2009, hlm.73-77)

c. Tanda dan Gejala


Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan gangguan harga diri rendah :
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimitis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi
9. Selera makan berkurang
10. Tidak berani menatap lawan bicara
11. Lebih banyak menunduk
12. Bicara lambat dengan nada suara lemah

II. Proses Terjadinya Masalah


a. Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan orangtua
yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
b. Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan,serta menurunnya produktivitas.
(Fitria, 2009, hlm.7)
c. Proses Terjadinya Masalah (psikopatologi)
Berdasarkan hasil riset Malhi 2008 menyimpulkan bahwa harga diri rendah
diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang.Hal ini mengakibatkan
berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.Tantangan yang rendah
menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal.Dalam tinjauan life span
history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah masa kecil sering
disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya.Saat individu mencapai
masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima.Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau
pergaulan.Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan
menuntut lebih dari kemampuannya.Bila kondisi klien dibiarkan tanpa ada
intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan kondisi dimana klien tidak memiliki
kemauan untuk bergaul dengan orang lain (isolasi sosial) (Fitria,2009, hlm.7).

III. Pohon Masalah


Isolasi Sosial

Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

Gangguan citra tubuh, ideal diri, harga diri,


peran dan identitas diri

Pohon masalah Ganggian konsep diri: Harga Diri Rendah (Fitria, 2009).
IV. Masalah Keperawatan
1. Isolasi Sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Gangguan citra tubuh
Data yang perlu dikaji :
a. Harga diri rendah
1. Subyektif
a. Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna
b. Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
c. Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau bekerja
d. Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandiri, berhias,
makan, atau toileting).
2. Obyektif
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimitis
d. Tidak menerima pujian
e. Penurunan produktivitas
f. Penolakan terhadap kemampuan diri
g. Kurang memperhatikan perawatan diri
h. Berpakaian tidak rapi
i. Berkurang selera makan
j. Tidak berani menatap lawan bicara
k. Lebih banyak menunduk
l. Bicara lambat dengan nada suara lemah
b. Isolasi sosial
1. Subyektif
a. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain
b. Klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta untuk
sendirian
c. Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain.
d. Tidak mau berkomunikasi
e. Data tentang klien biasanya didapat dari keluarga yang mengetahui
keterbatasan klien (suami, istri, anak, ibu, ayah, atau teman dekat)
2. Obyektif
a. Kurang spontan
b. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
c. Ekspresi wajah kurang berseri
d. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
e. Tidak atau kurang komunikasi verbal
f. Mengisolasi diri
g. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
h. Asupan makanan dan minuman terganggu
i. Retensi urine dan feses
j. Aktivitas menurun
k. Kurang berenergi atau bertenaga
l. Rendah diri
m. Posturtubuh berubah, misalnya sikap fetus atau janin (khususnya pada posisi
tidur)

(Fitria,2009, hlm.9)

V. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah
2. isolasi

VI. Intervensi Keperawatan


1. Harga diri rendah
a. Tujuan umum : pasien mengenali kemampuan positif yang dimiliki dan melatih
kemampuan tersebut
b. Tujuan khusus :
1. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3. Pasien dapat menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
4. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
5. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih.

Tindakan Keperawatan :

1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.


Untuk membantu pasien agar dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek
psoitif yang masih dimilkinya, perawat dapat :
a. Mendiskusikan sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimilki pasien
seperti kegiatan pasien, dirumah, dalam keluarga dan lingkungan keluarga
serta lingkungan terdekat pasien.
b. Memberi pujian yang realistik atau nyata dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan pasien penialian yang negatif.
2. Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan. Untuk tindakan
tersebut. Anda dapat :
a. Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat dilakukan saat
ini berdasarkan kemampan yang telah diidentifikasi.
b. Membantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
c. Memperlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
3. Membatu pasien memilih atau menetapkan kemampuan yang akan dilatih.
Tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah :
a. Mendiskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan dan memilih
kemampuan yang akan dilatih.
b. Memberikan dukungan dalam memilih kemampuan yang paling mudah
dilakukannya.
c. Membantu pasien memilih kemampuan sesuai dengan kondisi pasien saat ini
4. Melatih kemampuan yang dipilih pasien. Untuk tindakan keperawatan tersebut,
anda dapat melakukan :
a. Motivasi pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
b. Mendiskusikan cara melaksanakan kemampuan yang dipilih
c. Memberi contoh cara melaksanakan kemampuan yang dipilih
d. Membantu pasien melakukan sendiri kemampuan yang dipilih
e. Memberi dukungan dan pujian kepada setiap kegiatan yang dapat dilakukan
pasien.
5. Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih. Untuk
mencapai tindakan keperawatan tersebut anda dapat melakukan hal-hal berikut :
a. Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatih
secara mandiri
b. Membantu pasien memasukkan kemampuan yang telah dilatih dalam jadwal
kegiatan sehari-hari pasien.
Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.

2. Isolasi sosial
a. Tujuan umum :
Pasien mampu untuk berinteraksi dengan orang lain
b. Tujuan khusus :
Membina hubungan saling percaya
Menyadari penyebab isolasi sosial
Berinteraksi dengan orang lain
Tindakan :
1. Membina hubungan saling percaya. Tindakan yang harus dilakukan dalam
membina hubungan saling percaya adalah :
a. Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan orang lain
b. Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
disukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien.
c. Menanayakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
d. Buat kontrak asuhan: apa yang anda akan lakukan bersam pasien, berapa lama
akan akan dikerjakan dan tempatnya dimana.
e. Jelaskan bahwa anda akan merahsiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
f. Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
g. Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.

Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi sosial kadang-
kadang mmerlukan waktu yang lama dan interaksi yang singkat dan sering.
Karena tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang lain. Untuk itu anda
sebagai perawat harus konsisten bersikap terapeutik kepada pasien.Selalu
menepati janji adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan. Pendekatan yang
konsisten akan membuahkan hasil. Bila pasien sudah percaya dengan anda
program asuhan keperawatan lebih mungkin dilaksanakan.
2. Membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial. Langkah-langkah untuk
melaksanakan tindakan ini adalah sebagai berikut :
a. Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
b. Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan
oranglain
3. Membantu pasien mengenali keuntungan dari membina hubungan dengan orang
lain. Lakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki
banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka
4. Membantu pasien mengenal kerugian dari tidak membina hubungan. Dilakukan
dengan cara :
a. Mendiskusikan kerugian bila pasien mengurung diri dan tidak bergaul dengan
orang lain
b. Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.
5. Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap. Anada
tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan pasien dalam berinteraksi
dengan orang lain, karena kebiasaan tersebut telah terbentuk dalam jangka waktu
yang lama. Untuk itu anda dapat melatih pasien berinteraksi secara bertahap.
Mungkin pasien hanya akrab dengan anda pada awalnya, tetapi setelah itu anda
harus membiasakan pasien untuk dapat berinteraksi secara bertahap dengan
orang-orang sekitarnya.
Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat anda lakukan sebagai
berikut :
a. Beri kesempatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi dengan orang lain
yang dilakukan di hadapan anda
b. Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (anggota keluarga atau
keluarga)
c. Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumalahinteraksi
dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya
d. Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien
e. Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan
orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya. Beri dorongan terus-menerus agar pasien tetap semangat
meningkatkan interaksinya.

(Keliat, 2007, hlm.118-119)

Tindakan Keperawatan pada Keluarga


Keluarga diharapakan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah
danmenjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
Tujuan :
1. Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien.
2. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien.
3. Keluarga memotivasi pasien untuk melaksanakan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
4. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.

Tindakan keperawatan :
1. Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien.
3. Diskusikan dengan keluarga kemampuan dimiliki pasien dan memuji pasien atas
kemampuannya.
4. Jelaskan cara-cara merawat dengan harga diri rendah.
5. Demonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
6. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya.
7. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien dirumah.
(Keliat, 2007, hlm.123)
DAFTAR PUSTAKA

Fitria,Nita.2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi


Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP).Jakarta: Salemba Medika.

Keliat.2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course).Jakarta: Buku


Kedokteran EGC.

Keliat A,Budi Akemat. 2009. Model Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC

Purwanto, Teguh.2009.Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Stuart, E.W& Sudden S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemah). Jakarta:EGC

Yosep Iyus, 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai