Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,
perilaku orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang
buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai
rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan
secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta
cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat
lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman. Harga
diri rendah juga sering terjadi secara tiba-tiba atau yang biasa kita kenal
sebagai harga diri rendah situasional (Keliat, 2011).
Harga diri rendah situasional merupakan munculnya persepsi
negatif tentang makna diri sebagai respon terhadap situasi saat ini. Harga
diri rendah situasional merupakan bentuk trauma yang tiba-tiba seperti,
harus operasi, kecelakaan, putus sekolah, perceraian, dan korban
perkosaan. Pengelolaan pada pasien harga diri rendah situasional harus
segera ditangani dengan tepat agar tidak berkelanjut pada harga diri rendah
kronik (Nurarif dan Hardhi, 2015).
Harga diri rendah merupakan salah satu respon maladaptif dalam
rentang respon neurobiologi. Proses terjadinya harga diri rendah kronik
dapat dijelaskan dengan menganalisa stressor predisposisi dan presipitasi
yang bersifat biologis, psikologis, dan sosial budaya sehingga
menghasilkan respon bersifat maladaptif yaitu perilaku harga diri rendah
kronik. Respon terhadap stressor pada pasien harga diri rendah
memunculkan respon secara kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan
sosial. Respon-respon tersebut akan dianalisis lebih lanjut, sehingga
memunculkan rentang respon (Pardede, Keliat, & Yulia, 2015).

4
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti,
rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. Harga diri rendah situasional merupakan perkembangan
persepsi negatif tentang harga diri sebagai respons seseorang terhadap
situasi yang sedang dialami (Firdaus, 2016).
B. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang menurut (Muhith, 2015)
1. Faktor predisposisi Ada beberapa faktor predisposisi yang
menyebabkan Harga Diri Rendah yaitu:
a. Perkembangan individu yang meliputi
1) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak
dicintai kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya
dan akan gagal pula untuk mencintaui orang lain.
2) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-orang
tuanya atau orang tua yang penting/dekat individu yang
bersangkutan.
3) Sikap orang tua protekting, anak merasa tidak berguna, orang
tua atau orang terdekat sering mengkritik sering merevidasikan
individu.
4) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan
merasa rendah diri.
b. Ideal diri
1) Individu selalu dituntut untuk berhasil.
2) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
3) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa
percaya diri.
2. Faktor presipitasi Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari
munculnya Harga Diri Rendah menurut (Pardede, Keliat, & Yulia
2020), mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti:

5
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga
keluarga merasa malu dan rendah diri.
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dalam
perampokan. Respon terhadap trauma pada umunya akan
mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya adalah represi dan
denial.
3. Perilaku
a. Dalam melakukan pengkajian, Perawat dapat memulai dengan
mengobservasi penampilan Klien, misalnya kebersihan, dandanan,
pakaian. Kemudian Perawat mendiskusikannya dengan Klien
untuk mendapatkan pandangan Klien tentang gambaran dirinya.
b. Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri yang
Rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
mengekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai
berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci
diri sendiri dan menolak diri sendiri (Pardede, Keliat, & Wardani,
2013).
C. Manifestasi Klinik
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
4. Menghindar dari orang lain (menyendiri)
5. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakapcakap
dengan klien lain/perawat
6. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, pandangan hidup yang
pesimis
7. Berdiam diri di kamar/ klien kurang mobilitas atau penurunan
produktivitas

6
8. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap dan penolakan
terhadap kemampuan sendiri
9. Tidak atau jarang melakukan kegiatan sehari-hari
D. Rentang Respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Aktualisasi Aktualisasi Aktualisasi Aktualisasi


Diri Diri Diri Diri Diri

Keterangang :
a. Respon adaptif : Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta
bersifat membangun (konstruksi) dalam usaha mengatasi stressor yang
menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
b. Respon maladaptif : Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta
bersifat merusak (destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang
menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
c. Aktualisasi diri : Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat
mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya.
d. Konsep diri positif : Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan
kelemahannya secara jujur dan dalam menilai suatu masalah individu
berpikir secara positif dan realistis.
e. Kekacauan identitas : Suatu kegagalan individu untuk
mengintegritasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam
kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
f. Depersonalisasi : Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan
dirinya dari lingkungan. Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas
panik dan kegagalan dalam uji realitas. Individu mengalami kesulitan

7
dalam membedakan diri sendiri dan orang lain dan tubuhnya sendiri
terasa tidak nyata dan asing baginya.
E. Dampak atau Akibat yang Ditimbulkan
Menurut Karika (2015) harga diri rendah dapat berisiko terjadinya
isolasi sosial : menarik diri, isolasi soasial menarik diri adalah gangguan
kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial. Dan sering
dirtunjukan dengan perilaku antara lain :
1. Data subyektif
a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan atau
pembicaraan.
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang
lain.
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.
2. Data obyektif
a. Kurang spontan ketika diajak bicara.
b. Apatis.
c. Ekspresi wajah kosong.
d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal.
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara.
F. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan (Purba, 2019)
Pengkajian menurut Deden (2013) melalui beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik.

8
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran
yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan
peran yang sesuai dengan kebudayaan.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang
tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur
sosial yang berubah.
b. Faktor presipitasi
1) Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau
faktor dari luar individu (internal or eksternal sources), yang
dibagi 5 (lima) kategori :
a) Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan
frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi yang
diharapkan
b) Konflik peran : ketidaksesuaian peran antara yang
dijalankan dengan yang diinginkan.
c) Peran yang tidak jelas : kurangnya pengetahuan individu
tentang peran yang dilakukannya.
d) Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk
menampilkan seperangkat peran yang komleks.
e) Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang
berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.
2) Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya
orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau
kematian orang yang berarti.
3) Transisi peran sehat-sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh
keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat
disebabkan:
a) Kehilangan bagian tubuh.
b) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi
tubuh.

9
c) Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan.
d) Prosedur pengobatan dan perawatan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
b. Isolasi sosial : Menarik diri
c. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

10
3. Intervensi Keperawatan

N
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
O
1 Gangguan konsep diri : Harga diri Tujuan Umum : Pasien dapat melakukan
rendah. hubungan sosial secara bertahap. 1. Bina hubungan saling percaya
Tujuan Khusus 1 : Pasien dapat membina a. Sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun
hubungan saling percaya. Kriteria nonverbal
Evaluasi : b. Perkenalkan diri dengan sopan
a. Pasien dapat mengungkapkan
c. Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan
perasaannya
b. Ekspresi Wajah bersahabat. yang disukai pasien
c. Ada kontak mata d. Jelaskan tujuan pertemuan, jujur, dan menepati janji
d. Menunjukkan rasa senang. e. Tunjukan sikap empati dan menerima pasien apa
e. Mau berjabat tangan. adanya
f. Mau menjawab salam f. Beri perhatian pada pasien
g. Pasien mau duduk berdampingan g. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
h. Pasien mau mengutarakan
tentang penyakit yang dideritanya
h. Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien
i. Katakan pada pasien bahwa ia adalah seorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu
mendorong dirinya sendiri
2. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien dan diberi pujian atas kemampuan
mengungkapkan perasaannya

11
b. Saat bertemu pasien, hindarkan memberi penilaian
negatif. Utamakan memberi pujian yang realitis.
3. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
a. Diskusikan kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan selama sakit.
b. Diskusikan juga kemampuan yang dapat
dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan di
rumah nanti.
4. Pasien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
a. Rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari setiap hari sesuai
kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan
bantuan minimal, kegiatan dengan bantuan total.
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi
kondisi pasien.
c. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh
pasien lakukan (sering klien takut
melaksanakannya
5. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit
dan kemampuannya.
a. Beri kesempatan pasien untuk mncoba kegiatan
yang direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan pasien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

12

Anda mungkin juga menyukai