Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

ASITES

OLEH:

NAMA : Tri Desfira Rahmadani

NIM : PO7120422074

PRECEPTOR KLINIK PRECEPTOR INSTITUSI

POLTEKKES KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2022/2023
A. Pengertian
Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum. Asites
merupakan tanda prognosis yang kurang baik dan pengelolaan penyakitnya menjadi
semakin sulit asites juga dapat menjadi sumber infeksi seperti setiap penimbunan
cairan secara abnormal dirongga tubuh yang lain infeksi akan lebih memperberat
perjalanan penyakit dasarnya (Nurarif 2015)

B. Etiologi
1. Menurut teori underfilling : hipertensi porat hipoalbuminea yang mengakibatkan
volume cairan plasma menurun.
2. Menurut teori overfilling : peningkatan aktivitas hormone anti-diuretik (ADH) dan
menurunkan aktivitas hormon natrutik mengakibatkan ekspansi cairan plasma dan
reabsorpsi air di ginjal (nurarif 2016)

C. Patofisiologi
Penimbunan asites ditemukan oleh 2 faktor yang penting yakni faktor lokal dan
sistemik
1. Faktor lokal
Bertanggung jawab terhadap penimbunan cairan dirongga perut faktor lokal
yang penting adalah cairan sinusoid hati dan sistem kapiler pembuluh darah
usus.
2. Faktor sistemik
Bertanggung jawab atas perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem
cardiovaskuler dan ginjal yang menimbun retensi air dan garam. Faktor utama
sebagai pencetus timbulnya retensi air dan garam oleh ginjal adalah vasodilatasi
arteri perifer mula-mula akan terjadi peningkatan tahanan sistem porta dan akan
di ikuti terbentuknya pitas porta sistemik baik intra maupun ekstra hati apabila
struktur perubahan parenkim semakin berlanjut; pembentukan pintas juga
semakin berlanjut; vasodilatasi juga akan menjadi berat; sehingga tidak hanya
sirkulasi splankrik; tetapi di tempat lain misalnya: kulit otot dan paru;
vasodilatasi arteri ferifer akan menyebabkan ketahanan ferifer menurun. Tubuh
akan menafsirkan seolah-olah menjadi penurun volume efektif darah arteri
reaksi yang dilakukan untuk melawan keadaan itu adalah meningkatkan tonus
saraf simpatik adrenergik. Hasil akhirnya adalah aktivitas terhadap 3 sistem
vasokonstriktor yakni sistem renin-angiostensin; aldesteron; arginin vasopresin
dan saraf simpatik aktivasi sistem arginin vasopresin akan menyebabkan retensi
air; sistem aldesteron akan menyebabkan penurunan kecepatan filtrasi
glomerulus dan meningkatkan reapsorpsi garam pada tubulus progsimal;
disamping itu sistem vaskuler juga akan terpengaruh oleh aktivitas ketiga
vasokontriktor tersebut.
Apabila terjadi sirosis hati semakin melambat; vasodilatasi arteri ferifer akan
menjadi semakin berat sehingga aktivitas sistem neuro homoral akan mampu
meninbulkan asites. Disamping itu; aktivitas sistem neurohomoral yang terus
menerus tetapi akan menimbulkan perubahan fungsi ginjal yang semakin nyata
sehingga terjadi sindrom heparorenal

D. Pathway

Virus Alkohol

kerusakan pada liver

Penurunan kemampuan Tahanan aliran air ke


pembentukan albumin vena meningkat

Penurunan serum albumin Tekanan hidrostatik


kapiler meningkat
Penurunan tekanan
osmotic koloid

Bendungan inflamasi Penumpukan cairan


Nyeri
di vena porta

Menekan hepar Asites Sirkulasi volume darah


keseluruh tubuh
menurun
Penekanan diafragma Kelebihan volume
cairan Penurunan sirkulasi
darah ke ginjal
Penekanan ke ruang
paru Hipervolemia

Pola napas tidak efektif

E. Manifestasi klinis
Asites lanjut sangat mudah dikenali pada inspeksi; akan tampak perut membuncit;
pada umumnya gizi kurang dan otot atrofi. Pada saat pasien tidur terlentang;
pembesaran perut akan nampak mencolok kesamping kanan dan kiri seperti perut
kodok letak umbilikus tergeser kekanan mendekati simfisis pubis; sering di jumpai
hernia umbilikalis kiri tekanan intra abdomen yang meninggi sedangkan otot-otot
atrofi sehingga kekuatannya berkurang; tanda-tanda visis lain menunjukkan adanya
akumulasi cairan dalam rongga perut. Perut antara lain: pekak samping (flank dullnes)
pekak alih (shiffing dulinees). Gejala-gejala lain dari asites yaitu:
1. Kehilangan selera/nafsu makan
2. Merasa mudah kenyang
3. Mual
4. Nyeri ulu hati
5. Sesak nafas saat baring
6. Ukuran perut membesar

F. Kompilkasi
1. Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP); infeksi yang terjadi pada rongga perut
secara spontan akibat cairan dalam rongga perut tersebut.
2. Sindrom Hepatorenal; komplikasi yang umumnya terjadi pada pada sirosis yang
mengakibatkan gagal ginjal.
3. Malnutrisi dan berat badan menurun
4. Kesulitan bernapas; akibat cairan yang menekan otot diafragma yang berperan
dalam bernapas
5. Kesadaran menurun atau ensefalopati hepatikum. Keadaan ini akibat fungsi hati
yang menurun dalam detoksifikasi racun; sehingga racun menumpuk pada otak.

G. Pemeriksaan penunjang
1. Foto thorax dan abdomen
Beberapa tanda asites nonspesifik seperti pada gambar abdomen buram;
penonjolan panggul; batas PSOAS kabur; ketajaman gambar intraabdomen
berkurang; peningkatan kepadatan pada foto tegak; terpisahnya gambar lengkung
usus halus; dan terkumpulnya gas di usus halus.
2. USG
Real time sonografi adalah pemeriksaan cairan asites yang paling mudah dan
spesifik. Volume sebesar 5-10 ml dapat terlihat. Asites yang sederhana terlihat
seperti gambar yang homogeny; mudah berpindah anechoic di dalam rongga
peritoneal yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan akustik. Cairan asites
ridak menggeser organ; tetapi cairan akan berada di antara organ-organ tersebut.

3. CT-Scan
Asites terlihat jelas dengan pemeriksaan CT-Scan. Sedikit cairan asites terdapat
pada ruang periheoatik kanan; ruang subhepatik posterior (kantong morison) dan
kantung douglas.
4. Laparoskopi
Dilakukan jika terdapat asites maligna. Pemeriksaan ini penting untuk
mendiagnosa adanya mesothelioma maligna.
5. Parasentesis abdomen
Pemeriksaan yang paling cepatdan efektif untuk mendiagnosa penyebab asites.

H. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Istirahat dan diet rendah garam
b. Diuretik
c. Perawatan kulit
d. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah
e. Terapi parasentesis
2. Keperawatan
Pengkajia
a. Kaji asupan diet dan status nutrisi lewat riwayat diet dan food diary
b. Kaji tingkat toleransi aktivitas dan derajat kelelahan
c. Kaji perubahan ini dibagi pasien serta keluarga
d. Kaji tingkat kesadaran

I. Diagnosa keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara
aktif
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema dan nutrisi yang buruk
5. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri tekan pada kuadraan atas kausal abdomen.

J. Rencana tindakan keperawatan


Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang di dasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
outcome yang diharapkan.
K. Implementasi
Implementasi adalah merupakan tahan keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi atau aktivitas yang telah
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas
yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.
Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila
perawatan telah dilaksanakan

Anda mungkin juga menyukai