Anda di halaman 1dari 7

Departemen Keperawatan Medikal Bedah

LAPORAN PENDAHULUAN
‘‘ASITES’’
DI RUANG LONTARA 1 BAWAH BELAKANG
RSUP WAHIDIN SUDIROHUSODO

NURUL INDAH SYA’BANI,S.KEP


NIM :70900118023

PRESEPTOR KLINIK PRESEPTOR INSTITUSI

(................................) (....................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGK. XIV


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2018
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum, asites dapat
disebabkan oleh banyak penyakit. Pada dasarnya penimbunan cairan di rongga peritoneum
dapat terjadi melalui mekanisme dasay yakni transdudasi dan eksudasi, asites ada hubungannya
dengan sirosis hati dan hipertensi porta adalah salah satu contoh penimbunan cairan di rongga
peritoneum yang terjadi melalui mekanisme transudasi (Herdaman, 2014).
B. Etiologi
1. Menurut teori underfilling: hipertensi porta, hipoalbuminea yang mengakibatkan volume
cairan plasma menurun.
2. Menurut teori overfilling: peningkatan aktivitas hormone anti-diuretik (ADH) dan
menurunkan aktivitas hormon natrutik mengakibatkan ekspansi cairan plasma dan
reabsorpsi air di ginjal (Herdaman, 2014).
C. Patofisiologi
Penimbunan asites ditentukan oleh 2 faktor yang penting yakni faktor local dan sistemik:
1. Faktor lokal
Bertanggung jawab terhadap penimbunan cairan di rongga perut, faktor lokal yang
penting adalah cairan sinusoid hati dan system kapiler pembuluh darah usus.
2. Faktor sistemik
Bertanggung jawab terhadap perubahan-perbahan yang terjadi pada sistem
kardiovaskuler dan ginjal yang menimbun retensi air dan garam. Faktor utama sebagai
pencetus timbulnya retensi air dan garam oleh ginjal adalah vasoliditasi arteri perifer mula-
mula akan terjadi peningkatan tahanan sistem porta dan diikuti terbentuknya pitas porta
sistemik baik intra maupun ektra hati apabila struktur perubahan parenkim semakin
berlanjut, pembentukan pintas juga semakin berlanjut, vasolidatasi juga akan menjadi berat,
sehingga tidak hanya sirkulasi splankrik, tetapi ditempat lain misalnya: kulit otot dan paru.
Vasodilitasi arteri feriver akan menyebabkan ketahanan feriver menurun tubuh akan
menafsirkan seolah- olah menjadi penurun volume efektif darah arteri reaksi yang
dilakukan untuk melawan keadaan itu adalah meningkatkan tonos saraf simpatik
adrenergic.
Hasil akhirnya adalah aktivitas terhadap 3 sistem vasokonstriksi yakni sistem renin-
angiostensin, aldesteron, arginine vasopressin dan saraf simpatik aktivitasi sistem arginine

2
vasopressin akan menyebabkan retensi air, sistem aldesteron akan menyebabkan penurunan
kecepatan filtrasi glomerulus dan meningkatkan reapsorpsi garam pada tubulus progsimal,
disamping itu sistem vaskuler juga akan terpengaruh oleh aktivitas ketiga vaso koantriktor
tersebut (Herdaman, 2014).
D. Manifestasi klinik
1. Perut membuncit seperti perut katak
2. Umbilicus eolah bergerak kearah kaudal mendekati simpisis os pubis
3. Pada perkusi, pekak samping meningkat dan terjadi shifting dullness
4. Nyeri perut
5. Peningkatan berat badan
6. Sesak nafas saat berbaring
7. Mual
8. Pembesaran hepar
E. Pemeriksaan diagnostic/penunjang
1. Foto thorax dan abdomen
Tanda-tanda beberapa tanda asites nonspesifik seperti gambar abdomen buram,
penonjolan panggul, batas PSOAS kabur, ketajaman gambar intraabdomen berkurang.
Peningkatan kepadatan pada foto tegak, terpisahnya gambar lengkung usus halus, dan
terkumpulnya gas di usus halus.
2. USG
Real time sonografi adalah pemeriksaan cairan asites yang paling mudah dan spesifik.
Volume sebesar 5-10 ml dapat terlihat. Asites yang sederhana terlihat seperti gambar yang
homogeny, mudah berpindah anechoic di dalam rongga peritoneal yang akan menyebabkan
terjadinya peningkatan akustik. Cairan asites tidak menggeser organ, tetapi cairan akan
berada diantara organ-organ tersebut.
3. CT-SCAN
Asites terlihat jelas dengan pemeriksaan CT-scan. Sedikit cairan asites terdapat pada
ruang periheoatik kanan, ruang subhepatik posterior(kantung morison) dan kantung douglas.
4. Laparoskopi
Dilakukan jika terdapat asites maligna. Pemeriksaan ini penting untuk mendiagnosa
adanya mesothelioma maligna.
Parasentesis abdomen
Pemeriksaan yang paling cepat dan efektif untuk mendiagnosa penyebab asites.

3
F. Penatalaksanaan
1. Nutrisi
Membatasi pemasukan sodium (garam) makanan kurang dari 2 gram per hari.
Konsultasi dengan ahli nutrisi dalam rangka pembatasan garam harian dapat sangat
bermanfaat untuk pasien –pasien dengan asites
2. Diuretik
Pemberian diuretik dapat meningkatkan eksresi air dan garam dari ginjal. Regimen
diuretik yang direkomendasikan kombinasi dari spironolactone dan furosemide. Dosis
tunggal harian dari 100 mg spironolactone dan 40 mg furosemide adalah dosis awal yang
biasanya direkomendasikan.
3. Therapeutic paracentesis
Untuk pasien yang tidak merespon dengan baik pada regimen diatas therapeutic
paracentesis dapat dilakukan untuk mengeluarkan jumlah cairan yang banyak. Sekitar 4-5
liter dari cairan dapat dikeluarkan secara aman dengan prosdur ini setiap waktu.
4. Operatif
Untuk kasus yang lebih berat, prosedur operasi mungkin perlu untuk mengontrol asites.
Transjugular intrahepatic portacaval shunt metode ini dilakukan dengan cara memasang
paracarval shunt dari sisi kiri melalui radiologis dibawah anastesi lokal. Metodi ini sering
digunakan untuk asites yang berulang.
G. Komplikasi
Serangkaian komplikasi yang dapat terjadi pada penderita asites meliputi:
1. Spontaneous Bacterial Peritonitis(SBP), infeksi yang terjadi pada rongga perut secara
spontan akibat cairan dalam rongga perut tersebut.
2. Sindrom Hepatorenal, komplikasi yang umumnya terjadi pada penderita sirosis yang
mengakibatkan gagal ginjal.
3. Malnutrisi dan berat badan menurun
4. Kesulitan bernapas, akibat cairan yang menekan otot diafragma yang berperan dalam
pernapasan.
5. Kesadaran menurun atau ensefalopati hepatikum. Keadaan ini akibat fungsi hati yang
menurun dalam detoksifikasi racun, sehingga racun menumpuk pada otak.
H. Pencegahan
Asites dapat dicegah dengan cara menghindari faktor risiko penyakit yangmenjadi
penyebab asites.

4
I. Prognosis
Pada umumnya dikatakan terbentuknya asites merupakan pertanda prognosis yang tidak
baik. Kemungkinan hidup sampai satu tahun hanya kira-kira 50% dan sampai 5 tahun kira-kira
20%. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis adalah perubahan hemodinamika sistem porta,
sistem vascular sistemik dan fungsi ginjal, ketiga faktor ini lebih penting dari pada tes fungsi hati
konvensial yang biasa digunakan.
J. Penyimpangan KDM

Virus Alcohol

Kerusakan pada liver

Penurunan kemampuan
Tahanan aliran ke vena
pembentukan albumin
meningkat

Penurunan serum albumin


Tekanan hidrostatik
kapiler meningkat
Penurunan tekanan osmotic
koloid

Bendungan inflamasi Nyeri Penumpukan cairan


di vena porta

asites
Menekan hepar Sirkulasi volume darah
keseluruh tubuh menurun

Penekanan diafragma
Kelebihan volume cairan
Penurunan sirkulasi
darah ke ginjal
Penekanan ke ruang paru
Hipervolemia

Pola napas tidak efektif

5
masalah hari 3) natrium dapat
hipervelomia c. berikan diet yang rendah berubah menjadi
dapat teratasi garam cairan

d. jelaskan alasannya harus 4) biar klien tau alas an

diberi diet rendah garam dari diberikannya diet

kolaborasi dalam pemberian rendah garam

obat diuretic 5) mengurangi edema

dan asites

13
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M., dkk., Nursing Intervention Classification (NIC). Yogyakarta:


Mocomedia. 2013.
Herdaman, PhD, Rn. Nanda internasional diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi. Jakarta: EGC.
2014.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dn
Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1.
Mediacton Publishing: Jogjakarta, 2015.
PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI. 2016.
Suwitra, K. Penyakit Ginjal Kronik. Interna Publishing : Jakarta. 2009. Diakses
pada tanggal 27 Oktober 2018.
Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Fakultas Kedokteran : Universitas
Sriwijaya. 2016. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2018.

14

Anda mungkin juga menyukai