Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, terlalu lelah
Tanda : Letargi
Penurunan massa otot/tonus
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat GJK kronis, perikadritis, penyakit jantung reumatik, kanker
(malfungsi hati menimbulkan gagal hati.
Disritmia, bunyi jantung ekstra (S3, S4)
DJV; vena abdomen distensi
c. Eliminasi
Gejala : Flatus
Tanda : Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites)
Penurunan/tak adanya bising usus
Feses warna tanah liat
Urine gelap, pekat
d. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat mencerna
Mual/muntah
Tanda : Penurunan berat badan atau peningkatan cairan
Penggunaan jaringan
e. Neurosensori
Gejala : Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian, penurunan
mental.
Tanda : Perubahan mental, bingung halusinasi, koma
Bicara lambat/tak jelas
Asterik (ensefalopati hepatic)
f. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran kanan atas
Pruritus
Neuritis perifer
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi
Fokus pada diri sendiri
g. Pernapasan
Gejala : Dispnea
Tanda : Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan
Ekspansi paru terbatas (asites)
Hipoksia
h. Keamanan
Gejala : Pruritus
Tanda : Demam (lebih umum pada sirosis alkoholik)
Ikterik, ekimosis, petekie
Angioma spider/teleangiektasis, eritema palmar
i. Seksualitas
Gejala : Gangguan menstruasi, impoten
Tanda : Atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah lengan, pubis)
j. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat penggunaan alkohol jangka panjang/penyalahgunaan, penyakit
hati alkoholik.
Riwayat penyakit empedu, hepatitis, terpajan pada toksin, trauma hati,
perdarahan GI atas, episode perdarahan varises esofangeal, penggunaan
obat yang mempengaruhi fungsi hati.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan volume cairan; lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
terganggunya mekanisme pengaturan (penurunan plasma protein)
b. Resiko gangguan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak
adekuat (anoreksia,nausea/vomitus)
c. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
sirkulasi/status metabolic, akumulasi garam empedu pada kulit, dan turgor kulit,
penonjolan tulang, adanya edema, asites.
d. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen
(asites), penurunan ekspansi paru, akumulasi sekret, penurunan energi, kelemahan.
e. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan profil darah abnormal : gangguan faktor
pembekuan (penurunan produksi protrombin, fibrinogen, dan faktor VIII , IX, X;
gangguan absorpsi vitamin K; dan pengeluaran tromboplastin)
f. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis ; peningkatan
kadar amonia serum, ketidakmampuan hati untuk detoksikasi enzim/obat tertentu
g. Gangguan harga diri/ citra tubuh berhubungan dengan perubahan
biofisika/gangguan penampilan fisik, prognosis yang meragukan , perubahan peran
fungsi, pribadi rentan, perilaku merusak diri (penyakit yang dicetuskan oleh
alkohol)
h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat , kesalahan intrepretasi, ketidak
biasaan terhadap sumber-sumber informasi
3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan volume cairan; lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
terganggunya mekanisme pengaturan (penurunan plasma protein)
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3x4, diharapkan pasien dalam status
hidrasi yang adekuat, volume cairan seimbang.
Kriteria hasil : Menunjukkan volume cairan stabil, dengan keseimbangan
pemasukan dan pengeluaran, berat badan stabil, tanda vital dalam
rentang normal, dan tak ada edema.
Intervensi :
1) Ukur masukan dan haluaran, catat keseimbangan positif (pemasukan melebihi
pengeluaran). Timbang berat badan tiap hari, dan catat peningkatan lebih dari
0,5 kg/hari.
Rasional : Menunjukkan status volume sirkulasi, terjadinya/perbaikan
perpindahan cairan, dan respons terhadap terapi. Keseimbangan
positif/peningkatan berat badan sering menunjukkan retensi cairan
lanjut. Penurunan volume sirkulasi (perpindahan cairan) dapat
mempengaruhi secara langsung fungsi/haluaran urine,
mengakibatkan sindrom hepatorenal.
2) Awasi TD dan CVP. Catat JVD/distensi vena
Rasional : Peningkatan TD biasanya berhubungan dengan kelebihan volume
cairan tetapi mungkin tidak terjadi karena perpindahan cairan keluar
area vaskuler. Distensi jugular eksternal dan vena abdominal
sehubungan dengan kongesti vaskuler.
3) Auskultasi paru, catat penurunan/tak adanya bunyi napas dan terjadinya bunyi
tambahan (contoh : krekels)
Rasional : Peningkatan kongesti pulmonal dapat mengakibatkan konsolidasi,
gangguan pertukaran gas, dan komplikasi contoh edema paru.
4) Awasi disritmia jantung. Auskultasi bunyi jantung, catat terjadinya irama gallop
S3/S4.
Rasional : Mungkin disebabkan oleh GJK, penurunan perfusi arteri koroner, dan
ketidakseimbangan elektrolit.
5) Kaji derajat perifer/edema dependen
Rasional : Perpindahan cairan pada jaringan sebagai akibat retensi natrium dan
air, penurunan albumin, dan penurunan ADH.
6) Ukur lingkar abdomen
Rasional : Menunjukkan akumulasi cairan (asites) diakibatkan oleh kehilangan
protein plasma/cairan kedalam area peritoneal. Akumulasi kelebihan
cairan dapat menurunkan volume sirkulasi menyebabkan deficit
(tanda dehidrasi).
7) Dorong untuk tirah baring bila ada asites.
Rasional : Dapat meningkatkan posisi rekumben untuk dieresis.
8) Berikan perawatan mulut
Rasional : Menurunkan rasa haus
9) Kolaborasi
a) Awasi albumin serum dan elektrolit (khususnya kalium dan natrium)
Rasional : Penurunan albumin serum mempengaruhi tekanan osmotic
koloid plasma, mengakibatkan pembentukan edema. Penurunan
aliran darah ginjal menyertai peningkatan ADH dan kadar
aldosteron dan panggunaan diuretic (untuk menurunkan air total
tubuh) dapat menyebabkan berbagai
perpindahan/ketidakseimbangan elektrolit.
b) Pantau Foto thorax
Rasional : Kongesti vaskuler, edema paru, dan efusi pleural sering terjadi
c) Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi
Rasional : Natrium mungkin dibatasi untuk meminimalkan retensi cairan
dalam area ekstravaskuler. Pembatasan cairan perlu untuk
memperbaiki/ mencegah pengenceran hiponatremia.
d) Berikan albumin bebas garam/plasma ekpander sesuai indikasi.
Rasional : Albumin mungkin diperlukan untuk meningkatkan tekanan
osmotic koloid dalam kompartemem vaskuler (pengumpulan
dalam area vaskuler), sehingga meningkatkan volume sirkulasi
efektif dan penurunan terjadinya asites.
e) Berikan obat sesuai indikasi:
- Diuretik, contoh spironolakton (Aldakton): Furosemid (Lasix).
Rasional : Digunakan dengan perhatian untuk mengontrol edema dan
asites. Menghambat efek aldosteron, meningkatkan ekskresi
air sambil menghemat kalium, bila terapi konservatif dengan
tirah baring dan pembatasan natrium tidak mengatasi.
- Kalium
Rasional : Kalium serum dan seluler biasanya menurun karena penyakit
hati sesuai dengan kehilangan urine
- Obat inotropik positif dan vasodilatasi arterial
Rasional : Diberikan untuk meningkatkan curah jantung/perbaikan
aliran darah ginjal dan fungsinya, sehingga menurunkan
kelebihan cairan.
b. Resiko gangguan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak
adekuat (anoreksia,nausea/vomitus)
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 3x4, pasien dalam status nutrisi yang adekuat.
Kriteria Hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan progresif mencapai tujuan
dengan nilai laboratorium normal, pasien tidak mengalami tanda
malnutrisi lebih lanjut.
Intervensi :
1) Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan/defisiensi.
2) Timbang sesuai indikasi. Bandingkan perubahan status cairan
Rasional : Sulit untuk menggunakan berat badan sebagai indicator langung
status nutrisi karena ada gambaran edema/asites. Lipatan kulit trisep
berguna untuk mengkaji perubahan massa otot dan simpanan lemak
subkutan.
3) Bantu dan dorong pasien untuk makan; jelaskan alasan tipe diet. Beri pasien
makan bila pasien mudah lelah, atau biarkan orang terdekat membantu pasien.
Pertimbangkan pilihan makanan yang disukai.
Rasional : Diet yang paling tepat penting untuk penyembuhan. Pasien mungkin
makan lebih baik bila keluarga terlibat dan makanan yang disukai
sebanyak mungkin.
4) Dorong pasien untuk makan semua makanan/makanan tambahan
Rasional : Pasien mungkin mengkucil atau hanya makan sedikit gigitan karena
kehilangan minat pada makanan dan mengalami mual, kelemahan
umum, malaise.
5) Berikan makan sedikit tapi sering
Rasional : Buruuknya toleransi terhadap makan banyak mungkin berhubungan
dengan peningkatan tekanan intra abdomen/asietas.
6) Berikan tamahan garam jika diindikasikan, hindari yang mengandung
ammonium.
Rasional : Tambahan garam meningkatkan rasa makanan dan membantu
meningkatkan selera makan: ammonia potensial risiko ensefalopati.
7) Batasi masukan kafein, makanan yang mengandung gas atau berbumbu dan
terlalu panas atau terlalu dingin.
Rasional : Membantu dalam menurunkan iritasi gaster/diare dan
ketidaknyamanan abdomen yang dapat mengganggu pemasukan
oral/pencernaan.
8) Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi
Rasional : Perdarahan dari varises esophagus dapat terjadi pada sirosis berat.
9) Berikan perawatan mulut sebelum makan
Rasional : Pasien cenderung mengalami luka dan/atau perdarahan gusi dan
rasa tak enak pada mulut dimana menambah anoreksia.
10) Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan, khususnya sebelum makan
Rasional : Penyimpanan energy menurunkan kebutuhan metabolic pada hati
dan meningkatkan regenerasi seluler.
11) Anjurkan menghentikan rokok
Rasional : Menurunkan rangsangan gaster berlebihan dan risiko
iritasi/perdarahan.
12) Kolaborasi
a) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh glukosa serum, albumin, total
protein, ammonia.
Rasional : Glukosa menurunkarena gangguan glikogenesis, penurunan
simpanan glikogen, atau masukan tak adekuat. Protein menurun
karena gangguan metabolism, penurunan sintetis hepatik, atau
kehilangan ke rongga peritoneal (asites). Peningkatan kadar
ammonia perlu pembatasan masukan protein untuk mencegah
komplikasi serius.
b) Pertahankan status puasa bila diindikasikan
Rasional : Pada awalnya, pengistirahatan GI diperlukan untuk menurunkan
kebutuhan pada hati dan produksi ammonia/urea GI.
c) Konsul dengan ahli diet untuk memberikan diet tinggi dalam kalori dan
karbohidrat sederhana, rendah lemak, dan tinggi protein sedang. Batasi
natrium dan cairan bila perlu. Berikan tambahan cairan sesui indikasi.
Rasional : Makanan tinggi kalori dibutuhkan pada kebanyakan pasien yang
pemasukannya dibatasi, karbohidrat memberikan energy yang
siap pakai. Lemak diserap dengan buruk karena disfungsi hati dan
mungkin memperberat ketidaknyamanan abdomen. Protein
diperlukan pada perbaikan kadar protein serum untuk
menurunkan edema dan untuk meningkatkan regenerasi sel hati.
Catatan: Protein dan makanan tinggi ammonia (contoh gelatin)
dibatasi bila kadar ammonia meninggi atau pasien mempunyai
tanda klinis ensefalopati hepatic. Selain itu individu ini dapat
mentolerir protein nabati lebih baik dari protein hewani.
d) Berikan makanan dengan selang, hiperalimentasi, lipid sesuai indikasi.
Rasional : Mungkin diperlukan untuk diet tambahan untuk memberikan
nutrient bila pasien terlalu mual atau anoreksia untuk makan atau
varises esophagus mempengaruhi masukan oral.
e) Berikan obat sesuai indikasi, contoh:
- Tambahan vitamin, tiamin , besi, asam folat
Rasional : Pasien biasanya kekurangan vitamin karena diet yang buruk
seelumnya. Juga hati yang rusak tak dapat menyimpan vitamin
A, B komplek, D, dan K. Juga dapat terjadi kekurangan besi dan
asam folat yang menimbulkan anemia.
- Sink
Rasional : Meningkatkan rasa pengecapan/bau, yang dapat merangsang
nafsu makan.
- Enzim pencernaan, contoh pankreatin (Viokase)
Rasional : Meningkatkan pencernaan lemak dan dapat menurunkan
steatorea/diare.
- Antiemetic, contoh trimetobenzamid (Tigan)
Rasional : Digunakan dengan hati-hati untuk menurunkan mual/muntah
dan meningkatkan masukan oral.
e. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan profil darah abnormal : gangguan faktor
pembekuan (penurunan produksi protrombin, fibrinogen, dan faktor VIII , IX, X;
gangguan absorpsi vitamin K; dan pengeluaran tromboplastin)
Tujuan : mempertahankan homeostatis dengan tanpa perdarrahan dan
menunjukkan perilaku penurunan resiko perdarahan
Intervensi :
1) Kaji adanya tanda-tanda dan gejala-gejala perdarahan GI, contoh periksa semua
sekresi untuk adanya darah warna coklat atau samar. Obervasi warna dan
konsistensi feses, drainase NG, atau muntah
Rasional : traktus GI (esofagus dan rektum) paling biasa untuk sumber
perdarahan sehubungan dengn mukosa yang mudah rusak dan
gangguan dalam hemostasis karena sirosis.
2) Observasi adanya petekie, ekimosis, perdarahan dari satu atau lebih sumber
Rasional : KID subakut dapat terjadi sekunder terhadap gangguan faktor
pembekuan
3) Awasi nadi, TD, dan CVP bila ada
Rasional : peningkatan nadi dengan penurunan TD dan CVP dapat menunjukkan
kehilangan volume darah sirkulasi, memerlukan evaluasi lanjut
4) Catat perubahan mental/tingkat kesadaran
Rasional : perubahan dapat menunjukkan penurunan perfusi jaringan serebral
sekunder terhadap hipovolemia, hipoksemia
5) Hindari pengukuran suhu rektal; hati-hati memasukan selang GI
Rasional : rektal dan vena esofageal paling renan untuk robek
6) Dorong menggunakan sikat gigi halus, pencukur elektrik,hindari mengejan saat
defekasi, meniupkan hidung dengan kuat dan sebagainya
Rasional : pada adanya gangguan faktor pembekuan, trauma minimal dapat
menyebabkan perarahan mukosa
7) Gunakan jarum kecil untuk injeksi. Tekan lebih lama pada bagian bekas suntikan
Rasional : meminimalkan kerusakan jaringan, menurunkan risiko perdarahan/
hematoma
8) Hindarkan penggunaan produk yang mengandung aspirin
Rasional : koagulasi memanjang, berpotensi untuk resiko perdarahan
9) Kolaborasi
a) Awasi Hb/Ht dan faktor pembekuan
Rasional : indikator anemia, persdarahan aktif atau terjadinya komplikasi
(contoh KID)
b) Berikan obat sesuai indikasi :
- Vitamin tambahan ( contoh vitamin K, D, C)
Rasional : meningkatkan sintesis protrombin dan koagulasi bila hati
berfungsi. Kekurangan vitamin C meningkatkan kerentanan
terhadap sistem GI untuk terjadi iritasi/perdarahan
- Pelunak feses
Rasional : mencegah mengejan yang akhirnya meningkatkan tekanan
intraabdomen dan risiko robekan vaskuler/perdarahan
c) Berikan lavase gaster dengan cairan garam faal bersuhu kamar/dingin atau
air sesuai indikasi
Rasional : evakuasi darah dari traktus GI menurunkan produksi amonia dan
risiko ensefalopati hepatik
d) Bantu dalam memasukkan/mempertahankan selang GI/esofageal (contoh
selang Sengstaken-Blakemore)
Rasional : sementara mengontrol perdarahan varises esofagus bila konttrol
yang lain tidak mampu (contoh lavase) dan stabilitas
hemodinamik tak dapat ditingkatkan
e) Siapkan prosedur bedah contoh ligasi langsung (pengangkatan) varises,
reseksi esofagogastrik, anastomosis splenorenalportakaval
Rasional : mungkin diperlukan untuk mengontrol perdarahan aktif atau
untuk menurunkan tekanan portal dan kolateral pembuluh darah
untuk meminimalkan risiko berulangnya perdarahan