Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

“MELENA”

Oleh:
NOVITA ANDHIANA
18.01.03.2006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

“MELENA’

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Melena adalah tinja hitam karena darah dalam saluran cerna yang menjadi
hitam dibawah pengaruh asam klorida lambung, lalu dikeluarkan pada
hajat besar atau dimuntahkan. Hematemesis adalah muntah darah yang
disebabkan oleh adanya perdarahan saluran pencernaan bagian atas.
Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak
antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan,
sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan
bergumpal-gumpal.
Hematemesis (muntah darah) dan melena adalah pengeluaran feses atau
tinja yang berwarna hitam yang disebabkan oleh adanya perdarahan
saluran cerna bagian atas (diatas ligamentum teres hepatis). Melena dapat
terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis (Nurarif &
Kusuma, 2015).
2. Etiologi
Hematemesis melena terjadi bila ada perdarahan di daerah proksimal
jejunum. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru
dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama
hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga
besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Etiologinya adalah :
a. Kelainan esofagus : varise, esofagitis, keganasan.
b. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum,
keganasan dan lain-lain.
c. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular
coagulation), purpura trombositopenia dan lain-lain.
d. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
e. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat,
kortikosteroid, alkohol, dan lain-lain.
(Nurarif & Kusuma, 2015).

3. Manifestasi Klinis
Menurut (Nurarif, Amin dkk. 2015) Gejala terjadi akibat perubahan
morfologi dan lebih menggambarkan beratnya kerusakan yang terjadi dari
pada etiologinya. Didapatkan gejala dan tanda sebagai berikut :
a. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual,
muntah dan diare.
b. Demam, berat badan turun, lekas lelah.
c. Ascites, hidratonaks dan edemo.
d. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau
kecoklatan.
e. Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena fibrosis.
Bila secara klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites, dimana
demam bukan oleh sebab-sebab lain, ditambahkan sirosis dalam
keadaan aktif. Hati-hati akan kemungkinan timbulnya prekoma dan
koma hepatikum.
f. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding, koput
medusa, wasir dan varises esofagus.
g. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme
yaitu: Impotensi, atrosi testis, ginekomastia, hilangnya rambut axila
dan pubis. Amenore, hiperpigmentasi areola mamae, Eritema dan
hiperpigmentasi.
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
1) Darah : Hb menurun / rendah
2) SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk kebocoran
dari sel yang mengalami kerusakan
3) Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan
kemampuan sel hati yang kurang.
4) Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik
dan pembatasan garam dalam diet.
5) Peninggian kadar gula darah.
6) Pemeriksaan marker serologi pertanda ureus seperti
HBSAg/HBSAB, HBeAg, dll
b. Radiologi
1) USG untuk melihat gambaran pembesaran hati, permukaan
splenomegali, acites.
2) Esofogus untuk melihat perdarahan esofogus
3) Angiografi untuk pengukuran vena portal.

5. Penatalaksanaan
Pengobatan penderita perdarahan saluran cerna bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan
pengawasan dan pertolongan ang lebih baik. Pengobatan meliputi
(Nurarif, Amin dkk. 2015) :
a. Tirah baring.
b. Diit makanan lunak.
c. Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah.
d. Pemberian transfusi darah bila terjadi perdarahan luas.
e. Pemberian cairan intravena untuk mencegah dehidrasi.
f. Pengawasan terhadap Tekanan darah, nadi dan kesadaran bila perlu
pasang CVP.
g. Pertahankan kadar Hb 50-70 % nilai normal.
h. Pemberian obat hemostatik seperti Vit K 4 x 10mg/ hr, antasida,
karbosokrom dan golongan H2 reseptor antagonis.
i. Dilakukan klisma dengan air biasa dan pemberian antibiotik yang
tidak diserap usus.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Biasanya keluhan utama pasien adalah muntah darah atau berak darah
yang datang secara tiba-tiba.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan pasien adalah muntah darah atau berak darah yang datang
secara tiba-tiba.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien mempunyai riwayat penyakit hepatitis kronis,
sirosis hepatitis, hepatoma, ulkus peptikum, kanker saluran
pencernaan bagian atas, riwayat penyakit darah (misal : DM),
riwayat penggunaan obatulserorgenik, kebiasaan / gaya hidup
(alkoholisme, gaya hidup / kebiasaan makan).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai
kebiasaan makan yang dapat memicu terjadinya hematemesis melena,
maka dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain.
e. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola perspsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pasien mempunyai kebiasaan alkoholisme,
pengunaan obat-obat ulserogenik
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi perubahan karena adanya keluhan pasien berupa mual,
muntah, kembung, dan nafsu makan menurun, dan intake nutrisi
harus daam bentuk makanan yang lunak yang mudah dicerna.
3) Pola aktivitas dan latihan
Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein
(hydroprotein) yang dapat menyebabkan keluhan subjektif pada
pasien berupa kelemahan otot dan kelelahan, sehingga aktivitas
sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi atau harus berhenti
bekerja
4) Pola eliminasi
Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB. Pda
BAB terjadi konstipasi atau diare. Perubahan warna feses
menjadi hitam seperti petis, konsistensi pekat. Sedangkan pada
BAK, warna gelap dan konsistensi pekat.
5) Pola tidur dan istirahat
Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan menjadi
kurus, perut membesar karena ascites dan kulit mengering,
bersisik agak kehitaman.
6) Pola hubungan peran
Dengan adanya perawatan yang lama makan akan terjadi
hambatan dalam menjalankan perannya seperti semula.
7) Pola reproduksi seksual
Akan terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon,
androgen dan estrogen, bila terjadi pada lelaki (suami) dapat
menyebabkan penurunan libido dan impoten, bila terjadi pada
wanita (istri) menyebabkan gangguan pada siklus haid atau dapat
terjadi aminore dan hal ini tentu saja mempengaruhi pasien
sebagai pasangan suami dan istri.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien lemah. RR pasien akan terjadi sesak,
takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan hipoksia,
ascites.
2) Thorax
Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker
(malfungsi hati menimbulkan gagal hati), distritnya, bunyi
jantung (S3, S4).
3) Abdomen
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritus
perifer. Terjadi flatus, distensi abdomen (hepatomegali,
splenomegali. asites), penurunan / tak adanya bising usus, feses
warna tanah liat, melena, urin gelap pekat, diare /konstipasi.
4) Pemeriksaan neurologis
Penurunan kesadaran, perubahan mental, bingung halusinasi,
koma, bicara lambat tak jelas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru.
b. Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk memproses (mencerna) makanan
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
e. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan di
lambung
f. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit yang diderita
3. Rencana Tindakan
a. Ketidakefektifan pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru.
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
sesak napas klien berkurang
Kriteria hasil : frekuensi pernapasan normal 16-20x/m, tidak terdapat
bunyi napas tambahan
Rencana tindakan :
1) Observasi TTV klien (terutama RR).
Rasional : Mengetahui tk skala sesak pasien.
2) Auskultasi bunyi nafas pasien.
Rasional : Mengetahui ada tidaknya bunyi nafas tambahan.
3) Berikan posisi yang nyaman pada pasien seperti semi fowler.
Rasional : karena posisi 45 menggunakan gaya gravitasi untuk
membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari
abdomen pada diafragma
4) Kolaborasi dengan tim medisdalam memberikan terapi obat.
Rasional :mengurangi sesak

b. Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen


Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
klien nyeri berkurang
Kriteria hasil : keluhan nyeri berkurang atau hilang , skala nyeri 0-3,
tanda tanda vital normal dengan TD 110-120/80 mmHG, nadi 60-
80x/mnt, RR 16-20 x/m, suhu 36-37˚C.
Rencana tindakan :
1) Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan PQRST
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan
indikator secara dini untuk dapat memberikan tindakan
selanjutnya
2) Observasi tanda tanda vital
Rasional : indikator secara dini untuk dapat memberikan
tindakan selanjutnya
3) Anjurkan kompres air hangat pada area yang nyeri
Rasional : air hangat bisa memperlebar pembuluh darah
sehingga aliran darah dan suplai oksigen dapat lebih mudah
mencapai daerah yang sakit, hal ini akan membantu relaksasi
otot dan mengurangi nyeri.
4) Ajarkan tindakan relaksasi dengan nafas dalam
Rasional : pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara
adekuat sehingga otot menjadi relaksasi dan dapat mengurangi
rasa nyeri
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian injeksi
analgesik
Rasional : pemberian analgesik dapat mengurangi rasa nyeri

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan ketidakmampuan untuk memproses (mencerna) makanan
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
kebutuhan pasien terpenuhi
Kriteria hasil : Tidak ada nyeri tekan abdomen, Mual / muntah
berkurang, BB meningkat, Nafsu makan bertambah
Rencana Tindakan
1) Timbang BB pasien setiap hari.
Rasional Sebagai indikator / status nutrisi Kx tercukupi atau
belum.
2) Berikan HE pada pasien dan keluarga tentang pentingnya makanan
/ nutrisi bagi diri pasien.
Rasioal : pasien dapat kooperatif dan mau makan.
3) Motivasi pasien agar mau makan.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan.
4) Kolaborasi dengan tim ahli gizi dalam pemberian nutrisi.
Rasional : Melaksanakan fungsi independent

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
klien dapat bertoleransi terhadap aktivitas
Kriteria hasil: ADL secara mandiri atau dibantu sebagian, tanda tanda
vital normal dengan TD 110-120/80 mmHG, nadi 60-80x/mnt, RR 16-
20 x/m, suhu 36-37˚C.
Rencana tindakan :
a) Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
Rasional : indikator secara dini untuk dapat memberikan
tindakan selanjutnya
b) Observasi ADL klien
Rasional : indikator secara dini untuk dapat memberikan
tindakan selanjutnya
c) Observasi TTV
Rasional : indikator secara dini untuk dapat memberikan
tindakan selanjutnya
d) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan klien
Rasional : agar ADL klien dapat dilakukan secara mandiri
e) Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
positif
Rasional : meningkatkan semangat klien
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Amin Nurarif & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi revisi Jilid 1,
Mediaction, Jogjakarta.

Nugroho, dr. Taufan. 2013. Asuhan Keperawatan Matrenitas, Anak, Bedah,


Penyakit Dalam, Nuha Medika, Yogyakarta.
Pathway

Zat Kimia, Obat-obatan golongan NSAID, Alkohol

Kelainan di esofagus (varises), lambung, pembesaran limfe, asites

Masuk lambung

Erosi mukosa lambung

Mual, Muntah, Anoreksia, Perdarahan,

Hematemesis Melena

Vol Intravaskuler Merangsang nosi Intake Nutrisi


reseptor
menurun hipotalamus menurun

Penurunan
Cepat lelah Distensi
Hb Nutrisi kurang dari
abdomen kebutuhan tubuh
Transport
O2 menurun Nyeri akut
Kurang informasi
Cepat lelah

Ansietas
Intoleransi
Aktivitas

Kurang Volume Resiko syok


cairan

Penurunan Ketidakefektifan
Sesak pola napas
ekspansi paru

Anda mungkin juga menyukai