Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MELENA


DI RUANG DAHLIA 1 RSUD NGUDI WALUYO WLINGI

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH

Disusun oleh :
Ach. Maskur
201110420311202

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
LAPORAN PENDAHULUAN

MELENA
1 Pengertian
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran feses
atau tinja yang berwarna hitam seperti teh yang disebabkan oleh adanya
perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada
lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar
kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerahmerahan dan bergumpal-gumpal (Judith & Wilkinson 2011).
Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter
yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas (Mansjoer
Arief, et.all, 2009). BAB darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan
keluarnya darah berwarna merah terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau
telah bercampur dengan tinja. Sebagian besar BAB darah berasal dari luka di
usus besar, rektum, atau anus. Warna darah pada tinja tergantung dari lokasi
perdarahan. Umumnya, semakin dekat sumber perdarahan dengan anus, semakin
terang darah yang keluar. Oleh karena itu, perdarahan di anus, rektum dan kolon
sigmoid cenderung berwarna merah terang dibandingkan dengan perdarahan di
kolon transversa dan kolon kanan (lebih jauh dari anus) yang berwarna merah
gelap atau merah tua.
2

Tanda dan gejala


a.
Syok (denyut Jantung, Suhu Tubuh),
b.
Penyakit hati kronis (sirosis hepatis),
c.
Demam ringan 38-39C,
d.
Nyeri di perut,
e.
Hiperperistaltik,
f.
Penurunan Hb dan Hmt yang terlihat setelah beberapa jam.
g.
Peningkatan kadar urea darah setelah 24-48 jam karena pemecahan
protein darah oleh bakteri usus (Mansjoer Arief, et.all, 2009).

Etiologi
a.
b.
c.
d.
e.

Adanya luka atau pendarahan di lambung atau usus.


Tukak lambung.
Wasir.
Disentri.
Minuman beralkohol (Soeparman & Sarwono 2011).

Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral
dalam submukosa esopagus dan rektum serta pada dinding abdomen anterior
untuk mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan
meningkatnya teklanan dalam vena ini, maka vena tsb menjadi mengembang dan
membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises dapat pecah,
mengakibatkan

perdarahan

gastrointestinal

masif.

Selanjutnya

dapat

mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung,


dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan
curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba
mempertahankan perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejalagejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak
digantikan , penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi seluler. Sel-sel
akan berubah menjadi metabolsime anaerob, dan terbentuk asam laktat.
Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh sistem tubuh, dan
tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut akan mengalami kegagalan
(Soeparman & Sarwono 2011).

Pathways :
kematian sel
dalam hepar

gagal hepar sirosis


kronis
peningkatan
tekanan vena porta
saluran kolateral
dalam submukosa
esopagus

saluran kolateral
pada rektum

saluran kolateral
pada dinding
abdomen anterior

mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar


varies
Pendarahan gastrointestinal masiff
penurunan arus balik vena
ke jantung

penurunan curah jantung

MK: resiko shok

BAB darah

MK: Defisit volume


cairan

MK:
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Penatalaksanaan
a. 02
b. Infus RL
c. Eticlaf 2x1
d. Acran 2x1
e. Antrain 3x1
Kalnex 3x1
f.
3x1
g. Trovensif
2x1
h. Drip N 5000
O/P
ultilox
syr
c/r 3x
i.
Banyak istrahat di tempat tidur
j.

MK: nyeri

k.

Diet rendah garam dan rendah protein, diit tinggi kalori (Mansjoer Arief, et.all,

2009).
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Darah : Hb menurun / rendah
b. SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk kebocoran dari sel yang
mengalami kerusakan.
c. Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan kemampuan
sel hati yang kurang.
d. Pemeriksaan CHE (kolineterase) penting dalam menilai kemampuan sel hati.
Bila terjadi kerusakan kadar CHE akan turun.
e. Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan
pembatasan garam dalam diet.
f. Peninggian kadar gula darah.
g. Pemeriksaan marker serologi pertanda ureus seperti HBSAg/HBSAB,

HBeAg, dll
2. Radiologi
a. USG untuk melihat gambaran pembesaran hati, permukaan splenomegali,
acites
b. Esofogus untuk melihat perdarahan esofogus
c. Angiografi untuk pengukuran vena portal (Bovahnam dan Johann C
Hoevolly, (1999) dalam Diana, 2013).
7

Dasar Asuhan Keperawatan

6.1

Pengkajian meliputi

a.

Identitas : meliputi
- Nama pasien
- Umur,
- Jenis kelamin,
- Suku bangsa,
- Pekerjaan,
- Pendidikan,
- Alamat,
- Tanggal MRS,
- Diagnosa medis

b. Keluhan utama : keluhan yang dirasakan klien hingga menyebabkan klien MRS
baik sebelum klien MRS atau pada saat MRS.
c.

Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang


serangan / gejala itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan
memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit.

Riwayat kesehatan dahulu


Mengkaji klien pernah sakit seperti yang dirasakan sekarang dan apakah pernah
menderita penyakit keturunan atau yang lainnya yang dapat mempengaruhi
proses penyembuhan klien.

Riwayat kesehatan keluarga


Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah penyakit keturunan atau
menular.

d. Pola- pola fungsi kesehatan

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat


Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat
menimbulkan peratatan diri.

Pola nutrisi dan metabolisme


Terjadi perubahan karena adanya keluhan pasien berupa mual, muntah, kembung
dan nafsu makan menurun. Dan intake nutrisi harus dalam bentuk makanan yang
lunak yang mudah dicerna.

Pola aktivitas dan latihan


Gangguan aktivitas / kebutuhan istirahat, yang kekurangan protein (hypoprotein)
yang dapat menyebabkan keluhan subyektif pada pasien kelemahan otot dan
kelelahan sehingga aktivitas sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi / harus
berhenti bekerja.

Pola eliminasi
Perubahan pola eliminasi yang dapat terjadi berupa diare, konstipasi dan
perubahan karena feses menjadi hitam seperti petis (melena)

Pola tidur dan istirahat


Tidak mengalami gangguan

Pola persepsi sensori dan kognitif


Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan Hematomesis melena yang berulang.

Pola persepsi dan konsep diri

Akan terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti : badan menjadi buruk,
perut membesar karena oseitas dan kulit mengering, bersisik agak kehitaman.

Pola hubungan dan peran


Dengan adanya perawatan yang lama maka akan terjadi hambatan dalam
menjalankan perannya seperti semula.

Pola reproduksi dan seksual


Akan terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon, androgen dan
estrogen, bila terjadi pada lelaki (suami) dapat menyebabkan penurunan libido
dan impoten, bila terjadi pada wanita (istri) menyebabkan gangguan pada siklus
haid atau dapat terjadi aminore dan hal ini tentu saja mempengaruhi pasien
sebagai pasangan suami dan istri.

Pola penanggulangan stres


Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.

Pola tata nilai kepercayaan


Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.

e.

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum
Keadaan umum klien Hematomesis melena akan terjadi ketidak seimbangan
nutrisi akibat anoreksia, intoleran terhadap makanan / tak dapat mencerna, mual,
muntah, kembung.

Sistem respirasi
Akan terjadi sesak, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan hipoksia,
asites.

Sistem kardiovaskuler
Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi hati
menimbulkan gagal hati), distritnya, bunyi jantung (S3, S4).

Sistem gastrointestinal.
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritus perifer.

Sistem persyaratan
Penurunan mental, perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicara lambat
tak jelas.

Sistem geniturianaria / eliminasi

Terjadi flatus, distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali. asites),


penurunan / tak adanya bising usus, feses warna tanah liat, melena, urin gelap
pekat, diare / konstipasi.
6.2

Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan gaster berlebihan,
diare dan

penurunan masukan

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan


ketidakmampuan untuk memproses / mencerna makanan ditandai dengan klien
mengeluh nyeri diabdomen / kuadran kanan atas, anoreksia, mual, muntah,
tidak mau makan, mudah kenyang, penurunan BB.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis (terjadinya ruptur di
dalam abdomen)

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arief. M, dkk.( 2009) Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. media


ausculapius FKUI
Soeparman, Waspadji Sarwono (2011), Buku Ilmu Penyakit Dalam edisi 3, Balai
penerbit FKUI Jakarta,
Diana (Bovahnam dan Johann C Hoevolly ) (2013) Keperawatan medikal bedah.
Judith, & Wilkinson (2011). Buku Saku Keperawatan. Jakarta: ECG
Herdam H.T (2012). NANDA Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC

Morhead, Sue,. et al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth


Edition. Missouri: Mosby
Bulechek, Gloria, M., et al. (2013) Nursing Interventions Classification (NIC).
Sixth Edition. Missouri: Mosby

Anda mungkin juga menyukai