Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1 Tunjauan Medis


1.1.1 Definisi
Colic ureter adalah nyeri akut atau hebat yang timbul akibat gagguan pada
ureter system urinaria (Saunder, 2010).
Kolik adalah rasa sakit hebat yang hilang timbul akibat hiperperistaltik dan
spasme otot polos organ berongga yang berbentuk tabung (Pangeran, 2010).
Kolik ureter merupakan nyeri akut yang dapat disebabkan oleh adanya
benda asing pada system perkemihan, batu, obstruksi perkemihan atau bahkan
infeksi saluran kemih.

1.1.2 Penyebab
1. Kekurangan minum dan dehidrasi
2. Asidosis tubular ginjal, infeksi oleh bakteri yang menghasilkan urease
3. Hiperparatiroidisme dan penyakit endokrin
4. Faktor lingkungan di sumber air minum
5. Tirah baring yang lama
6. Diet yang salah
7. Defisiensi vitamin A

1.1.3 Kausa
1. Batu
2. Bekuan darah
3. Pecahan tumor yang terlepas
4. Benda asing lain

1.1.4 Sifat Sakit


1. Hilang timbul
2. Rasa seperti ditusuk-tusuk
3. Berkeringat dingin
4. Lemas, shock, kolaps
1.1.5 Jenis
Dalam garis besar terdapat 2 macam jenis batu yaitu :
1. In organik stones, contohnya triple fosfat, Ca Oxalat, fosfat, batu yang
mengandung Na
2. Organik stones, contohnya : batu radio lucent, batu radio pague

1.1.6 Gejala dan Tanda


1. Obstruksi saluran kemih, hematuria, ISK, gagal ginjal
kronik
2. Batu yang kecil mungkin dapat masuk melalui uretra
3. Nyeri hebat, gejala dan tanda infeksi mungkin pula terdapat
4. Kadang-kadang ada yang tidak menunjukkan gejala

1.1.7 Patofisiologi

Benda asing, Batu, Bekuan darah,


Pecahan tumor yang terlepas, Benda asing lain

Spasme otot polos organ berongga

Peningkatan tekanan ureter

Respon baroreseptor menurun

Penurunan aktifitas saraf parasimpatis dan


neurotransiter

Sulit BAK, urine tidak


Respon penurunan miksi
keluar
Bendungan urine/urine
Trauma ureter
tidak keluar
Gangguan Eliminasi Urine

Pionefrosis,
urosepsis Iritasi kandung kencing/ Aktivitas mediator-mediator
saluran kencing nyeri: histamine, bradikinin

Resiko tinggi Inflamasi, infeksi


infeksi Nyeri Akut

Peningkatan suhu tubuh


Peningkatan leukosit >
100.000

Hipertermi
PK sepsis
1.1.8 Diagnosa Banding
1. Pielonofritis, sistitis dan glomerulonefritis
2. Polip vesika dan neoplasma saluran kemih
3. Penyebab lain dari kolik (intestinal dan bilier)
4. Appendiksitis dan koklik apendiks
5. Torsi atau kehamilan ektropik
6. Bila batu terdapat pada anak, asidosis tubular ginjal harus dipikirkan
demikian pula hypersaluria primer, sistinusia primer

1.1.9 Pemeriksaan Khusus


1. Urinarius untuk kristal dan tanda-tanda serum
2. Kadar kalsium dan fosfate serum
3. IVP bila mungkin selama episode kolik yang nyeri (perhatikan batu asam
urat dan sistin, radiolusen)
4. Analisis batu
5. Tes untuk penyebab metabolik seperti hiperparatiroidisme, penyakit paget,
sakoidis, neoplasma TL, tirotoksikosis
6. Urine 24 jam untuk kalsium dari urat dan kreatinin

1.1.10 Pengobatan
Pengobatan ditujukan :
1. Mengatasi simptom
2. Pengambilan batu
1) Batu dapat keluar spontan
2) Menggunakan gel kejutan litotripsin ekstrakorporeal
3) Pembedahan
4) Perkulaneus nefrolitotomi
3. Pengaturan diet
1) Meningkatkan masukan cairan
2) Diet rendah kalsium dan rendah oksalat
3) Kurangi masukan protein
4) Hidrasi masukan minuman gas (soff drink) lebih 1 liter per minggu
4. Pemberian obat untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat
5. Allopurinal mungkin membantu untuk menghidnari batu asam urat.
1.1.11 Prognosis
1. Biasanya sangat baik bila diobati dengan cepat
2. Staghorn calguti (batu bentuk tanduk rusa) yang besar disertai infeksi,
agaknya kurang memberikan respon dengan obat, mungkin perlu dengan
pembedahan.

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
1. B1 (Breathing)
Takipneu dengan mengimbangi rasa nyeri yang dirasakan, dan
kemungkinan kebuthan O2 dalam darah yang tidak mencukupi dalam
keadekuatan sistem respirasi bida di sebabkan distress pernafasan karena
rasa nyeri dan atau kecemasan.
2. B2 (Bleeding)
Mempunyai riwayat ulkus pada bleder, pendarahan bleder akibat trauma,
infeksi bakteri, batu.
3. B3 (Brain)
Changes mentation.
Kesadaran baik atau menurun
Kelemahan
4. B4 (Bledder)
Penurunan berkemih dysuria, intermitensi, atau anuria, Gross hematuria,
Hidro ureteronefrosis
5. B5 (Bowel)
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal, Konstipasi atau diare
6. B6 ( Bone)
Penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, kelemahan otot

1.2.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih
oleh benda asing (batu) ditandai dengan frekuensi oliguria
Tujuan : berkemih dalam jumlah normal dan pola biasanya
Kriteria Hasil :
1. Tidak mengalami tanda obstruksi
2. Frekuensi normal
Intervensi dan Rasional :
1. Pantau pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine
R : Memberikan informasi tentang ginjal dan adanya komplikasi
2. Dorong meningkatkan pemasukan cairan
R : Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah dan dapat membantu
lewatnya darah
3. Pantau pemeriksaan laboratorium
R : Peningkatan BUN, creat dan elektrolit mengindikasikan disfungsi
ginjal
4. Berikan obat amonium kloride
R : Menurunkan pembentukan batu fosfat
5. Kolaborasi dengan dokter bedah dalam pengambilan batu ginjal
R : Pembedahan perlu untuk membuang batu yang terlalu besar untuk
melewati ureter

2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya trauma ureter


Batasan Karakteristik:
1. Mayor
Pengungkapan tentang deskriptor nyeri
2. Minor
1) Mengatupkan rahang atau mengepalkan tangan
2) Perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktivitas sebelumnya
3) Agitasi
4) Ansietas
5) Ketidakaktifan fisik atau imobilitas
6) Gangguan konsentrasi
7) Perubahan pola tidur
8) Rasa takut mengalami cidera ulang
9) Menarik bila disentuh
10) Menggosok bagian yang nyeri
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
1. Pasien rileks dan beristirahat dengan tenang
2. Skala nyeri 0-1
3. TTV dalam batas normal
S : 36-37 0 C HR : 60-100 kali/menit
TD : 120/80 mmHg RR : 16-20 kali/menit
Intervensi dan Rasional :
1. Ukur tingkat nyeri, perhatikan lokasi, intensitas lamanya
R : Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan
intervensi
2. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
R : Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan
kembali perhatian dapat meningkatkan kemampuan koping, menurunkan
nyeri dan ketidaknyamanan
3. Berikan tindakan yang nyaman, contoh : pijat punggung
R : Menurunkan tegangan otot, memfokuskan kembali perhatian dan
dapat meningkatkan kemampuan koping
4. Berikan obat sesuai indikasi, contoh : analgesik
R : Analgesik dapat menghilangkan nyeri, ketidaknyamanan
5. Berikan informasi yang akurat tentang nyeri
R : Menghilangkan ansietas dan meningkatkan kerja sama dengan
prosedur tertentu.

3. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan akibat iritasi saluran


kencing
Batasan karakteristik :
1) Suhu tubuh meningkat
2) Malaise
3) Individu terlihat tidak nyaman
4) Menggigil
5) Akral teraba panas
Tujuan : peningkatan suhu tubuh dapat diatasi
Kriteria hasil :
1) Demam hilang
2) Suhu tubuh dalam batas normal
3) Pasien dapat menyebutkan cara-cara untuk meningkatkan kenyamanan
Tindakan/intervensi :
1) Kaji adanya faktor-faktor yang memperberat.
R: membantu menentukan intervensi yang tepat.
2) Pantau suhu tubuh pasien, perhatikan adanya demam, menggigil.
R: pola demam dapat membantu dalam diagnosis.
3) Berikan kompres mandi hangat.
R: dapat membantu mengurangi demam, karena terjadi vasodilatasi pori-
pori kulit.
4) Batasi/tambahan linen, selimut sesuai indikasi.
R: jumlah linen/selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu
mendekati normal.
5) Pantau masukan dan haluaran.
R : untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
6) Pertahankan hidrasi adekuat.
R: mencegah terjadinya dehidrasi karena peningkatan suhu tubuh.
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik dan antibiotika.
R: digunakan untuk mempengaruhi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus dan menekan pertumbuhan bakteri.

4. Risiko tinggi terjadinya infeksi berhubung dengan infeksi, masuknya kuman,


prosedur infasif atau alat (kateter), Penyebaran infeksi dari orang lain
Kriteria hasil
(1) Pasien bebas dari indikator infeksi
(2) Suhu 36-37oC
(3) Tidak ada eritema
Tujuan
Tidak terjadi infeksi
Intervensi
1. Observasi tanda-tanda vital : nadi, suhu, pernafasan, TD
R : Mengetahui perkembangan kondisi pasien
2. Tingkatkan cuci tangan yang baik pada pasien dan staf
R : Menurunkan resiko kontaminasi silang
3. Pantau kecenderungan suhu
R :Demam (380c – 400C) disebabkan oleh efek dari endotoksin pada
hipotalamus dan endorfin yang melepaskan pirogen.
4. Hindari prosedur infasif, instrumen dan manipulasi kateter tak menetap,
gunakan teknik aseptik bila merawat atau memanipulasi area infasif.
R :Membatasi introduksi bakteri ke dalam tubuh. Deteksi dini atau
pengobatan terjadinya infeksi dapat mencegah sepsis.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik
R : Antibiotik dapat mematikan organisme penyebab infeksi secara efektif.
5. PK sepsis berhubungan dengan proses inflamasi / infeksi sekunder terhadap
infeksi saluran kemih
Tujuan :
Perawat akan menangani dan memantau komplikasi yaitu septikemia
Intervensi dan Rasional
1. Pantau tanda dan gejala septikemia yaitu suhu tubuh > 380 C, N : >
20 x/menit, sel darah putih > 12.000
R: Untuk mengetahui perkembangan dari pasien dan tindakan lanjut yang
dibutuhkan
2. Pantau terhadap perubahan dalam mental, kelmahan, malaise,
normotermia, dan anoreksia.
R: Perubahan mental, kelemahan, malaise merupakan tanda dari
septikemia
3. Sesuai dengan program pengobatan dokter, berikan obat antibiotik,
pantau dan tangani pemberian oksigen dan pengirimannya
R: Antibiotik membantu dalam pencegahan dari proses penyebaran
infeksi yang sedang dialami
4. Jika ada indikasi rujuk ke PK syok hipovolemik untuk informasi lebih
lanjut
R: Membantu dalam menangani septikemia dan syok

1.2.3 Evaluasi
1. Pola eliminasi urine kembali normal,lancer
2. Nyeri hilang, kandung kemih kosong.
3. Suhu tubuh normal, tidak terjadi hipetemi
4. Tidak terjadi infeksi
5. tidak terjadi sepsis
DAFTAR PUSTAKA

E. Dongoes, Marylin. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Ovedoff, David, 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran.


Universitas Trisakti. Jakarta.

Burton. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Untuk Pemula. Churchill Livingstone


Binarupa Aksara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai