Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS

DEFINISI

Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditandai oleh kenaikan titik
ambang regulasi panas hipotalamus. Pusat regulasi/pengatur panas hipotalamus
mengendalikan suhu tubuh dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor neuronal
perifer dingin dan panas (Arvin, 2000). Demam terjadi bila berbagai proses
infeksi dan non-infeksi berintraksi dengan mekanisme pertahanan hospes. Demam
pada kebanyakan anak disebabkan oleh agen mikrobiologi yang dapat dikenali
dan demam menghilang sesudah masa yang pendek (Arvin, 2000)

Batasan nilai atau derajat demam dengan pengukuran di berbagai bagian


tubuh sebagai berikut: suhu aksila/ketiak diatas 37,2°C, suhu oral/mulut diatas
37,8°C, suhu rektal/anus diatas 38,0°C, suhu dahi diatas 38,0°C, suhu di membran
telinga diatas 38,0°C. Sedangkan dikatakan demam tinggi apabila suhu tubuh
diatas 39,5°C dan hiperpireksia bila suhu diatas 41,1°C (Bahren, et al., 2014).

ETIOLOGI
Secara garis besar, ada dua kategori demam yang seringkali diderita yaitu
demam non-infeksi dan demam infeksi (Widjaja, 2008).
 Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh
masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam ini jarang
diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Demam non-
infeksi timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa
sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh demam non-
infeksi antara lain demam yang disebabkan oleh adanya kelainan
degeneratif atau kelainan bawaan pada jantung, demam karena
stres, atau demam yang disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit
berat misalnya leukimia dan kanker.
 Demam Infeksi Demam infeksi adalah demam yang disebabkan
oleh masukan patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau virus,
atau binatang kecil lainnya ke dalam tubuh. Bakteri, kuman atau
virus dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara,
misalnya melalui makanan, udara, atau persentuhan tubuh.
Imunisasi juga merupakan penyebab demam infeksi karena saat
melalukan imunisasi berarti seseorang telah dengan sengaja
memasukan bakteri, kuman atau virus yang sudah dilemahkan ke
dalam tubuh balita dengan tujuan membuat balita menjadi kebal
terhadap penyakit tertentu. Beberapa penyakit yang dapat
menyebabkan infeksi dan akhirnya menyebabkan demam pada
anak antara lain yaitu tetanus, mumps atau parotitis epidemik, 12
morbili atau measles atau rubella, demam berdarah, TBC, tifus dan
radang paru-paru (Widjaja, 2008).
 Menurut Febry dan Marendra (2010) penyebab demam dibagi
menjadi 3 yaitu:
 Demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan
demam berdarah) dan infeksi bakteri (demam tifoid dan
pharingitis).
 Demam non infeksi, antara lain karena kanker, tumor, atau
adanya penyakit autoimun (penyakit yang disebabkan
sistem imun tubuh itu sendiri).
 Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan
(dehidrasi), suhu udara terlalu panas dan kelelahan setelah
bermain disiang hari. Dari ketiga penyebab tersebut yang
paling sering menyerang anak adalah demam akibat infeksi
virus maupun bakteri (Febry & Marendra, 2010).

 Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi


pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi,
penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain (Julia, 2000).
 Menurut Guyton (2000) demam dapat disebabkan karena
kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mem-
pengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-
penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi
KLASIFIKASI
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :
Fever : keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis
Hyperthermia : keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada
mahkluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi
dari radiasi.
Malignant Hyperthermia : peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan
yang menyertai kekauan otot karena anastesi total
Tipe demam.diantaranya:
 Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi
tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik
 Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik
 Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana
 Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
 Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
MANIFESTASI KLINIS
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung
pada fase demam meliputi:
Fase 1 awal (menggigil)
Tanda dan  gejala
1. Peningkatan denyut jantung
2.  Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
3. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
4. Peningkatan suhu tubuh
5. Pengeluaran keringat berlebih
6. Rambut pada kulit berdiri
7. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
 Fase 2 (proses demam)
Tanda dan gejala
1. Proses mengigil lenyap
2. Kulit terasa hangat / panas
3. Merasa tidak panas / dingin
4. Peningkatan nadi
5. Peningkatan rasa haus
6. Dehidrasi
7. Kelemahan
8. Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
9. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
1. Kulit tampak merah dan hangat
2. Berkeringat
3. Mengigil ringan
4. Kemungkinan mengalami dehidrasi
PATHOFISIOLOGI
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat
pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang
sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point. Pada
demam hypothalamic thermal set point meningkat dan mekanisme pengaturan
suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu tertentu yang baru.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam
lekosit yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang
dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik
yang tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen ini juga dapat karena obat-
obatan dan hormonal, misalnya progesterone.

Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat


digambarkan sebagai berikut :
Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal erythoxin dan virus) à menginduksi
sel darah putih untuk produksi pirogen endogen àyang paling banyak keluar IL-1
dan TNF-a, selain itu ada IL-6 dan IFN à bekerja pada sistem saraf pusat di level
organosum vasculosum pada lamina terminalis (OVLT) à OVLT dikelilingi oleh
porsio medial dam lateral pada pre-optic nucleus, hipotalamus anterior dan septum
pallusolum
Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada
jaringan neural masih belum jelas. hipotesanya adanya kebocoran di sawar darah
otak di level OVLT menyediakan sistem saraf pusat untuk merasakan adanya
pirogen endogen. Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport aktif sitokin
ke dalam OVLT atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural vasculature,
yang mentranduksi sinyal ke otak.
OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang
merespons pirogen endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel pre-optic
nucleus untuk menurunkan rata pemanasan pada neuron yang sensitif pada hangat
dan ini salah satu cara menurunkan produksi pada arachidonic acid pathway.
Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2 (COX-2) di neural vasculature
yang penting pada formasi febris. Induksi pada respons febris oleh
lipopolisakarida, TNF-a dan IL-1b yang menghasilkan kenaikan COX-2 mRNA
pada cerebral vasculature pada beberapa model eksperimental febris.
Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak
sel efektor pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya respons syok
panas. Pada respons syok panas terjadi reaksi kompleks pada demam, untuk
sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini adalah produksi
heat shock protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk penyelamatan
seluler.
Sitokin proinflamotori à masuk ke sirkulasi hipotalamik à stimulasi
pengeluaran PG lokal, resetting set point termal hipotalamik àsitokin
proinflamatori vs kontrainflamatori (misalya seperti IL-10 dan substansi lain
seperti arginin vasopresin, MSH, glukokortikoid) àmembatasi besar dan lamanya
demam

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG:
1. Uji coba darah,
Contoh pada Demam Dengue terdapat leukopenia pada hari ke-2 atau
hari ke-3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi.
Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan biasanya memanjang,
dapat ditemukan penurunan factor II,V,VII,IX, dan XII. Pada pemeriksaan
kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. SGOT,
serum glutamit piruvat (SGPT), ureum, dan pH darah mungkin
meningkat, reverse alkali menurun.
2. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
3. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan demam atau demam menurut Shvoong (2010) untuk
menurunkan suhu tubuh dalam batas normal tanpa mengunakan obat yaitu dengan
cara di kompres. Pertama siapkan air hangat, selanjutnya mencelupkan waslap
atau handuk kecil ke dalam baskom dan mengusapnya ke seluruh tubuh, lakukan
tindakan di atas beberapa kali (setelah kulit kering), setelah itu keringkan tubuh 15
dengan handuk dan hentikan prosedur bila suhu tubuh sudah mendekati normal.
Menurunkan demam pada anak dapat dilakukan secara self management maupun
non-self management. Pengelolaan secara self management merupakan
pengelolaan demam yang dilakukan sendiri tanpa menggunakan jasa tenaga
kesehatan. Pengelolaan secara self management dapat dilakukan dengan terapi
fisik, terapi obat, maupun kombinasi keduanya. Sedangkan non-self management
merupakan pengelolaan demam yang menggunakan jasa tenaga kesehatan (Plipat,
Hakim & Ahrens, 2002).
Salah satu upaya yang sering dilakukan untuk menurunkan demam adalah
pemberian antipiretik seperti parasetamol, ibuprofen, dan aspirin (Soedibyo &
Souvriyanti, 2006).
  Obat- obat Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu
di hipotalamus.Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus
direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas
diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi.
Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (agar penyakit ini
tidak menular ke orang lain). Penderita harus istirahat total minimal 7 hari bebas
panas. Istirahat total ini untuk mencegah terjadinya komplikasi di usus. Makanan
yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak berserat. Sayuran
dengan serat kasar seperti daun singkong harus dihindari, jadi harus benar-benar
dijaga makanannya untuk memberi kesempatan kepada usus menjalani upaya
penyembuhan.
KOMPLIKASI
Demam diatas 41°C dapat menyebabkan hiperpireksia yang sangat berbahaya
karena dapat menyebabkan berbagai perubahan metabolisme, fisiologi, dan
akhirnya berdampak pada kerusakan susunan saraf pusat. Pada awalnya anak
tampak menjadi gelisah disertai nyeri kepala, pusing, kejang, serta akhirnya tidak
sadar. Keadaan koma terjadi bila suhu >43°C dan kematian terjadi dalam
beberapa jam bila suhu 43°C sampai 45°C
(Plipat, Hakim & Ahrens, 2002).

PROGNOSIS
Dalam kebanyakan kasus, demam akan datang dan pergi tanpa banyak
intervensi dari dokter. Jika penyebab spesifik demam ditemukan, maka dokter
bisa meresepkan obat yang tepat dan mengobati penyakitnya. Kadang-kadang,
antibiotik kedua, obat antijamur, atau obat lain akan dibutuhkan. Biasanya,
dengan terapi yang tepat, infeksi akan sembuh dan orang tersebut akan kembali ke
suhu normal.

Dalam beberapa kasus, demam bisa mengancam jiwa. Hal ini sering
terlihat pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk, beberapa jenis
meningitis, dan sakit perut yang parah. Pneumonia dengan demam bisa
mengancam nyawa pada orang lanjut usia. Setiap infeksi yang sumbernya tidak
ditemukan dapat terus memburuk dan menjadi sangat berbahaya. Hipertermia
berat dapat menyebabkan koma, kerusakan otak, atau bahkan kematian. Biasanya,
jika penyebab demam didiagnosis dengan cepat dan ditangani dengan tepat,
prognosisnya baik, namun prognosisnya lebih buruk jika ada penundaan
diagnostik dan penanganan, sehingga organ tubuh menjadi semakin rusak.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
FEBRIS

PENGKAJIAN
1. Identitas penderita
Meliputi : mana, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Orang yang menderita observasi febris biasanya mengeluh suhu badannya
naik (panas), keluar banyak keringat, batuk-batuk dan tidak nafsu makan.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya didapatkan peningkatan suhu tubuh di atas 37,5 0C    (N
36,5 – 37,5 C) atau ada masalah psikologis ( rasa takut dan cemas terhadap
penyakitnya)
b. Riwayat penyakit dahulu
Umumnya dikaitkan dengan riwayat medis yang berhubungan dengan
penyakit febris.
c. Riwayat penyakit keluarga
Dalam susunan keluarga adalah riwayat penyakit febris yang pernah
diderita atau penyakit turunan dan menular yang pernag diderita atau
anggota keluarga.
Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksan hidup sehat
Umumnya pada pola ini penderita penyakit febris mengalami perubahan
dalam perawat dirinya yang diakibatkan oleh penyakitnya
b. Pola nutrisi dan metabolism
Umumnya terjadi penurunan nafsu makan atau tidak.
c. Pola eliminasi
Pada pola ini bisa terjadi perubahan karena asupan yang kurang sehingg klien
tidak bisa BAB / BAK secara normal.

d. Pola istirahat tidur


Pada pola ini tidur kx biasanya mengalami gangguan karena adanya rasa tidak
nyaman dengan meningkatnya suhu
e. Pola aktifitas dan latihan
Aktivitas kx bergantung karena biasanya klien lemah karena kurangnya
asupan serta meningkatnya suhu.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Kx merasa cemas dengan keadaan suhu tubuhnya yang meningkat dan
ketakutan sehingga mengalami perubahan metabolisme (ex : mencret)
g. Pola sensori dan kognitif
Tidak terjadi gangguan pada pola ini dan biasanya hanya sebagian kx yang
dapat mengetahuinya.
h. Pola reproduksi dan sexual
Pada pola ini biasanya kx tidak mengalami gangguan.
i. Pola hubungan peran
Bisa terjadi hubungan yang baik atau kekeluargaan dan tidak mengalami
gangguan.
j. Pola penanggulangan stres
Dukungan keluarga sangat berarti untuk kesembuhan klien.
k.   Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan dalam melaksanakan ibadah sebagai dampak dari
penyakitnya.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, apatis / koma), badan lemahm frekuensi pernafasan
tinggi, suhu badan meningkat dan nadi meningkat
b. Kepala dan leher
Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak
c. Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan / kelainan.
d. Mata
Umumnya mulai terlihat cowong atau tidak.
e. Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut
Bentuk, kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan atau tidak.
f. Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri dan ada peningkatan
bising usus.
g. Sistem respirasi
Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam.
h. Sistem kardiovaskuler
Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat
i. Sistem muskuloskeletal
Terjadi gangguan apa tidak.
j. Sistem pernafasan
Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal / gerakan nafas dan
biasanya kesadarannya gelisah, apatis atau koma

B.     Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dikelompokkan meliputi data
subyektif dan obyektif untuk menentukan masalah data yang telah
dikelompokkan, ditentukan masalah keperawatannya. Kemudian ditentukan
penyebabnya serta dirumuskan ke dalam diagnosa keperawatan (Lismidar, 1990)

DIAGNOSA KEPERAWATAN
 
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan ketidakefektifan kerja
hipotalamus
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
3. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
 
RENCANA KEPERAWATAN
 
 Dignosa 1 : peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan ketidakefetifan
kerja hipotalamus
 Tujuan : demam tidak terjadi lagi
 KH :
- Suhu tubuh kembali normal
- Badan tidak teraba panas lagi
 
INTERVENSI ( diagnosa 1 )
1. Pantau tanda tanda vital pasien
2. Anjurkan untuk banyak istirahat
3. Berikan kompres hangat dibeberapa bagian tubuh seperti :
ketiak, dahidan belakang leher 
4. Anjurkan kepada pasien untuk banyak minum
5. Berikan antipiretik
6. Berikan selimut pendingin

 Diagnosa 2 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan


intake yang tidak adekuat
 Tujuan : kebutuhan pasien terpenuhi
 KH : pasien dapat menghabiskan porsi makananya
 
INTERVENSI (diagnosa 2 )
1. Bina hubungan teraupetik
2. Beri pengetahuan tentang pentignya nutrisi
3. Beri makanan yang bervariasi dan bergizi
4. Beri makanan yang hangat
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
 
 Diagnosa 3 : gangguan pola istirahat tidur b/d peningkatan suhu tubuh
 Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyenyak
 KH : Pasien bangun dengan sadar 
  Pasien dapat tidur 
 
INTERVENSI ( diagnosa 3 )
1. Ganti pakaian dengan yang bersih dan nyaman sebelum tidur 
2. Jaga suasana tetap tenang
3. Kompres air Hangat
4. Anjurkan memijat pelan bagian kaki
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiah,Editor Setiawan S, Kep.(2005). Buku keperawatan anak sakit.


Jakarta:EGC.   
Corwin.(2000). Hand Book Of Pathofisiologi.Jakarta:EGC.
Doenges,M.E. Geisler, A.C. Moorhouse, M.F.(2000). Rencana Keperawatan
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Keperawatan. Jakarta:EGC.
Hidayat,A. A.(2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Nanda. (2005). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta:Prima Medika.
Suriadi dan Yuliani, R.(2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:
CV. Sagung Seto.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6417/f.%20BAB
%20II.pdf?sequence=6&isAllo
http://agungprestawanstikessuryaglobal.blogspot.com/2014/02/lp-febris.html
https://www.academia.edu/37975551/
ASUHAN_KEPERAWATAN_KMB_1_DENGAN_FEBRIS_DI_RUANG_CAM
ELIA_1_RSUD_SOEDJARWADI_KLATEN

Anda mungkin juga menyukai