Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
TINJAUAN TEORI

I. KONSEP DASAR FEBRIS


A. PENGERTIAN
Demam (fever, febris) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi
sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pusat
termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior. Suhu tubuh
normal dapat dipertahankan, ada perubahan suhulingkungan, karena
adanya kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur
keseimbangan antara panas yang diproduksi oleh jaringan, khususnya
oleh otot dan hati, dengan panas yang hilang terjadi peningkatan suhu
dalam tubuh. Suhu oral normal adalah 35,8C-37,3C (96,5- 99,2F).
Suhu rektal lebih tinggi sekitar 0,30,5C (0,5-1F) (Juliana, 2008).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan
oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri,
tumor otak atau dehidrasi (Guyton, 1990).

B. ETIOLOGI DEMAM
Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena kelainan
dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.

C. TERMOREGULASI SAAT DEMAM


Bila demam timbul, maka mekanisme termoregulasinya
mempertahankan suhu badan lebih tinggi dari normal, seolah-olah
thermostat disetel ulang ke titik baru diatas 37C. Kemudian reseptor
suhu akan memberikan isyarat bahwa suhu tubuh sebenarnya berada
dibawah set point dan akan mengaktifkan mekanisme peningkatan
suhu sehingga terjadi demam. Suhu tubuh pada manusia adalah hasil
akhir dari produksi panas oleh proses metabolik atau aktivitas obat dan

1
2

kehilangan panas, dihantar oleh aliran darah ke struktur subkutan dan


kutan, dan disebarkan oleh keringat (Guyton, 2008).

D. ORGAN TERMOREGULASI
Suhu tubuh dikendalikan oleh hipotalamus. Neuron-neuron pada
hipotalamus anterior praoptik dan hipotalamus posterior menerima dua
jenis sinyal, satu dari saraf perifer yang mencerminkan reseptor-
reseptor untuk hangat dan dingin dan lainnya dari temperatur darah
yang membasahi daerah ini. Kedua sinyal ini diintegrasikan oleh pusat
termoregulasi hipotalamus untuk mempertahankan temperatur normal
(Juliana, 2008).
Pirogen merupakan substansi yang menyebabkan demam dan berasal
baik dari eksogen maupun endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar
hospes, sementara pirogen endogen diproduksi oleh hospes, pirogen
umumnya sebagai reseptor terhadap stimulan awal yang biasanya
timbul oleh karena infeksi atau inflamasi. Pirogen endogen yang
dihasilkan baik secara sistemis atau lokal, berhasil memasuki sirkulasi
dan menyebabkan demam pada tingkat pusat termoregulasi di
hipotalamus (Juliana, 2008).

E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala demam menurut Widjaja (2001) yaitu :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C 40 C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Lesu
6. Menggigil
7. Dehidrasi
8. Kehilangan nafsu makan
3

F. PATOFISIOLOGI DEMAM
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun)
anak terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya.
Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang
sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen
adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh
(pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal
dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik
terhadap benda asing (non infeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor)
yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas
di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi
prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu
tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun,
terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang aktivitas tentara tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T)
untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis
yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan
antibodi atau sistem kekebalan tubuh (Sinarty, 2003).

G. FASE-FASE DEMAM
Fase-fase demam menurut Mims (2001)terbagi menjadi:
1. Fase Awal (Awitan)
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c. Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi
e. Adanya sensasi dingin
f. Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi
4

g. Rambut kulit berdiri


h. Peningkatan suhu tubuh
2. Fase Demam
a. Menggigil sudah lenyap
b. Tubuh terasa hangat dan panas
c. Merasa tidak panas atau dingin
d. Peningkatan nadi dan laju pernapasan
e. Dehidrasi ringan hingga berat
f. Hilang nafsu makan (demam memanjang)
g. Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat
katabolisme protein.
3. Fase Pemulihan
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Menggigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi

H. TIPE DAN JENIS DEMAM


Beberapa tipe demam menurut Nelwan (2007) yang mungkin dijumpai
antara lain:
1. Demam septik
Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat
yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di
atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi
tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang
mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
5

3. Demam intermiten
Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang
normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti
ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua
hari bebas demam di antara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama
beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk
beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti
semula.
Jenis-jenis demam terdiri dari:
1. Demam Fisiologi, demam ini cenderung normal dan sebagai
penyesuaian terhadap fisiologis tubuh, misalnya pada orang yang
mengalami dehidrasi dan tingginya aktivitas tubuh (olahraga)
(Sherwood, 2001).
2. 2. Demam Patologis, demam ini tidak lagi dikatakan sebagai
demam yang normal. Demam yang terjadi sebagai tanda dari suatu
penyakit. Demam patologis terbagi lagi menjadi dua sebagai
berikut:
a. Demam Infeksi yang suhunya bisa mencapai lebih dari 38C.
Penyebabnya beragam, yakni infeksi virus (flu, cacar, campak,
SARS, flu burung, dan lain-lain), jamur, dan bakteri (tifus,
radang tenggorokan, dan lain-lain).
b. Demam Non Infeksi, seperti kanker, tumor, atau adanya
penyakit autoimun seseorang (rematik, lupus, dan lain-lain)
(Samuelson, 2007).
6

I. PENATALAKSANAAN
1. Kompres hangat
Kompres dapat menyebabkan vasodilatasi perifer, sehingga panas
tubuh dapat keluar melalui pori-pori kulit, baik dalam bentuk uap
maupun keringat. Adanya pengeluaran panas ini diharapkan suhu
tubuh dapat diminimalisir (Davis dan Phair, 2004).
2. Terapi Antimikroba
Pasien-pasien yang mempunyai gejala klinis infeksi dapat dimulai
dengan terapi antibiotik. Antibiotik spectrum luas juga
diindikasikan pada pasien demam dengan potensi infeksi serius,
sebelum bukti infeksius didokumentasikan (Tierney, 2002).
3. Pengobatan dengan antipiretik, bekerja dengan cara menghambat
produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior. Contohnya
adalah parasetamol, aspirin dan obat anti inflamasi non steroid
(ibuprofen) (Davis dan Phair, 2004).

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN


A. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
a. Biodata meliputi nama anak, umur, tanggal lahir, jenis kelamin,
status anak, anak ke berapa dan identitas ibu dan ayah.
b. Keluhan utama
Lemas, rewel, cenderung bermalas-malasan, sering menangis,
panas pada sentuhan dan kehilangan nafsu makan (Widjaja,
2001).
c. Riwayat kesehatan
Kelainan otak atau zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi (Guyton, 1990).
d. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan fisik anak usia 4 tahun
BB : 8 + 2 n (n= tahun)
8 + 2(4) = 16 kg
7

TB : 80 + 5 (n) cm
80 + 5(4) = 100 cm
e. Riwayat imunisasi
Menurut Depkes RI (1993: 27) imunisasi didapat pada saat
berikut :
Umur Jenis Imunisasi
0-7 hari HB 1
1 bulan BCG
2 bulan HB2, DPT 1, Polio 1
3 bulan HB 3, DPT 2, Polio 2
4 bulan DPT 3, Polio 3
9 bulan Campak, Polio 4

f. Pola kebiasaan sehari-hari


1) Nutrisi
Kehilangan nafsu makan dan dehidrasi (Widjaja, 2001).
2) Eliminasi
Pada fase pemulihan akan berkeringat banyak (Mims,
2001).
3) Istirahat
Istirahat dan tidur sering terganggu karena adanya
peningkatan suhu tubuh, anak menjadi rewel.
4) Personal hygiene
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, rewel, lesu
Suhu : >37,5C
Nadi : meningkat sesuai dengan kenaikan suhu
Respirasi : peningkatan frekuensi pernafasan
Dikatakan nafas cepat jika:
Umur <2 bulan RR: 60x/menit atau lebih
Umur 2 bulan 1 tahun RR: 50x/menit atau lebih
8

Umur 1-5 tahun RR 40x/menit atau lebih (Depkes RI, 2000,


24)
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : Penyebaran rambut merata, tampak kotor,
tidak mudah rontok, tidak ada kelainan
2) Muka : Tidak sembab, pucat, muka kemerahan
3) Mata : Kedua mata simetris, konjungtiva
palpebra merah muda, sklera putih,
tampak memerah
4) Hidung : Tidak ada sekret pada hidung, tidak ada
pernapasan cuping hidung, tidak ada
kelainan, mukosa hidung memerah
5) Mulut : Bibir pucat, mukosa kering, lidah kotor,
tidak ada caries gigi, terdapat stomatitis
6) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran
sekret/serumen berlebih, tidak ada
kelainan.
7) Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar limfe,
kelenjar tiroid, terdapat pembendungan
vena jugularis
8) Dada : Bentuk simetris, pernapasan teratur, tidak
ada wheezing dan ronchi, tidak ada
tarikan dinding dada, bunyi jantung
normal.
9) Abdomen : Tidak buncit, tidak hernia, tidak nyeri
tekan
10) Kulit : tidak ada cyanosis, teraba panas, kulit
kemerahan
11) Ekstremitas : Simetris, tidak ada kelainan pada
ekstremitas bawah maupun atas,
ektremitas panas
(Depkes RI, 1995: 21)
9

3. Analisa Data
Data yang terkumpul kemudian dianalisa dengan metode sebagai
berikut menurut Depkes RI (1995: 29):
a. Menentukan hubungan antara fakta yang satu dengan lainnya.
b. Untuk mencari hubungan sebab akibat
c. Menentukan masalah yang terjadi
d. Menentukan penyebab utamanya
e. Menentukan tingkat masalah

B. DIAGNOSA/MASALAH
Anak umur ...... bulan dengan febris, keadaan umum lemah. Prognosa
baik.

C. INTERVENSI
1. Diagnosa : Anak umur ...... bulan dengan ........, dengan febris,
keadaan umum lemah
Tujuan :suhu bayi menurun dan kembali normal
Kriteria :
a. Suhu menurun
b. Anak tidak rewel
c. TTV dalam batas normal :
Suhu : 36,5-37,5C
Nadi : 120-160x/menit
RR : 30-60x/menit
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan pada ibu
R/ diharapkan terjalin kerja sama dari ibu
b. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
R/ ibu mengetahui keadaan anaknya dan lebih kooperatif
dengan tindakan yang diberikan
c. Anjurkan ibu untuk mengompres anaknya dengan air hangat
R/ mempercepat proses penurunan panas.
10

d. Anjurkan ibu untuk memberi minum minimal 8 kali sehari


R/ untuk mencegah terjadinya dehidrasi karena banyak
kehilangan cairan lewat keringat.
e. Berikan terapi obat-obatan
R/ dapat mempercepan proses penyembuhan anak
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Tujuan : Tidak terjadi dehidrasi
Kriteria : Anak terlihat segar
Intervensi :
a. Anjurkan ibu untuk memberi banyak minum
R/ untu mencegah terjadinya dehidrasi karena banyak
kehilangan cairan lewat keringat.
b. Pemasangan infus dengan cairan glukosa dan NaCl
R/ mencegah komplikasi.
3. Kurangnya pengetahuan orang tua menganai penyakit
Tujuan : Pengetahuan orang tua bertambah
Kriteria : Kecemasan orang tua berkurang
Intervensi :
a. Jelaskan tentang penyakit yang diderita anak
R/ kecemasan ibu berkurang.
b. Jelaskan tentang bahaya penyakit
R/ mencegah terjadiinya komplikasi.
(Depkes RI, 1995:19)

D. IMPLEMENTASI
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh yang telah di susun
dilakukan dalam memberikan asuhan pada anak sehat sesuai dengan
rencana yang telah disusun berdasarkan diagnosa dan masalah yang
timbul (Depkes RI, 1995: 23).
11

E. EVALUASI
Pada langkah ini dilakukan evaluasi, keefektifan dan asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah. Langkah evaluasi
dalam asuhan kebidanan didokumentasikan dalam bentuk SOAP
menurut Depkes RI (1994: 7-10):
S : Data Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melaui anamnesia
O : Data Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, dan hasil
diagnosa lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung assessment.
A : Assesment
1. Diagnosa/Masalah
2. Antisipasi diagnosa lain/maslah potensial
P : Planning menggambarkan pendokumentasian dan
perencanaan evaluasi berdsarkan assessment.
12

BAB II
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 14-09-2013
Pukul : 06.30 WIB
Tempat : BPM Hari Utami, Amd Keb
1. Data Subyektif
a. Biodata
Nama : By. DR
Umur : 3 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke :1
Orang tua
Nama : Ny. A Tn P
Umur : 25 tahun 29 tahun
Pendidikan : SMA SMP
Pekerjaan : IRT Wirausaha
Penghasilan :- 750.000/bulan
Agama : Islam Islam
Alamat : Ngepeh, Gerih, Ngawi
b. Keluhan utama
Ibu mengatakan anaknya panas sejak semalam (13-09-2013).
c. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan anaknya panas sejak semalam, terlihat lemas,
mengeluh badannya sakit.
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu mengatakan anaknya pernah mengalami penyakit panas, batuk
pilek. Dalam setahun kira-kira anaknya mengalami batuk, panas,
pilek 2-3 kali. Anaknya tidak pernah di rawat dirumah sakit. Ibu
juga mengatakan anaknya tidak pernah mengalami penyakit diare,
kejang, atau ikterus.

12
13

e. Riwayat penyakit keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suaminya
tidak ada yang menderita penyakit menular (TBC, HIV/AIDS) dan
menurun (hipertensi, jantung).
f. Riwayat kehamilan
Selama hamil ibu rutin periksa ke bidan. Selama hamil ibu tidak
mengalami penyulit apapun, hanya mual muntah saat hamil muda.
Selama hamil ibu mendapat multivitamin dan kapsul tambah darah.
g. Riwayat persalinan
Ibu mengatakan saat melahirkan usia kehamilan ibu 9 bulan. Ibu
melahirkan dengan ditolong oleh bidan pada tanggal 06-06-2013.
Persalinan normal, bayi lahir dengan normal tanpa adanya cacat
bawaan, BB lahir 2900 gram, PB 50 cm plasenta lahir spontan,
lengkap, tidak mengalami perdarahan yang hebat setelah
melahirkan.
h. Riwayat imunisasi
IMUNUSASI SUDAH MENDAPATKAN
HB 0
BCG, Polio 1
DPT/HB 1, Polio 2
DPT/HB 2, Polio 3

i. Pola kebiasaan sehari-hari


1) Nutrisi
Bayi hanya minum ASI eksklusif. Semenjak panas kemarin
malam, bayi malas untuk minum.
2) Eliminasi
BAK 7-8 x/kali, warnanya kuning jernih dan tidak ada keluhan.
BAB 2-3 x/hari, konsistensi lunak, warna kuning dan tidak ada
keluhan.
3) Aktifitas
Ibu mengatakan anaknya saat ini terlihat lemas.
14

4) Istirahat/tidur
Sejak semalam, bayi tidak bisa tidur karena rewel.
5) Personal hygiene
Sejak panas, bayi tidak dimandikan oleh ibunya.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, anak terlihat
lemas.
Nadi : 88x/menit
Suhu : 38,2 C
Pernafasan : 38x/menit
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : Penyebaran rambut merata, sedikit kotor,
tidak ada kelainan
2) Muka : Tidak sembab, tampak kemerahan
3) Mata : Kedua mata simetris, konjungtiva palpebra
merah muda, sklera putih, mata tampak
merah
4) Hidung : Tidak ada sekret pada hidung, mukosa
memeras, kering, tidak ada kelainan
5) Mulut : Bibir kemerahan, tidak pucat, mukosa kering,
lidah kotor, tidak ada caries gigi, terdapat
stomatitis
6) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran
sekret/serumen berlebih, tidak ada kelainan.
7) Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar limfe,
kelenjar tiroid, terdapat pembendungan vena
jugularis
8) Dada : Bentuk simetris, pernapasan teratur, tidak ada
wheezing dan ronchi, tidak ada tarikan
dinding dada, bunyi jantung normal.
9) Abdomen : Tidak buncit, tidak hernia, tidak nyeri tekan
15

10) Kulit : Tampak kemerahan, bersih, tidak ada


cyanosis, teraba panas
11) Genetalia : Tidak dikaji
12) Anus : Tidak dikaji
13) Ekstremitas : Simetris, tidak ada kelainan pada ekstremitas
bawah maupun atas, akral panas
3. Analisa Data
NO DIAGNOSA/MASALAH DATA DASAR
1. By. DR umur 3 bulan Ds : Ibu mengatakan anaknya panas
dengan febris, keadaan sejak semalam, terlihat lemas
umum anak lemah. Do :
- KU lemah
- Kesadaran compos mentis
- Anak terlihat lemas
- Suhu : 38,2C, nadi : 88x/menit,
RR : 38x/menit
- Pemeriksaan fisik
Kepala :Penyebaran rambut
merata, sedikit kotor, tidak ada
kelainan
Muka :Tidak sembab, tampak
kemerahan
Mata : Kedua mata simetris,
konjungtiva palpebra merah
muda, sklera putih, mata tampak
merah
Hidung :Tidak ada sekret pada
hidung, mukosa memeras, kering,
tidak ada kelainan
Mulut :Bibir kemerahan, tidak
pucat, mukosa kering, lidah
kotor, tidak ada caries gigi,
16

terdapat stomatitis
Telinga : Simetris, bersih, tidak
ada pengeluaran sekret/serumen
berlebih, tidak ada kelainan.
Leher: Tidak teraba pembesaran
kelenjar limfe, kelenjar tiroid,
terdapat pembendungan vena
jugularis
Dada: Bentuk simetris,
pernapasan teratur, tidak ada
wheezing dan ronchi, tidak ada
tarikan dinding dada, bunyi
jantung norma
Abdomen : Tidak buncit, tidak
hernia, tidak nyeri tekan
Kulit : Tampak kemerahan,
bersih, tidak ada cyanosis, teraba
panas
Ekstremitas : Simetris, tidak ada
kelainan pada ekstremitas bawah
maupun atas, akral panas
II. DIAGNOSA/MASALAH
By. DR umur 3 bulan dengan febris, keadaan umum anak lemah.
Prognosa baik.
III. INTERVENSI
By. DR umur 50 bulan dengan febris, keadaan umum anak lemah
Tujuan : suhu tubuh bayi menurun dan kembali normal
Kriteria :
d. Suhu tubuh anak menurun
e. Anak tidak rewel
f. TTV dalam batas normal :
Suhu : 36,5-37,5C
17

Nadi : 120-160x/menit
RR : 30-60x/menit
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan pada ibu
R/ diharapkan terjalin kerja sama dan rasa percaya diri pada anaknya.
b. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
R/ keluarga mengetahui keadaan bayinya dan lebih kooperatif dengan
keadaan bayi
c. Anjurkan ibu untuk mengompres anaknya dengan air hangat
R/ mempercepan proses penurunan panas.
d. Anjurkan ibu untuk memberi minum minimal 8 kai sehari atau on
demand
R/ untuk mencegah terjadinya dehidrasi karena banyak kehilangan
cairan lewat keringat.
e. Berikan terapi obat-obatan
R/ dapat mempercepan proses penyembuhan anak.
IV. IMPLEMENTASI
Tanggal : 14-09-2013 pukul : 06.50 WIB
1. Melakukan pendekatan pada ibu
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa suhu anaknya 38,2C,
nadi 88x/menit, RR 38x/menit.
3. Menganjurkan ibu untuk mengompres anaknya dengan air hangat
untuk membantu mempercepat penurunan suhu tubuh.
4. Menganjurkan ibu untuk memberi minum minimal 8 kali sehari atau
on demand untuk mencegah terjadi dehidrasi.
5. Memberikan terapi obat, yaitu:
sirup novagesic 4x 1/2 sdt
amoxcilin puyer 3 x 1 bungkus
V. EVALUASI
Tanggal : 14-09-2013 pukul : 07.00 WIB
S : ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
O : ibu dapat mengulang penjelasan yang diberikan
18

A : An. DR umur 3 bulan dengan febris, keadaan umum anak lemah


dan pengetahuan ibu bertambah. Prognosa baik.
P : Anjurkan ibu membawa bayinya ke Puskesmas atau dokter apabila dalam
3 hari panas bayi tidak turun atau memburuk.
Kelompok III
19

DAFTAR PUSTAKA

Davis, A.T dan Phair, J.P., 2004. The Biologic and Clinical Basis of Infectious by
Shulman, Phai, Sommer. 4th ed. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Depkes RI. 1995. Manajemen Kebidanan. Jakarta: Depkes RI.

Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Guyton, Arthur C. (1990). Fisiologi manusia danmekanisme penyakit. Ed. 3.


Jakarta: EGC.

Juliana, D. 2008. Uji Efek Antipiretik Infusa Daun Asam Jawa (Tamrindus indica
) pada Kelinci Putih Jantan Galur New Zealand. Surakarta: FF UMS.

Mims, C.A., 2001. The Pathogenesis of Infectious Disease. 4th ed. Jakarta:
Salemba Medika.

Nelwan. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI

Samuelson, J. 2007. Buku Ajar Patologi oleh Kumar V., Cotran R.S., Robbins S.L.
vol. 1. 7th ed. Jakarta: EGC.

Sheerwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC.
20

ASUHAN KEBIDANAN
PADA ANAK SAKIT DENGAN FEBRIS
DI BPM NY HARI UTAMI Amd Keb
Ds Gerih, Kec. Gerih, Kab. Ngawi

Disusun sebagai syarat memenuhi tugas Pengalaman


Belajar Praktek dan Praktek Klinik Kebidanan

Disusun Oleh :
KELOMPOK III
MAGHFIROH RAHMAWATI
MEGA SOPHIANA RAHMA HANIDA
NIHLA HANIF
NORMA AYU PRABANDARI
NOVI PUSPITASARI
NUR KHURIYAH FITRI ANDHITA
PUTRI AFIF YULIA ARGARINI
RISTIA DWI FAJARSARI
RIZKY LUTHFIANTIKA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN MAGETAN
MAGETAN
2013

Anda mungkin juga menyukai