Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DAPARTEMENT KEPERAWATAN GERONTIK

HIPERTERMI

OLEH

HAIRIL AMAR

019020922

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

2019
BAB I

PENDAHULUAN

• Latar Belakang

Seperti banyak fungsi biologis lainnya, suhu tubuh


manusia memperlihatkan irama sirkardian. Mengenai batasan
suhu tubuh “normal” terdapat beberapa pendapat. Umumnya,
suhu tubuh normal berkisar antara 36,5˚C. Tentunya didalam
suhu tubuh manusia tidak selalu terjadi normal seterusnya,
adakalanya suhu tubuh manusia meningkat dan juga menurun.
Suhu tubuh meningkat atau disebut juga hipertermi, adalah
keadaan suhu tubuh seseorang yang meningkat diatas rentang
normalnya (NIC NIC, 2007). Sedangkan menurut Potter & Perry,
2010 hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang
berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan
panas ataupun mengurangi produksi panas. Hipertermi terjadi
karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas
untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga
terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak berbahaya
jika dibawah 39°C. Selain adanya tanda klinis, penentuan
hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu
yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai
normal individu tersebut.

• Rumusan Masalah

Bagaimana konsep pengetahuan dan asuhan keperawatan


tentang hipertermi ?
• Tujuan

Sebagaimana rumusan masalah diatas, maka tujuan


penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

• Tujuan Umum

Menerapkan konsep pengetahuan dan asuhan keperawatan


tentang  Hipertermi

• Tujuan Khusus

• Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan hipertermi

• Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan


hipertermi

• Mampu membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan


hipertemi

• Mampu membuat intervensi  atau rencana keperawatan pada


klien dengan hipertermi

• Mampu membuat implementasi atau tindakan keperawatan


pada klien dengan hipertermi

• Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan 


hipertermi

• Manfaat

• Bagi Profesi perawat

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada


di rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan medical bedah khususnya dengan kasus
hipertermi.

• Klien

Memberikan pengetahuan serta masukan kepada klien tentang


cara menangani, merawat, dan mencegah kasus hipertermi.
  BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR HIPERTERMI

1. Definisi

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang


berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas.
Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme
kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang
berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.
Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39°C. Selain
adanya tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan
pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu
hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu
tersebut (Potter & Perry,2010).

Menurut Wilkinson (2006) hipertemia merupakan


keadaan suhu tubuh seseorang yang meningkat diatas
rentang normalnya. Hipertemi terjadi karena pelepasan
pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah
terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat bersala dari
mikrooganisme atau merupakan suatu hasil reaksi
imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi
(Noer,2004).

Sedangkan menurut Dorland (2006) hipertemia/ febris/


demam adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal. Hal
ini dapat diakibatkan oleh stress fisiologik seperti
ovulasi, sekresi hormon thyroid berlebihan, olahraga
berat, sampai lesi sistem syaraf pusat atau infeksi oleh
mikroorganisme atau ada penjamu proses noninfeksi seperti
radang atau pelepasan bahan-bahan tertentu seperti
leukimia. Demam diasosiasikan sebagai bahan dari respon
fase akut, gejala dari suatu penyakit dan perjalan
patologis dari suatu penyakit yang mengakibatkan kenaikan
set-point pusat pengaturan suhu tubuh (Sugarman,2005).

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan


bahwa hipertemia adalah keadaan dimana suhu tubuh
meningkat diatas rentang normal dan tubuh tidak mampu
untuk menghilangkan panas atau mengurangi produksi panas.
Rentang normalnya suhu tubuh anak berkisar antara 36,5-
37,5°C.

• Etiologi

Hipertemi dapat disebabkan karena gangguan otak atau


akibat bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan
suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan
terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam
yang disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa
protein, dan zat lain. Terutama toksin polisakarida, yang
dilepas oleh bakteri toksi/pirogen yang dihasilkan dari
degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama
keadaan sakit.

Faktor penyebabnya:

• Dehidrasi

• Penyakit atau trauma

• Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk


berkeringat

• Pakaian yang tidak layak

• Kecepatan metaolisme meningkat

• Pengobatan/ anesthesia

• Terpajan pada lingkungan pada lingkungan panas (jangka


panjang)

• Aktivitas yang berlebihan

Proses Terjadinya
Substansi yang menyebabkan deman disebut pirogen dan
berasal baik dari oksigen maupun endogen. Mayoritas
pirogen endogen adalah mikroorganisme atau toksik,
pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh
jenis sel penjamu terutama monosit, makrofag, pirogen
memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat
termoregulasi di hipotalamus.

Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan


engarah pada meningkatnya kehilangan cairan dan
elektrolit, padahal cairan dan elektrolit dibutuhkan
dalam metabolisme di otak untuk menjaga keseimbangan
termoregulasi di hipotalamus anterior.

Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit


(dehidrasi), maka elektrolit-elektrolit yang ada pada
pembuluh darah berkurang padahal dalam proses metabolisme
di hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit tersebut,
sehingga kekurangan caiaran elektrolit mempengaruhi
fungsi hipotalamus anterior dalam mempertahankan
keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan
peningkatan suhu tubuh.

• Pathway

Infeksi atau cedera

Jaringan

Inflamasi

Akumulasi monosit, makrofag,

Sel Thelper dan fibroblast

Pelepasan pirogen endogen

(sitokin)

Interleukin-1

Interleukin-6
Merangsang saraf vagus

Menembus sawar

otak

Sinyal mencapai system

Saraf pusat

Pembentukan prostaglandin otak

Mrangsang hipotalamus meningkatkan

Titik patokan suhu (set point)

Menggigil, meningkatkan

Suhu basal

HIPERTERMI

• Klasifikasi

Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan


produksi panas:

• Hipertermia maligna

Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan


anesthesia. Hipertermia ini merupakan miopati akibat
mutasi gen yang diturunkan secara autosomal dominan.
Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium
intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi
kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur suhu
di hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik
tidak bemanfaat.

• Exercise-Induced hyperthermia (EIH)

Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak


besar/remaja yang melakukan aktivitas fisik intensif
dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan
dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik
terutama bila dilakukan pada suhu 300°C atau lebih
dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman
lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan
pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis,
dan berbahan menyerap keringat.

• Endocrine Hyperthermia (EH)

Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan


hipertermia lebih jarang dijumpai pada anak
dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan endokrin
yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara
lain hipertiroidisme, diabetes mellitus,
phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan
Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering
berhubungan dengan demam (merangsang pembentukan
pirogen leukosit).

Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan


panas.

• Hipertermia Neonatal

Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada


hari kedua dan ketiga kehidupan bisa disebabkan
oleh:

• Dehidrasi

Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh


kehilangan cairan atau paparan oleh suhu kamar
yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan
penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi
dan trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara
kenaikan suhu karena hipertermia dengan
infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya
didapatkan tanda lain dari infeksi seperti
leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak
berespon baik dengan pemberian cairan, dan
riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.

• Overheating

Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu


panas, atau bayi terpapar sinar matahari
langsung dalam waktu yang lama.

• Trauma lahir

Hipertermia yang berhubungan dengan trauma


lahir timbul pada 24%dari bayi yang lahir
dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari
tapi bisa juga menetap dan menimbulkan
komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar
hipertermia pada neonatus termasuk menurunkan
suhu bayi secara cepat dengan melepas semua
baju bayi dan memindahkan bayi ke tempat dengan
suhu ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari
39°C dilakukan tepid sponged 35°C sampai dengan
suhu tubuh mencapai 37°C.

• Heat stroke

Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh >


40,5°C atau sedikit lebih rendah, kulit teraba
kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat,
takikardia, aritmia, kadang terjadi perdarahan
miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual,
muntah, dan kram. Komplikasi yang  bisa terjadi
antara lain DIC, lisis eritrosit,
trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal,
dan perubahan gambaran EKG. Anak dengan
serangan heat stroke harus mendapatkan
perawatan intensif di ICU, suhu tubuh segera
diturunkan (melepas baju dan sponging dengan
air es sampai dengan suhu tubuh 38,5°C kemudian
anak segera dipindahkan ke atas tempat tidur
lalu dibungkus dengan selimut), membuka akses
sirkulasi, dan memperbaiki gangguan metabolic
yang ada.

• Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)

Gambaran klinis mirip dengan heat stroke


tetapi tidak ada riwayat penyelimutan
berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara
luar yang tinggi. HSE diduga berhubungan dengan
cacat genetic dalam produksi atau pelepasan
serum inhibitor alpha-1-trypsin. Kejadian HSE
pada anak adalah antara umur 17 hari sampai
dengan 15 tahun (sebagian besar usia< 1 tahun
dengan median usia 5 bulan). Pada umumnya HSE
didahului oleh penyakit virus atau bakterial
dengan febris yang tidak tinggi dan sudah
sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut
atau gastroenteritis dengan febris ringan).
Pada 2 – 5 hari kemudian timbul syok berat,
ensefalopati sampai dengan kejang/koma,
hipertermia (suhu > 41°C), perdarahan yang
mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga
terjadi anemia berat yang membutuhkan
transfusi. Pada pemeriksaan fisik dapat timbul
hepatomegali dan asidosis dengan pernafasan
dangkal diikuti gagal ginjal..Pada HSE tidak
ada tatalaksana khusus, tetapi pengobatan
suportif seperti penanganan heat stroke dan
hipertermia maligna dapat diterapkan.
Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80% dengan
gejala sisa neurologis yang berat pada kasus
yang selamat. Hasil CT scan dan otopsi
menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai
organ dan edema serebri.
• Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)

Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12


bulan) yang mendadak, tidak diduga, dan tidak
dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului
sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan
febris ringan yang tidak fatal. Hipertermia
diduga kuat berhubungan dengan SIDS. Angka
kejadian tertinggi adalah pada bayi usia 2- 4
bulan. Hipotesis yang dikemukakan untuk
menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa
bayi terjadi mal-development atau maturitas
batang otak yang tertunda sehingga berpengaruh
terhadap pusat chemosensitivity, pengaturan
pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah.
Beberapa faktor resiko dikemukakan untuk
menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS,
tetapi yang terpenting adalah ibu hamil perokok
dan posisi tidur bayi tertelungkup. Hipertermia
diduga berhubungan dengan SIDS karenadapat
menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat
pernafasan sehingga berakhir dengan apnea.

5. Manifestasi Klinis

1. Suhu tinggi 37,8 °C (100 °F) per oral atau 38,8 °C


(101 °F)

2. Takikardia

3. Hangat pada sentuhan

4. Mengigil

5. Dehidrasi

6. Kehilangan nafsu makan

7. Pernafasan cepat

8. Mulut kering
6. Komplikasi

• Kerusakan sel-sel dan jaringan

• Kematian

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboraturium

• Pemeriksaan darah lengkap: mengidentifikasi


kemungkinan terjadinya resiko infeksi

• Pemeriksan urine

• Uji widal: suatu reaksi oglufinasi antara antigen


dan antibodi untuk pasien hypoid

• Pemeriksan elektrolit: Na, K, Cl

• Iji tourniquet

• Penatalaksaan

Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu:

• Observasi keadaan umu pasien

Rasional: mengetahui perkembangan keadaan umum dari


psien

• Observasi tanda-tanda vital

Rasional: mengetahui perubahan tanda-tanda vital


dari pasien

• Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis

Rasional: membantu mempermudah penguapan panas

• Anjurkan pasien banyak minum

Rasional: mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu


panas

• Anjurkan pasien banyak istirahat

Rasional: meminimalisir produksi panas yang


diproduksi oleh tubuh
• Beri kompres hangat dibeberapa bagian tubuh, seperti
ketiak, lipatan paha, leher bagian belakang

Rasional: mempercepat dalam penurunan produksi panas

• Beri Health Education ke pasien dan keluarganya


mengenai pengertian, penanganan,dan terapi yang
diberikan tentang penyakitnya

Rasional: meningkatkan pengetahuan dan pemahaman


dari pasien dan keluarganya

Penatalaksanaan Medis

• Beri obat penurun panas seperti


paracetamol,asetaminofen

Rasional: membantu dalam penurunan panas

B. ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI

1. Pengkajian

Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses


keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data-data.
Tahap pengkajian terdiri atas: pengumpulan data, analias
data, merumuskan masalah, analisa masalah.

• Data subjektif

• Pasien mengeluh panas

• Pasien mengatakan badannya teraa lemas/lemah

• Data objektif

• Suhu tubuh >32 °C

• Takikardia

• Mulut bibir kering

• Diagnosa Keperawatan

• Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus


yang ditandai dengan suhu tubuh pasien >37 °C, akral
hangat/ panas, takikardia, dan nafas cepat.
• Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi
suhu sekunder terhadap usia yang ditandai dengan pasien
mengeluh panas, lemas, dan pusing.

• Hipertermi berhubungan dengan ketidakcukupan hidrasi


untuk aktivitasyang berat yang ditandai dengan pasien
mengeluh haus, badan panas, dehidrasi, dan mukosa bibir
kering.

• Perencanaan

Perencanaan keperawatan adalah suatu pemikiran tentang


perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian
asuhan keperawatan pada pasien berdasakan analisa
pengkajian agar dapat teratasi masalah kesehatan/
keperawatannya. Tahap awal perencanaan adalah priorotas
masalah. Prioritas masalah berdasarkan mengancam jiwa
pasien, tahap kedua yaitu rencana prioritas.

• Prioritas masalah

Hipertermi

• Tujuan

Setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan diharapkan


masalah hipertermi teratasi:

• Kriteria hasil

• Menunjukkan penurunan suhu tubuh

• Akral pasien tidak teraba hangat/panas

• Pasien tampak tidak lemas

• Mukosa bibir lembab

• Rencana tindakan

No. INTERVENSI RASIONAL


Mengetahui perkembangan
Observasi keadaan umum
1. keadaan umum dari
pasien
pasien
2. Observasi tanda-tanda Mengetahui perubahan
tanda-tanda vital
vital
pasien
Anjurkan pasien untuk Mencegah terjadinya
3.
banyak minum dehidrasi sewaktu panas
Meminimalisir produksi
Anjurkan pasien untuk
4. panas yang diproduksi
banyak istirahat
oleh tubuh
Anjurkan pasien untuk
Membantu mempermudah
5. memakai pakaian yang
penguapan panas
tipis
Mempercepat dalam
Beri kompres hangat di
6. penurunan produksi
beberapa bagian
panas
Beri Health Education
ke pasien dan
Meningkatkan
keluarganya mengenai
pengetahuan dan
7. pengertian, penanganan,
pemahaman dari pasien
dan terapi yang
dan keluarganya
diberikan tentang
penyakitnya
Kolaborasi/delegatif
dalam pemberian obat Membantu dalam
8.
sesuai indikasi, penurunan panas
contohnya: paracetamol

• Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap ke empat dalam proses
keperawatan dengan melaksanaan berbagi strategi
keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah diberikan.

• Evaluasi

Evaluasi tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana


tujuan keperawatan dapat dicapai dan memberikan umpan
bali terhadap asuhan keperawatan yang diberikan, yaitu:

• Mampu menunjukkan penurunan suhu tubuh ke batas normal

• Akral pasien tidak teraba hangat/ panas

• Pasien tampak tidak lemas

• Mukosa bibir lembab

BAB 111
PENUTUP

• Kesimpulan

Hipertemia adalah keadaan dimana suhu tubuh meningkat


diatas rentang normal dan tubuh tidak mampu untuk
menghilangkan panas atau mengurangi produksi panas. Rentang
normalnya suhu tubuh anak berkisar antara 36,5-37,5°C.
Secara umum penyebab hipertermi yaitu: Dehidrasi, Penyakit
atau trauma, Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk
berkeringat, Pakaian yang tidak layak, Kecepatan metaolisme
meningkat, Pengobatan/ anesthesia, Terpajan pada lingkungan
pada lingkungan panas (jangka panjang), Aktivitas yang
berlebihan. Hipertermi disebut juga demam serta dapat
menyerang siapa saja dari bayi hingga dewasa.

• Saran

Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau


pembaca disarankan agar dapat mengambil pelajaran dari
makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala
penyakit hipertemi maka kita dapat melakukan tindakan yang
tepat agar penyakit tersebut tidak berlanjut ke arah yang
lebih buruk. Dan disarankan kepada orang tua agar menjaga
atau menghindarkan anak-anak dari bahan – bahan  yang
menyebabkan hipertemi.

DAFTAR PUSTAKA
Attas, Andi Wahyuningsih. 2012. “Pengelolaan Pasien Pasca
Henti Jantung di Intensive Care Unit”.Jakarta:  Jurnal Majalah
Kedokteran Terapi Intensif. Vol, 2 No,2:94-98

Doegoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman


untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta : EGC

Dorland, W.A.N. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Alih


Bahasa: Huriwati Hartanto. Jakarta: EGC

Isfarida, Eka. 2010. “Fisiologi Manusia: Hipotermi dan


Hipertermi”. Skripsi. Pendidikan MIPA. Palembang: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universias Muhammadiyah
Palembang

Noer, Sjaifoellah. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid


1. Jakarta: Gaya Baru

Siswantara, Dwi. TT. “Laporan Pendahuluan dan Asuhan


Keperawatan Pada Pasien dengan Masalah Hipertermi”.
www.academia.edu/8880172/Laporan_Pendahuluan_dan_Asuhan_Kepera
watan_pada_Pasien_dengan_Masalah_Hipertermi Diakses pada 29
Maret 2017 pukul 14.04 am

Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan buku 3 edisi


7. Jakarta: Salemba Medika

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan:


NIC dan NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai