Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan eksresi adalah
elemen-elemen dari homoestasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah
dingin cold blood animal dan hewan berdarah panaswarm blood animal. Namun lebih
dikenal dengan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama
tubuh hewan.
Mekanisme termoregulasi tersebut menjadi penting bagi suatu mahkluk hidup
karena suhu berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan menyebabkan
aktivitas molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya semakin besar pula. Akan
tetapi, kenaikan aktivitas dengan metabolisme hanya akan bertambah seiring dengan
kanaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini disebabkan metabolisme didalam tubuh
diatur oleh enzim (salah satunya) yang memiliki suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu
lingkungan atau tubuh meningkat atau menurun drastis, enzim-enzim tersebut dapat
terdenaturasi dan kehilangna fungsinya.
Pengukuran yang paling sering dilakukan adalah pengukuran suhu, nadi, tekanan darah,
frekuensi pernafasan, dan saturasi oksigen. Sebagai indikator dari status kesehatan, ukuran-
ukuran ini menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh.
Karena sangat penting maka disebut tnda vital. Banyak faktor seperti suhu lingkungan,
latihan fisik, dan efek sakit yang menyebabkan perubahan tanda vital, kadang-kadang di luar
batas normal. Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Untuk
mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu
tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang
diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus.
Pada Hewan Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan,
yaitu Poikiloterm dan Homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan.
Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti
ini juga disebut hewan berdarah dingin. Yang termasuk dalam poikiloterm adalah bangsa
Ikan, Reptil, dan Amfibi. Dan hewan homoiterm sering disebut hewan berdarah panas karena
dapat menjaga suhu tubuhnya. Hewan yang termasuk dalam homoiterm adalah bangsa Aves
dan Mamalia.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian termoregulasi?
2. Apa prinsip termoregulasi?
3. Apa konsep dan kepentingan termoregulasi?
4. Apa konsep endotermik, ektotermik, poikilotermik, homeotermik dan heterotermik?
5. Apa faktor yang cenderung menambah dan mengurangi panas?
6. Bagaimana panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi
dan evaporasi?
7. Bagaimana mekanisme pengontrolan suhu tubuh?
8. Bagaimana adaptasi pada termoregulasi hewan?

1.3.Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Termoregulasi
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu
internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Proses yang terjadi pada hewan
untuk mengatur suhu tubuhnya agar tetap konstan dinamis. Mekanisme Termoregulasi terjadi
dengan mengatur keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas.
Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen
pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan
saraf eferen serta termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang
konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Mekanisme pengaturan
suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ tubuh yang saling
berhubungan. didalam pengaturan suhu tubuh mamalia terdapat dua jenis sensor pengatur
suhu, yautu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling
(penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh.Dari kedua jenis sensor
ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim ke
syaraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke
jantung, paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik, dimana isyarat,
diterima kembali oleh sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran darah.
Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan.
Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. dan modifikasi sistim
sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat
exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Mausia
menggunakan baju merupakan salah satu perilaku unik dalam termoregulasi. Suhu tubuh
hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungan luar. Pada suhu -2oC s.d suhu 50oC hewan dapat
bertahan hidup atau pada suhu yang lebih ekstrem namununtuk hidup secara normal hewan
memilih kisaran suhu yang lebih sempit dari kisaran suhu tersebut yang ideal dan disukai
agar proses fisiologis optimal.
Usaha hewan untuk mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap konstan dan tidak
terjadiperbedaan drastis dengan suhu lingkungannya disebut thermoregulasi. Di dalam tubuh
hewanyang hidup selalu terjadi proses metabolisme. Dengan demikian selalu dihasilkan
panas,karena tidak semua energi yang terbentuk dari metabolisme dimanfaatkan. Panas
yangterbentuk dibawa oleh darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh menjadi panas dan
disebutsebagai suhu tubuh.

2.2.Prinsip Termogenesis
Bila suhu lingkungan turun sampai di bawah suhu kritis, hewan endotermik
melindungi penurunan suhu pusat tubuhnya dengan memproduksi panas tambahan dari
simpana energi. Selain dengan gerak badan, produksi panas tambhan memiliki dua arti yaitu:
termogenesis menggigil dan termogenesis non- menggigil. Pada kedua termogenesis tersebut,
energi kimia dikonversi menjadi panas.
Menggigil, berarti menggunakan kontraksi otot untuk membebaskan panas. Sebagai
respon terhadap penurunan suhu, sistem saraf mengaktifkan unit-unit motorik kelompok otot
rangka antagonistik, sehingga terjadi gerakan menggigil yang menghasilkan panas. Aktivasi
otot menyebabkan ATP dihidrolisis untuk menghasilkan energi untuk kontraksi. Menggigil
tidak menghasilkan kerja fisik, tetapi menghasilkan energi kimia yang dibebaskan dalam
kontraksi dengan wujud panas. Termogenesis mengigil dilakuakan oleh serangga dan
vertebrta. Termogenesis menggigil memegang peranan penting pada aklimasi mamalia pada
suhu rendah, dan bangun dari hibernasi atu bermasalahan harian. Tikus yang diaklimasikan
pada suhu 300 C, pemanasan dengan bergerah dapat mengganti termogenesis menggigil
sebagai sumber panas suhu lingkungan di atas 100 C, tetapipada suhu di bawah 100 C, jmlah
panas yang dproduksi terus menerus melalui (geenggirak badan), tidak cukup mengganti
panas yang hilang, sehingga menghasilkan keadaan hipotermia.
Pada termogenesis non menggigil, mula-mula sistem enzim untuk metabolisme lemak
diaktifkan di seluruh tubuh, sehingga lemak dibongkar dioksidasi untuk memproduksi panas,
ini merupakan suatu adaptasi untuk memproduksi panas dengan cepat. Sangat sedikit energi
yang dihasilkan disimpan dalam bentuk ATP yang baru.
Pemanasan dengan menggerakkan badan dan termogenesis non menggigil adalah
adabtif (sebagai tambahan), tetapi pemanasan dan termogenesis menggigil bukan adabtif.
Termogenesis non menggigil secra signifikan meningkatkan lingkup metabolik untuk
aktifitas.
2.3.Konsep dan Kepentingan Termoregulasi
Suhu merupakan salah satu faktor pembatas penyebaran hewan, dan menentukan
aktivitas hewan. Rentangan suhu lingkungan di bumi jauh lebih besar dibandingkan dengan
rentangan penyebrab aktivitas hidup. Suhu udara di bumi terentang dari -700 - + 850 C.
Secara umum aktivitas kehidupan terjadi antara rentangan sekitar 00- 400 C. Kebanyakan
hewan hidup dalam rentangan suhu yang lebih sempit. Beberapa hewan dapat bertahan hidup
tetapi tidak aktif di bawah 00 C.
Konduksi adalah gerakan panas dari darah yang bersuhu tinggi ke daerah bersuhu
rendah, melalui interaksi molekul-molekul yang berdekatan dan tanpa menggunakan masa
medium. Konveksi adalah transfer energi oleh radiasi elektromagnetik, radiasi berjalan
dengan kecepatan cahaya dan tidak memerlukan medium untuk merambat. Penguapan air
atau kondensasi air termasuk transfer energi yang proses utamanya melibatkan perubahan air
dari car ke gas dan sebaliknya.
Habitat hewan dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu akuatis, teresterial, dan aerial.
Hewan yang hidup di lingkungan teresterial memilki masalah akut terhadap temperatur.
Karena radiasi panas matahari, temperatur lingkunngan dapat mencapai lebih dari batas letal.
Udara memiliki panas spesifik dan dapat mengalami peningktan atau kehilangan panas secara
tepat. Hewan teresterial memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam hal adaptasinya
terhadap selama dia hidup dalam kisaran temperatur normal.hewan yang tinggal di habitat
akuatis tidak mengalami masalah dengan efek termal akut seperti yang dialami hewan
tersterial. Air memilki panas spesifik dan dapat mengalami penurunan atau peningkatan
secara lamban, sehingga hanya memilki efek yang kecil terhadap temperatur. Perubahan
termal tidak menjadi masalah serius bagi hewan akuatis. Hewan aerial seperti burung
memiliki suatu batas toleransi termal yang lebih tinggi berkenaan dengan laju
metabolismenya. Perubahan temperatur berhubungan dengan perubahan fisiologis. Hewan-
hewan air memilki laju metabolisme yang rendah dan tidak dapat menyesuiakan diri terhadap
perubahan suhu yang ekstrim. Sementara hewan teresterial memiliki kapasitas untuk
menurunkan atau menaikkan laju metabolismenya selaras dengan perubahan-perubahan
termal.
2.4. Konsep Endotermik, Ektotermik, Poikilotermik, Homeotermik Dan Heterotermik
1. Endotermik

Hewan yang menghasilkan panas yang cukup dari metabolisme oksidatifnya dan
menjaga temperatur suhunya pada level yang konstan sehingga panas tubuhnya tergantung
kepada produksi internalnya sendiri. Kelompok ini disebut endotermis yang meliputi
homeotermis seperti burung dan mamalia.

2. Eksotermik

Hewan yang memperoleh panas dari lingkungan dan akan meregulasi temperatur
tubuhnya berdasarkan produksi panas dri dalam tubuh. Hewan tersebut dikenal dengan
eksotermik dan meliputi sebagaian besar spesies hewan. Hewan eksotermis sangat
tergantung pada panas lingkungan untuk meninngkatkan suhu tubuhnya.

3. Poikilotermik
Hewan-hewan yang suhu tubuhnya akan mengalami perubahan mengikuti suhu
eksternal disebut poikilotermik. Kelompok poikilotermik meliputi invertebtara dan hewan
akuatis seperti ikan dan amphibi. Suhu tubuh hewan pokilotermik ditentukan oleh
keseimbangannya dengan kondisi suhu lingkungan. Pada hewan poikilotermair, misalnya
kerang, udanng dan ikan, sushu tubuhnya sangat ditentukan oleh keseimbangan konduktif
dan konvektif dengan air mediumnya, dan suhu tubuhnya mirip dengan suhu air. Hewan
memproduksi pnas internal secara metabolik, dan ini mungkin meningkatkan sushu tubuh
di atas suhu air. Namun air menyerap panas begitu efektif dan hewan poikilotermik tidak
memilki insulasi sehingga perbedaan suhu hewan dengan air sangat kecil.
Pada hewan poikiloterm darat, misalnya katak, keong dan serangga, suhu tubuhnya
dapat lebih mendekati suhu udara lingkungan. Input radiasi panas dari matahari atau
sumber lain misalnya, mungkin meningkatkan suhu tubuh di atas suhu udara lingkungan,
dan penguapan air melalui kulit dan organ-organ respiratori menekan suhu tubuh beberapa
derajat di bawah suhu lingkungan. Pada suhu lingkungan yang tenang, misalnya dasar
lautan yang dalam, hewan poikiloterm air memiliki suhu tubuh yang relatif stabil
dibandingkan dengan hewan poikiloterm darat. Di dalam air tidak ada penguapan dan
sumber radiasi yang berarti, radiasi infra merah diabsorbsi dengan cepat oleh air. Dalam
air hanya ada dua parameter dapat dimanipulasi untuk menaikkan panas tubuh, yaitu total
produksi panas harus dinaikkan, atau panas konduktif harus dikecilkan.hewan memiliki
tingkat roduksi panas yang tinggi, ia perlu oksigen untuk memproduksi pnas tersebut.
Pengambilan oksigen yang cepat memerlukan permukaan insang yang luas. Pada saat
darahakan mengalami pendinginan air. Membran insang yang cukup tipis masuknya
oksigen tidak dapat menahan panas yang hilang ke air. Pemecahan masalah dilakuakan
oleh banyak ikan, misalnya pada ikan perenag cepat (ikan tuna) dengan melakukan kontrol
suhu pada bagian tertentu dan tubuhnya. Ikan tuna memiliki pengubah pnas yang
memungkinkan memelihara suhu tinggi dalam otot berenangnya, bebas dari suhu air
dimana ikan berenang.
Hewan darat (reptil dan serangga) dapat memelihara keseimbangan suhu tubuh
dengan mengurangi penguapan dan kehilangan panas lewat konduksi dan memaksimalkan
penambahan panas melalui radiasi dan panas metabolik. Pada dasarnya sumber panas
internal dan eksternal dapat dilkukan secara simultan. Sinar matahari umumnya digunakan
oleh serangga dan reptil sebagai sumber eksternal tubuhnya. Untuk meningkatakan jumlah
panas yang dapat diserap hewan tergantung pada warna tubuh dan orientasinya relatif
terhadap matahari. Cara lain untuk meningkatkan panas yang masuk dari radiasi adalah
memperluas permukaan tubuh. Ini lakuakan dengan mengarahkan permukaan kulitnya
tegak lurus dengan sinar matahari. Dengan cara ini kadal dapat mennyerap panas jauh
lebih tinggi daripada suhu udara lingkungannya. Bila suhu tubuh cocok yelah tercapai,
kadal biasanya berpindah ke tempat yang lebih teduh.
Hewan poikiloterm yang biasanya didefinisikan sebagai hewan yang mneyesuaikan
suhu tubuhnya dengan fluktuasi suhu lingkungannya dan dianggap tidak melakukan usaha
untuk mempertahankan suhu tubuhnya ternyata kurag tepat, sebab banyak usaha yang
dilakukan oleh poikiloterm untuk mempertahankan suhu tubuhnya.

4. Homeotermik
Hewan homoeterm mempunyai suhu tubuh yang konstan pada berbagai suhu
lingkungan yang berubah-ubah. Kebanyakan burung dan mamalia di lingkungannya yang
normal akan mempertahankan suhu tubuhnya di atas suhu lingkungannya. Suhu tubuh
bagian dalam mamalia umumnya berkisar antara 37-400 C, sedangkan golongan burung
mempunyai suhu tubuh sedikit lebih tinggi, yaitu 41-42,50 C. Suhu jaringan periferal dan
anggota tubuh biasanya kurang konstan dan kadang- kadang mendekati suhu lingunga.
Kondisi homeotermik menyangkut keseimbnagan yang serasi antara dua faktor,
yaitu:
a. Produksi panas
b. Kehilangan panas
Laju produksi panas dan kehilangan panas pada hewan dapat bervariasi, tergantung
pada kondisi lingkungannya (panas, dingin), aktivitasnya (diam, aktif). Untuk memelihara
keseimbangan suhu tersebut, hewan homeoterm melakukan regulasi kimiawi dan regulasi
fisik. Regulasi kimiawi menyangkut produksi panas metabolik, sedangkan reguasi fisik
menyangkut kegiatan fisik untuk memodifikasi kehilangan panas.
Hewan homeotermik dalam prkembangannya tidak langsung menjadi homeotermik
sejati. Mamalia yang baru lahir atau anak burung yang baru menetas misalnya,
menunjukkan regulasi suhu yang jelek. Anak tikus umur dua hari secara sesensial adalah
poikilotermik, pada umur 10 hari ank tikus dapat meregulasi suhu udara sedang, umur 20
hari sudah dapat meregulasi suhu udara yang ekstrem.

5. Heterotermik
Heterotermik adalah hewan yang mampu memprduksi panas endotermik dalam
berbagai tingkat, tetapi umumnya tidak meregulasi tubuh dalam rentangan yang pendek.
Heterotermik mungkin dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu, heterotermik
temporal dan heterotermik regional.
Heterotermik temporal merupakan suatu kategori yang luas, dimana sushu tubuh
hewan dapat berbeda sekali setiap saat. Misalnya terdapat pada kebanyakan serangga
terbang, phyton, dan beberapa ikan yang dapat meningkatkan suhu tubuh diatas
lingkungan dengan sifat panas yang dibangkitkan sebagai suatu hasil uang melibatakan
aktivitas otot. Beberapa serangga mempersaipkan terbang dengan pemanasan otot-otot
terbangnya beberapa ssat sebelum terbang.
Monotremata seperti Echidna adalah heterotermik temporal. Mammalia kecil-
kecil tertentu dan burung-burung, meskipun memilki mekaisme kontrol suhu yang akurat
dan sebetulnya homeotermik, berkelakuan seperti heterotermik temporal, sebab hewan-
hewan tersebut membirkan suhu tubuhnya mengalami siklus fluktuasi harian, memiliki
suhu endodermik selam periode istirahat. Pada lingkungan panas, fleksilibitas ini
memungkinkan hewan-hewan tertentu seperti unta mampu mengabsorbsi sejumlah besar
panas selam siang hari dan melepaskannya kembali pada malam hari yang lebih dingin.
Heterotermik regional sebenarnya adalah poikilotermik, seperti teleostei besar
yang dapat mencapai suhu tubuh dalam cukup tinggi melalui aktivitas otot, sementara
jaringan periferal dan ekstemitas mendekati suhu lingkungannya. Contoh heterotermik
regional, misalnya ikan hiu, tuna, dan banyak serangga terbang.

2.5.Faktor yang Cenderung Menambah dan Mengurangi Panas


Suhu sel yang mengalami metabolism akan lebih tinggi daripada suhu mediumnya,
karena oksidasi dan glikolisis membebaskan panas. Suhu tubuh hewan tergantung pada
keseimbangan antara faktor yang cenderung menambah panas dan faktor yang cenderung
mengurangi panas. Panas dapat diperoleh (bertambah) dengan termogenesis metabolik
(endodetermi) atau absorbsi panas yang berasal dari lingkungan luar (ektotermi) yang
sebagian besar berasal dari radiasi matahari. Panas yang dapat hilang (berkurang)
karena radiasi, konveksi, konduksi, dan penguapan air. Kehilangan panas dapat dipercepat
oleh aliran cairan tubuh, dan dihambat oleh isolasi.
Konduksi, adalah gerakan panas dari daerah yang bersuhu tinggi ke daerah bersuhu
rendah melalui interaksi molekul-molekul yang berdekatan dan tanpa gerakan masa medium.
Yang terjadi adalah transfer energi melalui medium. Konveksi, adalah gerakan panas melalui
aliran suatu cairan atau gas. Radiasi panas, adalah transfer energi oleh radiasi
elektromagnetik, radiasi berjalan dengan kecepatan cahaya dan tidak memerlukan medium
yang merambat. Penguapan air atau kondensasi air termasuk transfer energi yang proses
utamanya melibatkan perubahan air dari air ke gas dan sebaliknya.
Suhu tubuh hewan, endoterm atau ektoterm, tergantung pada jumllah panas (kalori)
per unit masa jaringan. Jaringan terdiri terutama atas air, sehingga kapasitas panas jaringan
antar 0o-40oC kira-kira 1,0 kalori per oC per gram. Ini berarti bahwa semakin luas hewan,
semakin besar panas tubuh menentukan suhu hewan. Kecepatan perubahan panas tubuh
tergantung pada (1) kecepatan produksi panas melalui aktivitas metabolik, (2) kecepatan
penambahan panas, atau (3) kecepatan kehilangan panas ke lingkugan.Sehingga dapat
dikatakan bahwa:
Panas tubuh = produksi panas + penambahan panas – kehilangan panas
= panas yang diproduksi + perpindahan panas
Jadi panas tubuh, dan selanjutnya suhu tubuh seekor hewan, dapat diregulasi dengan
mengubah kecepatan produksi panas dan perpindahan panas (transfer panas).

2.6.Panas Yang Hilang Dapat Berlangsung Secara Radiasi, Konveksi, Konduksi Dan
Evaporasi.
Interaksi panas hewan dengan lingkungan menguntungkan untuk mengatur suhu
tubuh meningkatkan/menurunkan pelepasan panas dari tubuh dan memperoleh panas melaui :
1. Konduksi
Perpindahan atau pergerakan panas antara dua benda yang saling bersentuhan.
Panas mengalir dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah.
dipengaruhi oleh :
a. Luas permukaan benda yang saling bersentuhan
b. Perbedaan suhu awal antara kedua benda tersebut
c. Konduktivitas panas (tingkat kemudahan untuk mengalirkan panas yang dimiliki
suatu benda) dari kedua benda
Mamalia dan Aves :
a. Konduktivitasnya rendah
b. Penahan panas yang baik ialah rambut dan bulu
c. Hanya akan melepaskan sejumlah kecil panas dari tubuhnya ke benda lain yang
bersentuhan dengannya

2. Konveksi
Perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir (fluida) yang
bergerak.
Proses Konveksi:
a. Berlangsung sampai suhu tubuh kembali ke suhu normal
b. Perpindahan panas bisa dipercepat, apabila kecepatan aliran fluida di sekeliling
tubuh ditingkatkan
c. Terjadi dari lingkungan ke tubuh hewan, misalnya pada saat udara panas bertiup di
dekat hewan, lama-kelamaan tubuh hewan akan menjadi lebih panas juga

3. Radiasi
Perpindahan panas antara dua benda yang tidak saling bersentuhan misalnya pada
proses perpindahan panas dari matahari ke tubuh hewan.
Frekuensi dan Intensitas Radiasi:
a. Tergantung pada suhu benda yang mengeluarkan radiasi. Semakin tinggi suhu
benda yang mengeluarkan radiasi, semakin tinggi pula intensitas radiasinya
b. tubuh hewan (kulit, rambut, dan bulu) menyerap panas radiasi dengan baik
c. berjemur pada hewan (khususnya poikiloterm) untuk menaikkan atau memperoleh
panas tubuh

4. Evaporasi
Proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas.misalnya pada mekanisme
ekskresi kelenjar keringat.
Evaporasi:
a. Cara penting untuk melepaskan panas tubuh
b. Hewan yang tidak memiliki kelenjar keringat, jika tubuhnya panas, penguapan
melalui saluran pernafasan dengan cara terengah-engah (pada anjing diikuti dengan
menjulurkan lidahnya)
c. Jika suhu tubuh meningkat, keringat akan membasahi kulit, selanjutnya keringat
akan menyerap kelebihan panas dari tubuh dan mengubahnya menjadi uap, setelah
keringat mengering, suhu tubuh pun turun
2.7.Mekanisme Pengontrolan Suhu Tubuh

Endotermis menjaga stabilitas suhu dalam tubuhnya dan untuk melakukan mekanisme
tersebut maka terdapat suatu pusat kontrol termoregulasi yang bekerja untuk
menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas. Hal ini dikontrol oleh sistem saraf.
Aktivitas otot volunter atau gigilan (shivering) akan meningkatkan produksi panas dan
keduanya akan dipengaruhi melalui saraf motorik. Kehilangan panas dapat diganti dengan
memvariasikan jumlah darah yang mengalir melalui kulit atau dapatditingkatkan dengan
mengeluarkan keringat. Aktivitas tersebut dibawah kontrol sistem saraf simpatik. Aliran
darah pada kulit dapat menjaga perubahan kecil pada suhu tubuh, akan tetapi perubahan yang
besar hanya akan dapat terjadi melalui aktivitas menggigil atau berkeringat.
Pada homeotermis pusat kontrol termoregulasi terletak di hipotalamus yang
berintegrasi dengan informasi sensoris yang masuk melalui reseptor suhu. Terdapat dua
macam termoreseptor yaitu termoreseptor periper dan termoreseptor pusat. Termoreseptor
peripr terdapat di seluruh permukaan tubuh dan di bagian-bagian utama saluran pencernaan.
Termoreseptor pusat terletak di tengah-tengah tubuh (core).
Hipotalamus adalah bagian yang sangat penting bagi regulasi internal dan
mengandung sel-sel yang sensitif terhadap suhu penyusun termostat pada burung dan
mamalia. Pusat termoregulasi pada hipotalamus dapat distimulasi dengan stimulus listrik atau
panas. Bagian anterior hipotalamus berfungsi sebagai pusat termotaksik yang disebut juga
sebagai pusat kehilangan panas. Sedangkan bagian posteriornya adalah pusat produksi panas.
Dua bagian dari hipotalamus yang berhubungan dengan respon terhadap hipertermia dan
hipotemia secara anatomis saling berhubungan. Hipertermia akan mengaktifkan pusat
kehilangan panas sedangkan hipotermia akan mengaktifkan pusat produksi panas. Pusat
termoregulasi di otak dapat diaktivasi oleh reseptor termal di kulit atau oleh perubahan suhu
di dalam darah. Penelitian tentang rekaman elektrik pada hipotalamus telah menemukan
adanya tiga tipe sel yang sensitif terhadap suhu, yaitu :

a. Reseptor panas, yaitu sel-sel yang meningkatkan aktivitasnya jika suhu hipotalamus
meningkat tetapi suhu kulit tidak mempengaruhinya.
b. Reseptor dingin, yaitu sel-sel yang meningkatkan muatannya jika suhu hipotalamus
menurun dan tetap tidak terpengaruh oleh suhu di kulit.
c. Reseptor campuran, yaitu sel-sel yang memperlihatkan respon terhadap peningkatan
suhu kulit, tetapi juga selanjutnya akan meningkatkan muatannya jika hipotalamus
menjadi panas.
Kulit memiliki reseptor panas dan dingin (reseptor termal). Reseptor panas teretak
lebih dalam di kulit sedangkan resptor dingin di bagian superfisial dan biasanya lebih banyak.
Kebanyakan reseptor tersebut berupa ujung-ujung saraf yang telanjang. Jika suhu lingkungan
meningkat, suhu kulit juga akan meningkat sehingga menyebabkan peningkatan muatan pada
reseptor panas secara mendadak (2-3 sekon) dan selanjutnya menurun ke sautu frekuensi
yang berkaitan dengan temperatur. Jika dihubungkan denganstimulus panas, reseptor panas
akan menurunkan frekuensi muatannya. Halyang sama juga pada reseptor dingin yang dapat
mengalami perubahan muatan dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui penurunan suhu
hingga terjadi perubahan suhu.

2.8.Adaptasi Pada Termoregulasi hewan


Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan.
Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme
dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan
produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin
dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok
mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya
bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian
kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah
salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh.
Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi.
Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau
menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara
mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah
satu perilaku unik dalam termoregulasi.
Jenis-Jenis Dan Macam-Macam Adaptasi pada termoregulasi berbagai hewan:
1. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan
dengan kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah,
macan, dan sebagainya yang runcing dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada
gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri, domba dan lain sebagainya tidak runcing dan
tajam karena giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan
mengunyah makanan.
2. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk
mempertahankan hidup dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada
binatang / hewan onta yang punya kantung air di punuknya untuk menyimpan air agar
tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu yang lama serta pada anjing
laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk bertahan di daerah dingin.
3. Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku /
perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah
warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan
untuk menyembunyikan diri. Termoregulasi pada Manusia
Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga
komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor,
hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya,
pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan
sekitarnya.
BAB III
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai