Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi
dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan. didalam pengaturan suhu
tubuh mamalia terdapat dua jenis sensor pengatur suhu, yautu sensor panas
dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima
di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh.Dari kedua jenis
sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat
dan kemudian dikirim ke syaraf motorik yang mengatur pengeluaran panas
dan produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh
tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik, dimana isyarat, diterima kembali oleh
sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran darah .
Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang
menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar
tetap konstan. dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi
pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah
salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Mausia
menggunakan baju merupakan salah satu perilaku unik dalam termoregulasi
Suhu tubuh hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungan luar. Pada
suhu -2oC s.d suhu 50oC hewan dapat bertahan hidup atau pada suhu yang
lebih ekstrem namun untuk hidup secara normal hewan memilih kisaran
suhu yang lebih sempit dari kisaran suhu tersebut yang ideal dan disukai
agar proses fisiologis optimal.

1
1.2 BATASAN MASALAH

Adapun batasan masalah yang dibahas di dalam makalah ini adalah


tentang Termoregulasi Pada Hewan.

I.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :


1. Untuk melengkapi tugas akhir semester, dan
2. Untuk mengetahui tentang termoregulasi pada hewan.

I.4 MANFAAT PENULISAN MAKALAH

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu,
sebagai sumber belajar baik bagi penulis ataupun bagi pembaca.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Termoregulasi


Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk
mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat
ditolelir. Proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya
agar tetap konstan dinamis. Mekanisme Termoregulasi terjadi dengan
mengatur keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas.

Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior


terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas,
yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi
dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan
biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya

Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi


dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan. didalam pengaturan suhu
tubuh mamalia terdapat dua jenis sensor pengatur suhu, yautu sensor panas
dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima
di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh.Dari kedua jenis
sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat
dan kemudian dikirim ke syaraf motorik yang mengatur pengeluaran panas
dan produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh
tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik, dimana isyarat, diterima kembali oleh
sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran darah .

Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang


menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar
tetap konstan. dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi
pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah

3
salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Mausia
menggunakan baju merupakan salah satu perilaku unik dalam termoregulasi

Suhu tubuh hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungan luar. Pada


suhu -2oC s.d suhu 50oC hewan dapat bertahan hidup atau pada suhu yang
lebih ekstrem namununtuk hidup secara normal hewan memilih kisaran
suhu yang lebih sempit dari kisaran suhu tersebut yang ideal dan disukai
agar proses fisiologis optimal.

Klasifikasi hewan berdasarkan perubahan temperature tubuh hewan,


jika ditempatkan pada temperature lingkungan yang berbeda dengan
temperatur tubuhnya yaitu pertama, golongan hewan homeotheme adalah
hewan yang temperatur tubuhya relative konstan pada berbagai variasi
temperatur lingkungan sedangkan yang kedua yaitu golongan poikilotheme
yaitu hewan yang temperatur tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan.

 Kedua defenisi ini sekarang sudah kurang digunakan karena kedua


istilah ini tidak menjelaskan mekanisme pertukaran energy kalori. Para
pakar fisiologi sekarang lebih suka membedakan kelompok heewan dengan
istilah ekstoterm dan endoterm.

Sebagian besar hewan memperlihatkan metabolisme sedikit aktif


(hewan-hewan bradymetabole, yang menghasilkan sedikit energy kalori)
dan suatu konduksi panas tinggi (isolasinya jelek terhadap pengaruh
lingkungannya) sehingga temperature tubuhnya bergantung sepenuhnya
kepada panas yang berasal dari lingkungannya. Kelompok hewan ini disebut
Eksoterm. Contohnya yaitu sebagian besar spesies hewan akuatik.

Pada kelompok spesies lainnya (hewan tachymetabole), produksi


panas oleh metabolisme (terutama oksidasi) adalah tinggi dan isolasi panas
cukup untuk temperature tubuh individu tergantung kepada produksi panas

4
yang dihasilkan tubuhnya sendiri. Kelompok hewan ini disebut Endoterm.
Contohnya yaitu sebagian besar burung dan mamalia.

II.2 Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim


Sebagian besar enzim mempunyai suhu optimum yang sama dengan
suhu normal sel organisme tersebut. Suhu optimum enzim pada hewan
poikilotermik di daerah dingin biasanya lebih rendah daripada enzim pada
hewan homeotermik. Contohnya, suhu optimum enzim pada manusia adalah
37 derajat celcius, sedangkan pada katak adalah 25o Celcius.

Kenaikan suhu di atas suhu optimum dapat mengakibatkan


peningkatan atau penurunan aktivitas enzim. Secara umum, tiap kenaikan
suhu 10oC, kecepatan reaksi menjadi dua kali lipat dalam batas suhu yang
wajar. Hal tersebut juga berlaku pada enzim. Panas yang ditimbulkan akibat
kenaikan suhu dapat mempercepat reaksi sehingga kecepatan molekul
meningkat. Hasilnya adalah frekuensi dan daya tumbukan molekuler juga
meningkat.

Akibat kenaikan suhu dalam batas tidak wajar, terjadi perubahan


struktur enzim (denaturasi). Enzim yang terdenaturasi akan kehilangan 
kemampuan katalisnya. Sebagian besar enzim mengalami denaturasi yang
tidak dapat balik pada  suhu 55-65oC. Enzim yang secara fisik telah rusak
biasanya tidak dapat diperbaiki lagi. Hal tersebut merupakan salah satu
alasan  bahwa enzim lebih aman dimakan pada makanan yang sudah
dimasak.Khususnya daging dan telur daripada makanan mentah.
Pengontrolan panas terhadap susu dan makanan dengan bahan susu
lainya secara dramatis mengurangi penyebaran penyakit seperti TBC. Pada
suhu kurang dari suhu optimum, aktivitas enzim mengalami penurunan.
Enzim masih beraktivitas pada suhu kurang dari 0 oC dan aktivitasnya
hampir terhenti pada suhu 196oC.

5
II.3 Termogenesis dan Termolisis
            Keseluruhan proses-proses yang membuat hewan mendapatkan
energy panas terbentuk disebut termogenesis. Pada hewan endotherm,
termogenesis terutama bersifat kimiawi (metabolisme). Termolisis adalah
pengelompokkan proses-proses pengurangan panas dari dalam tubuh
(misalnya konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi). Hewan-hewan yang
memperlihatkan suatu termoregulasi yang baik (seperti unggas dan
mamalia) mempunyai mekanisme yang dapat menyesuaikan termogenesis
dan termolisis pada kondisi suatu lingkungan.

II.4 Suhu Tubuh Hewan


Suhu tubuh ideal yang paling disukai Suhu Ekritik berkisar antara
35-40oC. Kisaran Toleransi Termal Kisaran suhu yang lebih luas dan dapat
diterima hewan. titik terendah dari kisaran toleransi termal adalah suhu
kritis minimum, dibawah suhu tersebut tidak cocok. Sedangkan titik
tertinggi dari kisaran toleransi termal adalah suhu kritis maksimum. Suhu
tubuh konstan sangat dibutuhkan karena perubahan suhu berpengaruh pada
konformasi protein dan ativitas enzim sehingga aktivitas enzim terganggu,
maka Reaksi dalam sel juga terganggu. Selain itu juga berpengaruh pada
energi kinetik molekul zat di mana partikel zat saling bertumbukan sehingga
laju reaksi dalam sel terganggu. Kenaikan suhu lingkungan mengakibatkan
peningkatan laju reaksi yang berpengaruh aktivitas metabolisme sel tubuh.

Proses biokimia yang berlangsung dalam tubuh binatang juga akan


dipengaruhi oleh temperatur dan karena itu berlangsung secara terbatas.
Laju kecepatan sebagian besar reaksi kimia akan berlipat ganda dengan
setiap peningkatan temperatur 10oC.

Sejumlah besar senyawa biokimia, dan utamanya protein, menjadi


labil karena panas. Senyawa tersebut secara kimiawi berubah karena

6
terdedah (terpapar) dengan temperatur 40-41oC atau lebih. Perubahan
tersebut pada giliran berikutnya akan mempengaruhi peran senyawa tersebut
dalam proses fisiologi yang berlangsung dalam tubuh. Misalnya,
peningkatan temperatur akan menyebabkan perubahan kimiawi (denaturasi)
protein yang merupakan enzim sehingga enzim tersebut menjadi tidak aktif.
Selanjutnya, reaksi kimia yang dikatalisis oleh enzim tersebut tidak bisa
berlangsung dengan sepatutnya.

Sebaliknya, karena terdedah dengan temperatur lingkungan yang


sangat dingin, pembentukan kristal es dalam jaringan secara umum dapat
merusak membrana sel dan hal ini pada giliran berikutnya dapat
menyebabkan kematian. Dengan demikian, walaupun binatang mampu tetap
hidup pada kisaran temperatur tubuh sampai 40oC, mereka akan
memperoleh keuntungan kimiawi bila dapat mempertahankan temperatur
tubuhnya dekat dengan batas tertinggi dari kisaran temperatur yang dapat
ditolerirnya karena proses biokimianya berlangsung dengan sempurna pada
temperatur tersebut.
Temperatur dari sebagian besar badan air berada dalam kisaran yang
dapat diterima oleh makhluk hidup. Akan tetapi, temperatur udara sangat
berfluktuasi atau berada dalam kisaran yang sangat lebar. Karena itu, upaya
mempertahankan temperatur tubuh agar berada dalam kisaran normal
(termoregulasi) jauh lebih penting artinya pada organisme yang hidup di
darat ketimbang organisme air.Binatang memperoleh panas melalui:
 Aktivitas metabolisme (produksi energi) yang berlangsung dalam
tubuhnya.
 Dengan menyerap panas dari lingkungan. Bahkan, bila lingkungan
sekitarnya (misalnya udara sekitar) lebih dingin daripada jaringan atau
tubuh binatang, makhluk tersebut masih juga dapat menyerap energi
radiasi matahari.

7
Interaksi panas hewan dengan lingkungan menguntungkan untuk
mengatur suhu tubuh meningkatkan/menurunkan pelepasan panas dari tubuh
dan memperoleh panas melaui :  
1. Konduksi
Perpindahan atau pergerakan panas antara dua benda yang saling
bersentuhan. Panas mengalir dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda
bersuhu lebih rendah. dipengaruhi oleh:
a. Luas permukaan benda yang saling bersentuhan
b. Perbedaan suhu awal antara kedua benda tersebut
c. Konduktivitas panas (tingkat kemudahan untuk mengalirkan panas yang
dimiliki suatu benda) dari kedua benda
Mamalia dan Aves:
a. Konduktivitasnya rendah
b. Penahan panas yang baik ialah rambut dan bulu
c. Hanya akan melepaskan sejumlah kecil panas dari tubuhnya ke benda
lain yang bersentuhan dengannya

2. Konveksi
Perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir
(fluida) yang bergerak.Proses Konveksi:
a. Berlangsung sampai suhu tubuh kembali ke suhu normal.
b. Perpindahan panas bisa dipercepat, apabila kecepatan aliran fluida di
sekeliling tubuh ditingkatkan.
c. Terjadi dari lingkungan ke tubuh hewan, misalnya pada saat udara panas
bertiup di dekat hewan, lama-kelamaan tubuh hewan akan menjadi lebih
panas juga .

3. Radiasi
Perpindahan panas antara dua benda yang tidak saling bersentuhan
misalnya pada proses perpindahan panas dari matahari ke tubuh hewan.
Frekuensi dan Intensitas Radiasi:

8
a. Tergantung pada suhu benda yang mengeluarkan radiasi. Semakin tinggi
suhu benda yang mengeluarkan radiasi, semakin tinggi pula intensitas
radiasinya.
b. Tubuh hewan (kulit, rambut, dan bulu) menyerap panas radiasi dengan
baik
c. berjemur pada hewan (khususnya poikiloterm) untuk menaikkan atau
memperoleh panas tubuh

4. Evaporasi
Proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas.misalnya pada
mekanisme ekskresi kelenjar keringat.Evaporasi:
a. Cara penting untuk melepaskan panas tubuh
b. Hewan yang tidak memiliki kelenjar keringat, jika tubuhnya panas,
penguapan melalui saluran pernafasan dengan cara terengah-engah
(pada anjing diikuti dengan menjulurkan lidahnya)
c. Jika suhu tubuh meningkat, keringat akan membasahi kulit, selanjutnya
keringat akan menyerap kelebihan panas dari tubuh dan mengubahnya
menjadi uap, setelah keringat mengering, suhu tubuh pun turun

Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu


lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan
meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang
terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm
(misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara
berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok
mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.

Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas,


misalnya adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan
modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di

9
bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk
mengurangi kehilangan panas tubuh.

II.5 Adaptasi Hewan Endoterm terhadap Suhu Sangat Panas dan


Sangat Dingin
A. Adaptasi terhadap Suhu Sangat Dingin
Pertama, masuk ke dalam kondisi heterotermi, yaitu
mempertahankan adanya perbedaan suhu di antara berbagai bagian tubuh.
Contoh: burung dan mamalia kutub yang mempunyai suhu pada pusat tubuh
sebesar 38oC, namun suhu kakinya hanya sekitar 3oC, secara fisiologis,
kaki tetap berfungsi normal (telah beradaptasi pada tingkat sel dan tingkat
molekul)

Kedua, Hibernasi atau torpor, yaitu penurunan suhu tubuh yang


berkaitan dengan adanya penurunan laju metabolisme, laju denyut jantung,
laju respirasi, dan sebagainya. Periode hibernasi, mulai dari beberapa jam
hingga beberapa minggu, bahkan beberapa bulan. Berakhirnya hibernasi
dicapai dengan kebangkitan spontan melalui peningkatan laju metabolisme
dan suhu tubuh secara cepat, yang akan segera mengembalikannya ke
keadaan nomal

B. Adaptasi terhadap Suhu Sangat Panas


1. Pertama, meningkatkan pelepasan panas tubuh dengan meningkatkan
penguapan, baik melalui proses berkeringat ataupun terengah-terengah.
2. Kedua, melakukan gular fluttering: yaitu menggerakkan daerah
kerongkongan secara cepat dan terus-menerus sehingga penguapan
melalui saluran pernafasan (dan mulut) dapat meningkat, akibatnya
pelepasan panas tubuh juga meningkat. Misalnya pada ayam yang
sedang mengerami telur.

10
3. Ketiga, menggunakan strategi hipertermik, yaitu mempertahankan atau
menyimpan kelebihan panas metabolik di dalam tubuh sehingga suhu
tubuh meningkat sangat tinggi, contoh: unta dan rusa gurun.
Hipertermik mengurangi pelepasan air dari tubuh, yang seharusnya
digunakan untuk mendinginkan tubuh melalui penguapan (untuk
sementara). Hipertermik menimbulkan masalah karena organ
tertentu dalam tubuh (misalnya otak) kurang mampu mentoleransi
kenaikan suhu yang terlalu besar. Pendinginan dilakukan dengan
cara kerja mirip heat exchanger, lokasinya terletak pada rongga
hidung.

11
BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
Berdasarkan masalah yang dibahas di dalam makalah, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
 Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk
mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang
dapat ditolelir.
 Sebagian besar enzim mempunyai suhu optimum yang sama dengan
suhu normal sel organisme tersebut. Suhu optimum enzim pada
hewan poikilotermik di daerah dingin biasanya lebih rendah
daripada enzim pada hewan homeotermik. Contohnya, suhu
optimum enzim pada manusia adalah 37 derajat celcius, sedangkan
pada katak adalah 25o Celcius.
 Keseluruhan proses-proses yang membuat hewan mendapatkan
energy panas terbentuk disebut termogenesis.
 Suhu tubuh ideal yang paling disukai Suhu Ekritik berkisar antara
35-40oC. Kisaran Toleransi Termal Kisaran suhu yang lebih luas dan
dapat diterima hewan. titik terendah dari kisaran toleransi termal
adalah suhu kritis minimum, dibawah suhu tersebut tidak cocok.
 Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas,
misalnya adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot,
dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh
darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah
satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Keseimbangan Panas pada Hewan. http://www.


blogspot.com, diakses pada tanggal 9 Juni 2014.

Anonim.  2012. Termoregulasi. http://wordpress.com, diakses pada


tanggal 9 Juni 2014.

Anonim.  2012. Pengaturan Suhu Tubuh. http://bima.ipb.ac.id.


diakses pada tanggal 9 Juni 2014.

Anonim. 2012.Pengaturan Suhu Tubuh Hewan. http://Robertino


Linux’s blog.com. diakses pada tanggal 11 Juni 2014.

Anonim. 2012. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim.


www.baltimore.ohlog.com, diakses pada tanggal 11 Juni 2014.

13

Anda mungkin juga menyukai