Anda di halaman 1dari 15

TERMOREGULASI

BAB I PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum
Judul untuk praktikum kali ini adalah Termoregulasi

B. Waktu, Tanggal Praktikum


Praktikum ini dilakukan pada tanggal 13 November 2014 pukul 15.00
WIB.

C. Tujuan Praktikum
1. Memahami perbedaan berbagai temperatur di berbagai tempat ditubuh
(suhu inti dan suhu permukaan)
2. Mengetahui pengukuran suhu tubuh secara oral pada tubuh manusia
dan mahasiswa mampu melakukan pengukuran suhu tubuh secara
aksiler pada tubuh manusia
3. Memahami berbagai faktor yang berpengaruh pada pengukuran suhu
tubuh.
4. Memahami regulasi suhu tubuh dan mekanisme terjadinya demam
5. Mengetahui mekanisme kerja obat antipiretik (Paracetamol)

Tujuan Instruktusional khusus :

1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran suhu tubuh secara oral


pada tubuh manusia.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran suhu tubuh secara aksiler
pada tubuh manusia.
3. Mahasiswa mapu memahami perbedaan berbagai temperatur di
berbagai tempat ditubuh.
4. Mahasiswa mampu mengetahui berbagai faktor yang berpengaruh
pada pengukuran suhu tubuh.

1
D. Dasar Teori

Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk


mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir.
Proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya agar tetap konstan
dinamis. Mekanisme Termoregulasi terjadi dengan mengatur keseimbangan antara
perolehan panas dengan pelepasan panas (Campbell, 2004).
Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga
komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor,
hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi (Swenson, 1997).
Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu
poikiloterm dan homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh
lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu
tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin. Dan hewan
homoiterm sering disebut hewan berdarah panas (Duke’s, 1985).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan suhu


Setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif. Hal tersebut
dapat dipengaruhi oleh berbagai factor yaitu :
1. Exercise: semakin beratnya exercise maka suhunya akan meningkat 15 x,
sedangkan pada atlet dapat meningkat menjadi 20 x dari basal ratenya.
2. Hormon: Thyroid (Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur
utama basal metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan hormon
pertumbuhan dapat meningkatkan metabolisme rate 5-15%.
3. Sistem syaraf: selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari
system syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan
norepinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan hormon epinephrine dan
norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme
rate dari sel tubuh.

2
4. Suhu tubuh: meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme rate,
setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti akan meningkatkan kecepatan reaksi
biokimia 10 %.
5. Asupan makanan: makanan dapat meningkatkan 10 – 20% metabolisme rate
terutama intake tinggi protein.
6. Berbagai macam factor seperti: gender, iklim dan status malnutrisi.
(Guyton, A.C. 1986)
Walaupun terjadi perubahan suhu tubuh, tetapi tubuh mempunyai
mekanisme homeostasis yang dapat dipertahankan dalam rentang normal. Suhu
tubuh yang normal adalah mendekati suhu tubuh inti yaitu sekitar 37  0 C. Suhu
tubuh manusia mengalami fluktuasi sebesar 0,5 – 0,7 0 C, suhu terendah pada
malam hari dan suhu tertinggi pada siang hari. Panas yang diproduksikan harus
sesuai dengan panas yang hilang (Bima, 2006).

Interaksi panas manusia dengan lingkungan menguntungkan untuk mengatur suhu


tubuh meningkatkan/menurunkan pelepasan panas dari tubuh dan memperoleh
panas melaui :  
1.    Konduksi
Perpindahan atau pergerakan panas antara dua benda yang saling
bersentuhan. Panas mengalir dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu
lebih rendah. dipengaruhi oleh:
1.    Luas permukaan benda yang saling bersentuhan
2.    Perbedaan suhu awal antara kedua benda tersebut
3.    Konduktivitas panas (tingkat kemudahan untuk mengalirkan panas yang
dimiliki suatu benda) dari kedua benda
Mamalia dan Aves:
1.    Konduktivitasnya rendah
2.    Penahan panas yang baik ialah rambut dan bulu
3.    Hanya akan melepaskan sejumlah kecil panas dari tubuhnya ke benda lain
yang bersentuhan dengannya

3
2.    Konveksi
Perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir (fluida)
yang bergerak.
Proses Konveksi:
1.    Berlangsung sampai suhu tubuh kembali ke suhu normal
2.    Perpindahan panas bisa dipercepat, apabila kecepatan aliran fluida di
sekeliling tubuh ditingkatkan
3.    Terjadi dari lingkungan ke tubuh hewan, misalnya pada saat udara panas
bertiup di dekat hewan, lama-kelamaan tubuh hewan akan menjadi lebih panas
juga

3.    Radiasi
Perpindahan panas antara dua benda yang tidak saling bersentuhan
misalnya pada proses perpindahan panas dari matahari ke tubuh hewan.
Frekuensi dan Intensitas Radiasi:
1.    Tergantung pada suhu benda yang mengeluarkan radiasi. Semakin tinggi suhu
benda yang mengeluarkan radiasi, semakin tinggi pula intensitas radiasinya
2.    tubuh hewan (kulit, rambut, dan bulu) menyerap panas radiasi dengan baik
3.    berjemur pada hewan (khususnya poikiloterm) untuk menaikkan atau
memperoleh panas tubuh

4.    Evaporasi
Proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas.misalnya pada
mekanisme ekskresi kelenjar keringat.
Evaporasi:
1.    Cara penting untuk melepaskan panas tubuh
2.    Hewan yang tidak memiliki kelenjar keringat, jika tubuhnya panas,
penguapan melalui saluran pernafasan dengan cara terengah-engah (pada anjing
diikuti dengan menjulurkan lidahnya)
3.    Jika suhu tubuh meningkat, keringat akan membasahi kulit, selanjutnya
keringat akan menyerap kelebihan panas dari tubuh dan mengubahnya menjadi
uap, setelah keringat mengering, suhu tubuh pun turun

4
Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam
termoregulasi. Jenis-Jenis Dan Macam-Macam Adaptasi pada termoregulasi
berbagai hewan :
1.    Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang
disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa,
harimau, citah, macan, dan sebagainya yang runcing dan tajam untuk makan
daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri, domba dan lain
sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya lebih banyak dipakai untuk
memotong rumput atau daun dan mengunyah makanan.
2.    Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk
mempertahankan hidup dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti
pada binatang / hewan onta yang punya kantung air di punuknya untuk
menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu yang
lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk
bertahan di daerah dingin.
3.    Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah
laku / perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat
berubah warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya
dengan tujuan untuk menyembunyikan diri.

Mekanisme pengaturan suhu tubuh


Pusat pengaturan suhu tubuh yang berfungsi sebagai termostat tubuh
adalah suatu kumpulan neuron-neuron di bagian anterior hypothalamus
yaitu: Preoptic area. Area ini menerima impuls-impuls syaraf dari termoreseptor
dari kulit dan membran mukosa serta dalam hipotalamus. Neuron-neuron pada
area peroptic membangkitkan impuls syaraf pada frekwensi tinggi ketika suhu
darah meningkat dan frekwensi berkurang jika suhu tubuh menurun. Impuls-
impuls syaraf dari area preoptic menyebar menjadi 2 bagian dari hipotalamus

5
diketahui sebagai pusat hilang panas dan pusat peningkatan panas, dimana ketika
distimulasi oleh area preoptic, mengatur kedalam serangkaian respon operasional
yang meningkatkan dan menurunkan suhu tubuh secara berturut-turut (Ikhwan,
2009).
Termoregulasi adalah proses fisiologis yang merupakan kegiatan integrasi
dan koordinasi yang digunakan secara aktif untuk mempertahankan suhu inti
tubuh melawan perubahan suhu dingin atau hangat (Myers, 1984). Pusat
pengaturan tubuh manusia ada di Hipotalamus, oleh karena itu jika hipotalamus
terganggu maka mekanisme pengaturan suhu tubuh juga akan terganggu dan
mempengaruhi thermostat tubuh manusia. Mekanisme pengaturan suhu tubuh
manusia erat kaitannya antara kerja sama system syaraf baik otonom, somatic dan
endokrin. Sehingga ketika membahas mengenai pengaturan suhu oleh system
persyarafan maka tidak lepas pula kaitannya dengan kerja system endokrin
terhadap mekanisme pengaturan suhu tubuh seperti TSH dan TRH.
Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah
hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior. Hipotalamus anterior (AH/POA)
berperanan meningkatkan hilangnya panas, vasodilatasi dan menimbulkan
keringat. Hipotalamus posterior (PH/ POA) berfungsi meningkatkan penyimpanan
panas, menurunkan aliran darah, piloerektil, menggigil, meningkatnya produksi
panas, meningkatkan sekresi hormon tiroid dan mensekresi epinephrine dan
norepinephrine serta meningkatkan basal metabolisme rate            (Hasan, R.,
1997).
Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme
homeostasis yang membantu memproduksi panas melalui mekanisme feed back
negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal (Tortora, 2000).
Thermoreseptor di kulit dan hipotalamus mengirimkan impuls syaraf ke area
preoptic dan pusat peningkata panas di hipotalamus, serta sel neurosekretory
hipotalamus yang menghasilkan hormon TRH (Thyrotropin releasing hormon)
sebagai tanggapan.hipotalamus menyalurkan impuls syaraf dan mensekresi TRH,
yang sebaliknya merangsang Thyrotroph di kelenjar pituitary anterior untuk
melepaskan TSH (Thyroid stimulating hormon). Impuls syaraf dihipotalamus dan
TSH kemudian mengaktifkan beberapa organ efektor.  

6
Menurut Myers, 2006, mengatakan keseimbangan termoregulasi dicapai
dengan diikuti oleh mekanisme di dalam regio anterior hipotalamus/ preoptic area
yang termosensitif. Neuron-neuron yang sensitive terhadap dingin terlebih dahulu
mengintegrasikan input sensori dan kemudian memicu efektor untuk
memproduksi metabolisme panas, vasokonstriksi, menggigil dan respon lainnya.
Di sisi lain, untuk mengaktifkan kehilangan panas, neuron-neuron yang sensitif
terhadap panas merangsang efektor untuk mengalami dilatasi, bernapas pendek
dan cepat, berkurangnya metabolisme rate, dan mengambat efektor untuk
penghasil panas. Walaupun temperature sirkulasi darah dalam hipotalamus
berpartisipasi dalam mekanisme control umpan balik terhadap system sensor-
efektor, reseptor di kulit memberikan tanda kritis termal melalui serabut afferent
ke AP/POA (Ronald, B. 2009)

E. Metode Pemeriksaan
Dalam praktikum ini menggunakan perbandingan suhu inti dan
suhu perifer menggunakan termometer

F. Alat Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah termometer air
raksa, handuk
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah es batu, kapas,
alkohol 70%

G. Cara Kerja

A. Orang probandus tidur terlentang dengan badan bagian atas terbuka.


Fossa axilaris dikeringkan lebih dahulu dengan handuk supaya keringat
tidak membasahi termometer.
B. Termometer klinis dimasukkan kedalam fossa axilaris dan sebelum
termometer dipakai perhatikan, apakah air raksa dalam termometer sudah
turun sampai 35 0C
C. Lengan atas diaduksi pada thorax, dengan demikian terjadi disekitar
tempat air raksa suatu runagan yang tertutup, beberapa saat kemudian

7
suhu mendekati suhu darah. Ini disebabakan oleh karena panasdarah
diteruskan dengan lambat melalui kulit pada termometer.
D. Termometer diabaikan selama 10 menit didalam fosa axilaris kemudian
dibaca.
E. Air raksa dalam termometer diturunkan dan termometer dibersihkan
dengan alkohol.
F. Termometer dimasukkan kedalam mulut hingga ujung termometer
terletak dibawah lidah.
G. Mulut ditutup rapat, biarkan 10 menit didalam mulut. Ambil termometer
dari mulut kemudian baca.
H. Sekarang orang percobaan bernafas dengan tenang melalui mulut terbuka
setelah air raksa diturunkan maka letakkanlah termometer dibawah lidah.
Berapakah temperatur setelah 5 menit dan berapakah temperatur setelah
10 menit tanpa menurunkan air raksa terlebih dahulu.
I. Sekarang kunyahlah dengan es batu, kemudian termometer dipasang lagi
seperti percobaaan H sesudah air raksa diturunkan lebih dahulu.
Pembacaan dilakuan pula seperti percobaaan diatas.
J. Percobaaan no. 1-4 diulangi dengan orang yang berbeda.

K. Amati hasil perubahan suhu tersebut, dan jelaskan mengapa terjadi


perubahan suhu/ perbedaan suhu tersebut

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Percobaan ke - Tempat Waktu (menit) Suhu (oC)


1 Ketiak (Axilaris) 5 37,1
2 Mulut (oral) 5 37
3 Mulut (bernafas) 2,5 pertama 36,2
2,5 kedua 36,2
4 Mulut mengunyah 2,5 pertama 35,4
es batu 2,5 kedua 34,8

8
B. Pembahasan
Pada percobaan ini menggunakan satu probandus yang diukur suhu
tubuhnya didaerah tertentu dengan perlakuan tertentu pula. Pada
pengukuran suhu  didaerah pangkal ketiak (Axilaris) dalam waktu 5 menit
suhu tubuh menunjukkan 37,1 oC. Pada pengukuran suhu  didaerah mulut
tepatnya dibawah lidah dalam waktu 5 menit suhu tubuh menunjukkan
37 oC. Pada pengukuran suhu didaerah mulut tepatnya dibawah lidah
dengan udara pernapasan didalam mulut dalam waktu 2,5 menit pertama
suhu tubuh menunjukkan 36,2 oC dan dalam waktu 2,5 menit kedua suhu
tubuh menunjukkan 36,2 oC. Pada pengukuran suhu didaerah mulut
tepatnya dibawah lidah dengan mengunyah es batu sebelumnya dalam
waktu 2,5 menit pertama suhu tubuh menunjukkan 35,4 oC dan dalam
waktu 2,5 menit kedua suhu tubuh menunjukkan 34,8 oC.
Pada percobaan pertama dan kedua (axilaris dan oral) suhu yang
terukur antara tanpa perlakuan dengan perlakuan memiliki rentan nilai
yang sangat kecil. Hal ini sesuai dengan teori bahwa manusia selalu
mempertahankan suhu tubuhnya selalu tetap walaupun dengan suhu
lingkungan berbeda. Manusia merupakan organisme homeoterm yang
mana suhu tubuhnya selalu tetap.
Percobaan yang ketiga yaitu ketika suhu tubuh diukur melalui
mulut sambil bernafas, ternyata suhu tubuh probandus mengalami
penurunan sebesar 0,8oC .Hal ini terjadi karena suhu tubuh probandus
melakukan penyesuaian dengan suhu tubuh di luar tubuh yang memiliki
temperature lebih rendah. Disini terjadi pertukaran panas tubuh dengan
lingkungan secara konveksi, yaitu tubuh kehilangan panas melalui
konduksi ke udara sekeliling yang lebih dingin. Udara yang berkontak
dengan tubuh melalui mulut menjadi lebih hangat dan karenanya menjadi
lebih ringan dibanding udara dingin. Udara yang lebih hangat ini bergerak
ke atas dan digantikan dengan udara yang lebih dingin.
Percobaan yang keempat yaitu mengukur suhu tubuh melalui mulut
setelah mengunyah es batu, suhu tubuh probandus mengalami penurunan
pada 2,5 menit pertama sebesar 0,8oC. Pada 2,5 menit kedua, suhu tubuh

9
probandus mengalami pernurunan lagi sebesar 0,6oC. Dari hasil
pengukuran tersebut dapat kita simpulkan bahwa saat menit ke 2,5
pertama, tubuh menyesuaikan dengan keadaan suhu es yang ada di mulut,
sehingga suhunya menurun. Namun pada menit ke 2,5 kedua suhu
probandus mengalami penurunan, disebabkan bahwa homeostatis tubuh
belum bisa melakukan penyesuaian ke suhu normal, dibutuhkan waktu
yang lebih lama lagi untuk melakukan penyesuaian sehingga kembali
mengalami kenaikan suhu di dalam tubuh. Disini terjadi pertukaran panas
tubuh secara konduksi, yaitu perpindahan panas tubuh dengan benda
(dalam hal ini air es) yang berbeda suhunya karena terjadi kontak secara
langsung. Sewaktu mengunyah dengan es batu, tubuh kehilangan panasnya
karena panas dipindahkan secara langsung ke air es yang suhunya lebih
rendah. Kemudian suhu oral, yang lebih rendah, yang diukur merupakan
suhu kesetimbangan. Ini artinya apabila suhu lingkungan dingin, maka
tubuh akan memproduksi panas yang berasal posterior hipotalamus.
Dari hasil pengukuran suhu tubuh di bagian ketiak, dapat kita
simpulkan bahwa suhu tubuh probandus di bagian ketiak/aksilar memiliki
suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh di bagian
mulut/oral. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa temperature kulit badan kita
tidak sama di semua tempat, makin banyak berhubungan dengan udara
luar, temperature semakin dipengaruhi oleh temperature sekitar. Mulut
lebih banyak berhubungan dengan udara luar dibandingkan dengan ketiak,
sehingga suhunya juga lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan.

Saat kondisi lingkungan dingin, tubuh meningkatkan produksi


panas metabolik dalam otot rangka, antara lain dengan cara menggigil.
Sedangkan mekanisme produksi panas bukan dari menggigil antara lain
meningkatkan sekresi hormone tiroksin yang dapat meningkatkan aktivitas
metabolism didalam sel, menyerap radiasi panas matahari, menegakkan
rambut sehingga pelepasan panas secara konveksi dapat diperkecil,
mengurangi aliran darah ke organ perifer dengan vasokonstriksi
(menyempitkan pembuluh darah) dan memberikan tanggapan perilaku

10
seperti berselimut, berjaket, berjemur dan menggosok-gosokkan kedua
telapak tangan. Pada kondisi lingkungan panas, pelepasan panas dilakukan
dengan cara melepasakn panas dengan vasodilatasi pembuluh darah perifer
dan meningkatkan penguapan air melalui kulit (berkeringat)(Isnaeni.2006 :
221-222)

Mekanisme Demam
Demam disebabkan oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak, atau dehidrasi.
Banyak hasil pemecahan protein dan zat-zat tertentu seperti toksin
lipopolisakarida yang disekresi oleh bakteri yang dapat menyebabkan titik
setel termostat hipotalamus meningkat. Zat yang menyebabkan efek ini
dinamakan pirogen. (Guyton, 2008)
Banyak agen yang menghasilkan demam pada manusia yang telah
terbukti merangsang produksi pirogen endogen oleh leukosit-leukosit
manusia in vitro.Seluruh substansi di atas menyebabkan sel-sel fagosit
mononuklear-monosit, makrofag jaringan, atau sel Kupffer-membuat
pirogen endogen. (EP= endogenous pyrogen) adalah suatu protein kecil
(berat molekul 20.000) yang mirip interleukin 1, yang merupakan suatu
mediator proses imun antar sel yang penting. Pirogen endogen telah
diisolasi dari netrofil, eosinofil, monosit, sel Kupffer, makrofag alveoli
dan sinovium. Pirogen endogen menginduksi demam melalui pengaruh
pada area preoptik di hipotalamus anterior. (Juliana, 2008)
Pirogen endogen meningkatkan titik patokan termostat hipotalamus
selama demam dengan memicu pengeluaran lokal prostaglandin, yaitu zat
perantara kimiawi lokal yang bekerja langsung di hipotalamus.
Hipotalamus kemudian mempertahankan suhu di titik patokan baru bukan
di suhu tubuh yang normal. Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat
meningkatkan produksi panas (Sherwood, 2001).

Infeksi atau Peradangan → Neutrofil → Pirogen Endogen (keluar) →


Prostglandin → Titik patok Hipotalamus ↑ → Mengawali “respon dingin”

11
→ Produksi panas ↑ Pengurangan panas ↓ → Suhu Tubuh ↑ ke Titik Patokan
yang Baru → DEMAM

Cara Kerja Obat Parasetamol


Mekanisme kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih menjadi bahan
perdebatan. Parasetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab
inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi. Telah
dibuktikan bahwa parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi enzim
siklooksigenase (COX), sehingga menghambatnya untuk membentuk senyawa
penyebab inflamasi. Paracetamol juga bekerja pada pusat pengaturan suhu pada otak.
Tetapi mekanisme secara spesifik belum diketahui.
Paracetamol bekerja dengan mengurangi produksi prostaglandins dengan
mengganggu enzim cyclooksigenase (COX). Parasetamol menghambat kerja COX
pada sistem syaraf pusat yang tidak efektif dan sel edothelial dan bukan pada sel
kekebalan dengan peroksida tinggi. Kemampuan menghambat kerja enzim COX yang
dihasilkan otak inilah yang membuat paracetamol dapat mengurangi rasa sakit kepala
dan dapat menurunkan demam tanpa menyebabkan efek samping,tidak seperti
analgesik-analgesik lainnya

C. Aplikasi Klinis
1. Sistem Imun

Sistem imun kita terdiri dari rangkaian sel, protein, jaringan otot, dan
organ-organ tertentu. Sel yang terlibat dalam sistem imun manusia adalah
lekosit (sel darah putih) yang diproduksi dan disimpan di berbagai lokasi
di tubuh, seperti thymus, limpa, dan sumsum tulang. Dari lokasi-lokasi
tersebut, lekosit menyebar ke seluruh organ tubuh melalui pembuluh
limpatik dan pembuluh darah. Dengan demikian, sistem kekebalan tubuh
dapat bekerja secara terkoordinasi dalam mengawasi pertahanan tubuh
kita.
2. Demam
Bila suhu tubuh naik lebih satu derajat dari suhu normal dan menimbulkan
ketidaknyamanan , kita menyebut hal ini sebagai demam. Secara awal

12
demam dapat diketahui dari perasaan lebih panas pada perabaan di kepala,
leher dan tubuh. Pengukuran lebih akurat dilakukan dalam keadaan
istirahat dengan thermometer pengukur suhu tubuh. Seseorang dapat
dikatakan demam bila suhu tubuhnya di atas 38 derajat celcius. Penderita
demam sering menggigil dan merasa kedinginan bila suhu tubuh naik
beberapa derajat secara mendadak.

3. Hipotermia

Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan


suhu inti (suhu organ dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya
pembengkakan di seluruh tubuh (Edema Generalisata), menghilangnya
reflex tubuh (areflexia), koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata.
Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 32°C. Untuk mengukur suhu
tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low
readingtermometer) sampai 25°C. Di samping sebagai suatu gejala,
hipotermia dapat merupakanawal penyakit yang berakhir dengan
kematian.

4. Hipertermia

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan


hipotalamusbila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan
penyakit) atau dipengarhuioleh panas eksternal (lingkungan) atau internal
(metabolik). Sengatan panas (heat stroke) per definisi adalah penyakit
berat dengan cirri temperatur inti > 40 derajat celcius disertai kulit panas
dan kering serta abnormalitas sistem saraf pusat seperti delirium, kejang,
atau koma yang disebabkan oleh pajanan panaslingkungan (sengatan panas
klasik) atau kegiatan fisik yang berat. Lingkungan yang terlalu panas juga
berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat
dengansumber panas, dalam ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak
pakaian dan selimut.

13
BAB III KESIMPULAN

1. Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai


keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh
dapat dipertahankan secara konstan.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya termoregulasi yaitu :
usia, olahraga, kadar hormon, irama sirkadian, stres, lingkungan.
3. Dalam melakukan sebuah tindakan pemeriksaan suhu diperlukan ketepatan
dan dalam pemilihan alat seperti termometer pada saat mengukur suhu
harus sesuai dengan fungsinya masing-masing. Suhu mengacu pada
derajat panas atau dinginnya suatu zat.
4. Manusia adalah Homeothermik yaitu berdarah panas sehingga suhu tubuh
tetap stabil meskipun terjadi perubahan lingkungan.Suhu normal tubuh
manusia adalah 36 -37 .
5. Pengukuran suhu tubuh manusia dapat dilakukan di rectal, aksial, dan oral
karena memiliki suhu tubuh paling dekat dengan suhu tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Bima, 2006. Pengaturan Suhu


Tubuh. http://bima.ipb.ac.id/~tpb/materi/bio100/Materi/suhu_tubuh.html.
Diakses tanggal : 16 November 2014.

Campbell, N. A. 2004. Biologi. Edisi kelima. Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Guyton, A.C. 1986. Text Book of Medical Physiology. W. B. Saunders Co. New
York

Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Hasan, R., 1997, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1,2,3, Bagian Ilmu

Ikhwan, 2009. http://ikhwan.nanggroe.com/2009/08/09/macam-macam-
termometer/. Diakses tanggal : 16 November 2014

14
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Juliana, D. 2008. Uji Efek Antipiretik Infusa Daun Asam Jawa (Tamrindus indica)
pada Kelinci Putih Jantan Galur New Zealand.  Surakarta : FF UMS
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Ronald, B. 2009. http://slimsystemsecrets.com/. Diakses tanggal : 16 November


2014

Sheerwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC

Swenson, GM. 1997. Dules Physiology or Domestic Animals. Publishing Co. Inc :
USA.

15

Anda mungkin juga menyukai