Anda di halaman 1dari 7

TERMOREGULASI PADA HEWAN

3. Pengertian Termoregulasi
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal
agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Proses yang terjadi pada hewan untuk
mengatur suhu tubuhnya agar tetap konstan dinamis. Mekanisme Termoregulasi terjadi dengan
mengatur keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas. Termoregulasi
manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur atau
penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta
termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya
lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya (Soewolo, 2000).

Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ tubuh
yang saling berhubungan. didalam pengaturan suhu tubuh mamalia terdapat dua jenis sensor
pengatur suhu, yautu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan
sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh.Dari kedua jenis
sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim
ke syaraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke
jantung, paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik, dimana isyarat, diterima
kembali oleh sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran darah
Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui
evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. dan modifikasi sistim sirkulasi di
bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah
salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Mausia menggunakan baju
merupakan salah satu perilaku unik dalam termoregulasi
Suhu tubuh hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungan luar. Pada suhu -2oC s.d suhu 50oC hewan
dapat bertahan hidup atau pada suhu yang lebih ekstrem namununtuk hidup secara normal
hewan memilih kisaran suhu yang lebih sempit dari kisaran suhu tersebut yang ideal dan disukai
agar proses fisiologis optimal.
Usaha hewan untuk mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap konstan dan tidak terjadi
perbedaan drastis dengan suhu lingkungannya disebut thermoregulasi. Di dalam tubuh hewan
yang hidup selalu terjadi proses metabolisme. Dengan demikian selalu dihasilkan panas,karena
tidak semua energi yang terbentuk dari metabolisme dimanfaatkan. Panas yang terbentuk
dibawa oleh darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh menjadi panas dan disebut sebagai suhu
tubuh normal

A. Pengaruh Suhu Pada Lingkungan Hewan Dibagi Menjadi Tiga Golongan, yaitu
1. Poikiloterm.
Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan yang tidak mampu mempertahankan suhu
tubuhnya. Suhu tubuh hewan berfluktuasi sesuai dengan suhu lingkungannya. Sebetulnya suhu
tubuh tidak betul-betul sama dengan suhu lingkungan, sebab kalau diukur teliti, suhu selnya
sedikit diatas suhu lingkungannya. Menghadapi fluktuasi suhu lingkungan, hewan poikilotermik
melakukan konformitas suhu. Laju kehilangan panas pada hewan poikilotermik lebih tinggi dari
pada laju produksi panas, sehingga suhu tubuhnya lebih ditentukan oleh suhu lingkungan
eksternalnya dari pada suhu metabolisme internalnya.

2. Homoiterm.
Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas karena mampu menjaga panas suhu
tubuhnya. Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor
dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan
aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh.
Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur,
faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang
dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air.
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu
tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas
hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi
menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung
dan mamalia. Hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama
dengan suhu lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara
panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang.
3. Heterotermik
Yaitu kelompok hewan yang pada saat tertentu memiliki sifat poikilotermik dan pada saat lain
bersifat homeotermik, dan kelompok hewan yang mengatur suhu tubuh secara parsial, yaitu
regulasinya terbatas pada bagian tubuh tertentu. Disebut juga endotermik fakultatif , mampu
melakukan regulasi fisiologik tetapi tidak mengatur secara tepat sepanjang waktu. Heterotermik
dapat di buktikan pada insekta tertentu, yang ektotermik pada saat istirahat dan tetapi bersifat
endotermik pada saat aktif.

B. Panas Yang Hilang Dapat Berlangsung Secara Radiasi, Konveksi, Konduksi Dan Evaporasi.
Interaksi panas hewan dengan lingkungan menguntungkan untuk mengatur suhu tubuh
meningkatkan/menurunkan pelepasan panas dari tubuh dan memperoleh panas melaui :
a. Konduksi
Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda. Atau
perpindahan langsung gerakan termal antara molekul-molekul permukaan tubuh, seperti ketika
hewan duduk dalam kolam air dingin atau di atas batu yang panas. Panas akan selalu
dihantarkan benda bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah yang dipengaruhi oleh:
Ø Luas permukaan benda yang saling bersentuhan
Ø Perbedaan suhu awal antara kedua benda tersebut
Ø Konduktivitas panas (tingkat kemudahan untuk mengalirkan panas yang dimiliki suatu benda)
dari kedua benda
Ø Konduktivitasnya rendah
Ø Penahan panas yang baik ialah rambut dan bulu
Ø Hanya akan melepaskan sejumlah kecil panas dari tubuhnya ke benda lain yang bersentuhan
dengannya
b. Konveksi
Perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir (fluida) yang bergerak. Atau
konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan
tubuh, seperti ketika tiupan angin turut menghilangkan panas dari permukaan tubuh hewan
yang berkulit kering. Konveksi juga memberi kontribusi dalam kenyamanan dan kesejukan yang
diberikan oleh kipas angin kepada manusia selama hari-hari panas, tetapi sebagian besar dari
pengaruh ini disebabkan oleh pendinginan melalui evaporasi. Sebaliknya, faktor wind-chill
(tiupan angin) memperburuk kekejaman suhu musim dingin yang sangat dingin.
Proses Konveksi:
Ø Berlangsung sampai suhu tubuh kembali ke suhu normal
Ø Perpindahan panas bisa dipercepat, apabila kecepatan aliran fluida di sekeliling tubuh
ditingkatkan
Ø Terjadi dari lingkungan ke tubuh hewan, misalnya pada saat udara panas bertiup di dekat
hewan, lama-kelamaan tubuh hewan akan menjadi lebih panas juga
c. Radiasi
Radiasi adalah emisi dari energi electromagnet yang dihasilkan oleh semua benda nol, termasuk
tubuh hewan dan matahari. Radiasi dapat memindahkan panas di antara benda-benda yang
tidak melakukan kontak langsung, seperti ketika hewan menyerap panas radiasi dari
matahri.Sebagai contoh, radiasi sinar matahari.

Frekuensi dan Intensitas Radiasi:


Ø Tergantung pada suhu benda yang mengeluarkan radiasi. Semakin tinggi suhu benda yang
mengeluarkan radiasi, semakin tinggi pula intensitas radiasinya
Ø tubuh hewan (kulit, rambut, dan bulu) menyerap panas radiasi dengan baik
Ø berjemur pada hewan (khususnya poikiloterm) untuk menaikkan atau memperoleh panas
tubuh
d. Evaporasi
Proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas. misalnya pada mekanisme ekskresi kelenjar
keringat.atau Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan
dalam bentuk gas. Evaporasi air dari permukaan cairan yang kehilangan beberapa molekulnya
yang berubah menjadi gas. Evaporasi air dari seekor hewan memberi efek pendinginan yang
signifikan pada permukaan hewan itu.
Evaporasi:
Ø Cara penting untuk melepaskan panas tubuh
Ø Hewan yang tidak memiliki kelenjar keringat, jika tubuhnya panas, penguapan melalui saluran
pernafasan dengan cara terengah-engah (pada anjing diikuti dengan menjulurkan lidahnya)
Ø Jika suhu tubuh meningkat, keringat akan membasahi kulit, selanjutnya keringat akan
menyerap kelebihan panas dari tubuh dan mengubahnya menjadi uap, setelah keringat
mengering, suhu tubuh pun turun
Suhu tubuh hewan, endoterm dan ektoterrn tergantung pada jumlah panas(kalori) per unit
masa jaringan. Jaringan terdiri terutama atas air, sehingga kapasitas panas jaringan antara 0o –
40o C kira-kira 1,0 kalori per o C per gram. Berarti makin luas hewan makin besar panas tubuh
menentukan suhu hewan. Kecepatan perubahan panas tubuh tergantung pada:
1. Kecepatan produksi panas melalui aktivitas metabolic
2. Kecepatan penambahan panas
3. Kecepatan kehilangan panas kelingkungan
Jadi panas tubuh dan selanjutnya suhu tubuh seekor hewan dapat diregulasi dengan mengubah
kecepatan produksi panas dan perpindahan panas (transfer panas).

C. Produksi Panas
Pada hewan ada mekanisme yang mempengaruhi kecepatan panas tubuh guna menstabilkan
suhu tubuhnya (termoregulasi), diantaranya:
1. Mekanisme tingkah laku
2. Mekanisme otonomik, seperti mempercepat metabolisme simpanan energi.
3. Mekanisme adaptif atau aklimatisasi, yang lebih lamban dibandingkan mekanisme yang
lain. Yaitu memproduksi penambahan panas pada metabloisme basal.
Kecepatan transfer panas ke dalam atau keluar tubuh dipengaruhi oleh tiga faktor:
1. Luas permukaan. Luas permukaan per gram berbanding terbalik dengan peningkatan
massa tubuh. Ini berarti bahwa hewan kecil memiliki suatu aliran panas lebih tinggi per unit
berat tubuh.
2. Perbedaan suhu. Makin dekat seekor hewan menjaga suhu tubuhnya ke suhu lingkungan
makin sedikit panas akan mengalir ke dalam atau keluar tubuhnya.
3. Konduktansi panas spesifik permukaan tubuh hewan. Permukaan jaringan poikiloterm
memiliki konduktansi panas yang tinggi, sehingga hewan ini memiliki suhu tubuh mendekati
suhu lingkungan (kecuali apabilal hewan berjemur di panas matahari).
Hewan homeoterm memiliki bulu, rambut atau lapisan lemak untuk mengurangi konduktansi
permukaan tubuhnya. Insulasi seperti ini menimbulkan perbedaan suhu antara pusat tubuh
dengan lingkungan hewan yang berjarak beberapa milimeter atayu sentimeter, sehingga
perbedaan temperatur kurang besar, jadi kecepatan aliran panas dikurangi. Sifat yang penting
dari rambut dan bulu adalah menyerap dan menahan panas, sehingga memiliki konduktivitas
panas yang rendah, jadi tidak merambatkan panas.
D. Termoregulasi Pada Hewan Poikiloterm.
Suhu tubuh hewan poikilotermik ditentukan oleh keseimbangannya dengan kondisi suhu
lingkungannya, dan berubah seperti berubah-ubahnya suhu lingkungan. Pada hewan
poikiloterm air, misalnya kerang, udang, dan ikan, suhu tubuhnya sangat ditentukan oleh
keseimbangan konduktif dan konvektif dengan air mediumnya, dan suhu tubuhnya mirip suhu
air. Hewan memproduksi panas internal secara metabolik, dan ini mungkin meningkatkan suhu
tubuh di atas suhu air. Namun air menyerap panas begitu efektif dan hewan poikilotermik tidak
memiliki insulasi sehingga perbedaan suhu hewan dengan air sangat kecil.
Pada hewan poikilotermik darat, misalnya katak, keong dan serangga, suhu tubuhnya dapat
lebih mendekati suhu udara lingkungan. Input radiasi panas dari matahari atau sumber lain
mungkin meningkatkan suhu tubuh di atas suhu lingkungan, dan penguapan air melalui kulit dan
organ-organ respiratori menekan suhu tubuh beberapa derajat di bawah suhu lingkungan.
Hewan darat dapat memelihara keseimbangann tubuh dengan mengurangi penguapan dan
kehilangan panas lewat konduksi dan memaksimalkan penambahan panas melalui radiasi dan
panas metabolik. Sianar matahari digunakan oleh serangga dan reptil sebagai sumber eksternal
tubuhnya. Untuk meningkatkan jumlah panas yang dapat diserap, hewan tergantung pada
warna tubuh dan orientasinya relatif terhadap matahari. Banyak hewan yang dapat merubah
warna kulitnya melalui penyebaran dan kontraksi sel-sel pigmen hitam paada kulitnya. Karena
hampir separuh energi matahari berada dalam cahaya tampak, kulit berwarana gelap akan
menyerap energi panas matahri daripada berwarna cerah.
E. Termoregulasi Pada Hewan Homeoterm.
Hewan homeoterm mempunyai suhu tubuh yang konstan pada berbagai suhu lingkungan yang
berubah-ubah. Kebnyakan burung dan mamalia dan lingkungannya yang normal akan
mempertahankan suhu tubuhnya di atas duhu lingkungannya. Suhu bagian dalam mamalia
umunya berkisar antara 37-40o C, sedangkan golongan burung mempunyai suhu tubuh sedikit
lebih tinggi yaitu 41-42,5o C. Kondisi homeotermik menyangkut keseimbangan yang serasi antar
dua faktor, yaitu”
1. Produksi panas
2. Kehilangan panas
Laju produksi panas dan kehilangan panas pada hewan sangat bervariasi, tergantung pada
kondisi lingkungannya (panas, dingin), aktivitasnya (diam, aktif). Untuk memelihara
keseimbanagn suhu tersebut, hewan homeoterm melakukan regulasi kimiawi dan regulasi fisik.
Regulasi kimiawi menyangkut produksi panas metabolik, sedangkan regulasi fisik menyangkut
kegiatan fisik untuk memodifikasi kehilangan panas.

F. Respon Terhadap Dingin dan Panas.


Jika hewan homeoterm dihadapkan pada suhu lingkungan yang ekstrem, maka tingkat aktivitas
termiregulatori untuk memelihara kekonstanan suhu tubuhnya meningkat sesuai dengan
perubahan suhu lingkungan. Hewan endoterm dapat meregulasi suhu tubuhnya dengan
mengatur kecepatan kehilangan panas melalui pengaturan hantaran permukaan tubuh.
Penyesuaian ini termasuk respon-respon seperti respon vasomotor, perubahan pose tubuh,
regulasi pilomotor, dan kefektivan insulasi bulu dan rambut. Dalam rentangan suhu ini bulu dan
rambut ditegakkan oleh otot pilomotor dalam kulit untuk menyediakan lapisan udara tenang
yang tebal, dan pada ujung atas rentangan suhu ini bulu dan rambut ditempelkan ke kulit.
Bila suhu lingkungan diturunkan, hewan endoterm akan merespon dengan berbagai reflek yang
cenderung mengkonservasi panas. Pembuluh darah di kulit akan menyempit, rambut dan bulu
dapat berdiri, dan hewan akan mempersempit permukaan tubuhnya yang bersinggungan
dengan udara. Misalnya menekuk tubuhnya dan menyembunyikan anggota tubuh.
Pada suhu yang moderat kecepatan basal produksi panas seimbang dengan kehilangan suhu ke
lingkungan. Rentangan suhu moderat ini disebut zona suhu netral. Di bawah suhu netral hewan,
endoterm meningkatkan produksi panas di atas tingkat basal agar mengimbangi kehilangan
panas (termogenesis). Produksi panas akan meningkat secara linier dengan penurunan suhu
sampai di bawah suhu kritis bawah. Antara zona suhu netral dengan suhu kritis bawah ini disbut
dengan zona regulasi metabolik.
Bila suhu lingkungan berada dibawah suhu kritis bawah, mekanisme regulasi akan gagal, tubuh
mendingin, kecepatan metabolik turun. Dalam keadaan ini hewan berada dala zona hipotermia.
Dimana produksi panas metabolik tidak dapat mengimbangi turunnnya suhulingkungan. Bila
suhu lingkungan naik lebih tinggi dari suhu netral, maka hewan akan melakukan aktivitas yang
cenderung melepaskan (membuang) panas, misalnya masuk ke dalam air dan sebagainya.
Peningkatan suhu hanya dapat ditoleransi oleh hewan homeoterm sampai suhu kritis atas.
Antasa zona suhu netral dengan suhu kritis atas disebut zpna termoregulasi fisik. Di atas zona ini
pelepasan panas oleh hewan tidak dapat mengimbangi naiknya suhu lingkunan sehingga suhu
tubug akan ikut naik.
G. Termoregulasi Pada Hewan Heterotermik
Heterotermik adalah hewan yang mampu memproduksi panas endotermik dalam berbagai
tingkat, tetapi umumnya tidak meregulasi suhu tubuhnya dalam rentangan pendek.
Heterotermik mungkin dapat dibedakan menjadi dua kelompok: heterotermik temporal dan
heterotermik regional. Heterotermik temporal merupakan suatu kategori yang luas, dimana
suhu tubuh hewan dapat berbeda setiap saat, misalnya terdapat pada serangga terbang, phyton
dan beberapa ikan, yang dapat meningkatkan suhu tubuh di atas suhu lingkungan dengan sifat
panas yang dibangkitkan sebagai suatu hasil yang melibatkan aktivitas otot. Sedangkan
heterotermik regional sebenarnya adalah poikilotermik seperti teleostei besar yang dapat
mncapai suhu tubuh dalam (suhu jaringan dalam) cukup tinggi melalui aktivitas otot, sementara
jaringan periferal dan ekstremitas mendekati suhu lingkungannya. Contoh pada ikan hiu, tuna
dan pada serangga terbang.
H. Adaptasi Pada Termoregulasi hewan
Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai
contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan
perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas.
Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara
berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan
panas di dalam sarangnya.
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan
rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi
pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk
mengurangi kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya
dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk
menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh
dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian
adalah salah satu perilaku unik dalam termoregulasi.
Jenis-Jenis Dan Macam-Macam Adaptasi pada termoregulasi berbagai hewan:
1. AdaptasiMorfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan
organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan sebagainya yang
runcing dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri,
domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya lebih banyak dipakai untuk
memotong rumput atau daun dan mengunyah makanan.
2. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang
menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan
baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta yang punya kantung
air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka
waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk bertahan
di daerah dingin.
3. Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku terhadap
lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai dengan
warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri (Soewolo,
2000).

DAFTAR PUSTAKA

Bima, 2006. Pengaturan Suhu Tubuh. http://bima.ipb .ac.id/~tpb/ materi/bio100/ Materi/ suhu_
tubuh .html.
Diakses tanggal 16 sep 2013
Isnaini, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Santoso, Putra. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang. Universitas Andalas
Soewolo, 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta : Proyek Pengembangan Guru Sekolah
Menengah IRBD Loan No. 3979. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional.
Kukus,Yondry, Wenny Supit dan Fransiska Lintong. 2009. Suhu tubuh:Homeostasi dan efek
kinerja padatubuh manusia. (online: ejournal. unsrat.ac .id/index .php/biomedik/ article/view/
824.

Anda mungkin juga menyukai