m.jakfaramir@yahoo.com
November 14, 2013
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat
waktu. Terima kasih saya ucapkan kepada teman – teman yang telah membantu dalam
pembuatan tugas ini.
Saya sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan saya mengenai hewan yang di presentasikan sebagai hewan endothermik dan
ektotermik. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang saya harapkan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa sarana yang membangun .
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui contoh hewan yang mempresentasikan sebagai hewan endotermik
dan ektotermik. Dapat membedakan hewan mana yang termasuk ke dalam hewan endotermik
dan mana yang termasuk hewan ektotermik. Juga dapat mengklasifikasikan hewan jenis
endotermik dan hewan ektotermik.
1.1.Manfaat
Menambah pengetahuan tentang hewan yang di presentasikan sebagai hewan
ektotermik dan hewan endotermik. Memahami perbedaan antara hewan endotermik dan
hewan ektotermik. Dapat mengklasifikaikan hewan jenis endotermik dan hewan ektotermik.
Memahami karakterisktik dari hewan endotermik maupun hewan ektotermik
BAB II
PEMBAHASAN
Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan
luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan
sistem metabolismenya hanya sedikit.
Hewan-hewan ektoterm, yaitu semua jenis hewan kecuali aves dan mamalia,
merupakan kelompok hewan yang panas tubuhnya tergantung dari panas dari luar tubuhnya,
yaitu lingkungan. Daya mengatur yang dipunyainya sangat terbatas sehingga suhu tubuhnya
bervariasi mengikuti suhu lingkungannya. Hal ini menyebabkan hewan poikiloterm memiliki
rentang toleransi yang rendah, dalam artian niche pokok hewan ini sempit. Ketika suhu
lingkungan tinggi, di luar batas toleransinya, hewan ektoterm akan mati sedangkan ketika
suhu lingkungan yang lebih rendah dari suhu optimumnya, aktivitasnya pun rendah dan
hewan menjadi sangat lambat, sehingga mudah bagi predatornya untuk menangkapnya.
Daya mengatur pada hewan ektoterm, bukan dari adaptasi fisiologis melainkan lebih
berupa adaptasi perilaku. Misalnya, bergerak mencari tempat yang teduh apabila hari terlalu
panas dan berjemur dipanas matahari bila hari dingin. Diantara suhu yang terlalu rendah dan
terlau tinggi, laju metabolisme hewan ektoterm meningkat dengan naiknya suhu dalam
hubungan eksponensial.
Contoh hewan yang tergolong ektoterm yaitu ikan salmon (22 oC), ikan saumon (18
C), crapaud bufo boreas (27 oC), alligator (buaya) (32 – 35 oC), iguana 38 oC), lezard anolois
o
Suhu pada lingkungan akuatik relatif stabil sehingga hewah yang hidup di dalamnya
tidak mengalami permasalahan suhu lingkungan yang rumit.
Dalam lingkungan akuatik, hewan tidak mungkin melepaskan panas tubuh dengan evaporasi
Hewan endoterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di
dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan.
Hewan endoterm adalah kelompok hewan yang dapat mengatur produksi panas dari
dalam tubuhnya untuk mengkonstankan atau menaikkan suhu tubuhnya, karena mempunyai
daya mengatur yang tinggi. Hewan endoterm memiliki rentang toleransi terhadap lingkungan
yang lebih panjang dibandingkan hewan ektoterm sehingga niche pokok hewan jenis ini pun
panjang. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas
yang dimilikinya.
Kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas melalui mekanisme
metabolisme ini dikarenakan hewan–hewan endoterm memiliki organ sebagai pusat
pengaturnya, yakni otak khususnya hipotalamus sebagai thermostat atau pusat pengatur suhu
tubuh. Suhu konstan untuk tubuh hewan–hewan endoterm biasanya terdapat di antara 35-40
derajat celcius. Karena kemampuannya mengatur suhu tubuh sehingga selalu konstan, maka
kelompok ini disebut hewan regulator. Misalnya golongan aves dan mamalia, termasuk
manusia. Dalam istilah lain kelompok hewan ini disebut juga sebagai kelompok homeoterm.
Hewan endoterm adalah hewan–hewan yang dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga selalu
konstan berada pada kisaran suhu optimumnya.
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah
elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah
dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-
ahli biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan
dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya
berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm
cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah
anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang
panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan.
Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (aves), dan mamalia.
Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan harus mengatur panas yang diterima atau yang
hilang ke lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4
proses, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah perubahan panas
tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda. Konveksi adalah transfer panas akibat
adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi dapat mentransfer panas
antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari. Evaporasi
proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas.
Pada suhu yang sangat rendah, hewan ektoterm cenderung mengikuti suhu lingkungan
tersebut. Hal ini menyebabkan laju metabolisme ektoterm menjadi turun drastis sedangkan
pada hewan endoterm yang mampu mempertahankan suhu intinya, laju metabolismenya tidak
terlalu terganggu dengan penurunan suhu selama penurunan suhu tersebut masih di batas
toleransi.
Suhu yang semakin tinggi mempengaruhi tingkat respirasi yang ditandai dengan
konsumsi oksigen yang juga semakin meningkat, yang berarti bahwa semakin tinggi suhu
akan semakin tinggi laju konsumsi oksigen suatu hewan. Tingkat konsumsi oksigen yang
tinggi menandakan bahwa hewan memerlukan banyak oksigen untuk melakukan
metabolisme yang terjadi dengan cepat di dalam tubuhnnya untuk menghasilkan energi lebih
banyak yang dibutuhkan oleh hewan tersebut.
Jika suhu sirkulasi darah ke hipotalamus lebih tinggi daripada set point, maka akan
ada sinyal yang menginisiasi mekanisme pendinginan (vasodilatasi kapiler, berkeringat,
napas cepat, dll), sedangkan bila suhu darah lebih rendah daripada suhu set point, maka
sinyal neural akan menginisiasi peningkatan suhu dengan vasokonstriksi kapiler, menggigil,
termogenesis lemak, dll).
Pada hewan ektoterm mekanisme tersebut tidak berjalan, sehingga ektoterm tidak
mampu mengatur suhu tubuhnya sendiri, dan mengandalkan suhu lingkungan. Beberapa
hewan ektoterm mengatur suhu tubuhnya dengan cara berjemur saat matahari baru terbit
sehingga terjadi peningkatan laju metabolisme untuk aktivitas dan menghindari matahari
yang sedang terik di siang hari dengan cara berteduh.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Menurut pendapat saya, penjelasan untuk contoh hewan jenis ikan yang termasuk
kedalam hewan ektotermik kurang banyak.
Iklan
Report this ad
Report this ad