Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu pengetahuan merupakan sebuah ilmu yang ditemukan oleh seorang
ataupun beberapa orang untuk memberikan sebuah manfaat pada diri sendiri
ataupun orang lain. Sebelum adanya ilmu pengetahuan, yakni pada zaman awam
cenderung pengetahuan manusia hanya sekedar mengetahui saja bukan menjadi
sebuah pemikiran yang bermanfaat pada orang lain, seperti pada zaman dahulu
tidak ada sebuah kertas untuk ditulis, melainkan dari dedaunan dan
pepohonan.Dengan adanya ilmu pengetahuan maka muncul sebuah kertas yang
dapat digunakan untuk menjadi lembaran tulisan sampai saat ini.
Berdasarkan penemuan ini tidak langsung muncul menemukan secara tiba-
tiba melainkan membutuhkan proses yang panjang, yakni bagaimana caranya agar
menjadi kertas. Begitu juga dalam Pendidikan, untuk menemukan sebuah metode
pendidikan, strategi pendidikan tentu membutuhkan proses yang panjang. Salah
satu untuk menemukan itu maka harus melakukang penelitian langsung pada
peserta didik. Dengan adanya penelitian itu maka akan muncul ide-ide baru dan
memunculkan teori-teori baru.
Setiap pekerjaan pasti membutuhkan proses penelitian, akan tetapi dalam
penelitian tersebut terdapat sebuah metode yang harus dikuasai agar penelitian itu
tidak sia-sia, salah satu metode tersebut yaitu teknik pengumpulan data. Teknik
pengumpulan data adalah sebuah cara untuk mendapatkan data-data di lapangan
agar hasil penelitian dapat bermanfaat dan menjadi teori baru atau penemuan baru.
Dengan tanpa adanya cara untuk mengumpukan data-data yang ingin diteliti maka
apa yang menjadi tujuan penelitian akan tersia-sia. Adapun salah satu teknik
pengumpulan data yang dimaksud seperti observasi, wawancara, dokumen dan
angket/kuiseoner.Cara tersebut dapat mempengaruhi sebuah penelitian akankah
mendapatkan sebuah data yang valid dan dapat diuji.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka akan dirumuskan masalah yang
akan menjadi pembahasan, adapun rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana cara untuk pengumpulan data ?
2. Apakah yang dimaksud instrument penelitian ?
3. Apa saja jenis-jenis metode atau instrumen pengumpulan data?
4. Apakah yang dimaksud analisis data dan jenis analisis data ?
5. Bagaimana teknik analisis data kuantitatif?
6. Apa saja langkah-langkah dalam analisis data kuantitatif?
7. Bagaimana contoh analisis penelitian kuantitatif ?
1.3 Tujuan
Tujuan merupakan sebuah harapan yang diinginkan dalam penulisan
makalah ini. Adapun tujuan yang dimaksud adalah:
1. Menjelaskan cara untuk mengumpulkan data
2. Mengetahui instrument penelitian
3. Mengetahui jenis metode atau instrument pengumpulan data
4. Mengetahui pengertian analisis data dan jenis dari analisis data
5. Menjelaskan teknik analisis data kuantitatif
6. Mengetahui langkah – langkah dalam analisis data kuantitatif
7. Menjelaskan contoh analisis penelitian kuantitatif

2
BAB II
PEMBAHASAN

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan pada BAB I, pembahasan


masalah akan menyajikan tentang
2.1 Pengumpulan Data
Setiap seseorang mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Untuk melihat apa yang ingin dilihat, mendengar apa yang ingin didengar dan
melakukan apa yang menjadi keinginannya. Dengan anggapan ini maka kadang
mengganggu peneliti dalam mengadakan pengamatan. (Sugiono,2010:137)
Proses pengamatan tidak sembarangan mengamati, melainkan
membutuhkan sebuah keseriusan agar hasil dari mengamati tersebut dapat
menghsilkan hasil yang baik dan bermanfaat. Hasil dari mengamati tersebut
bagaimana caranya agar menjadi data yang valid dan dapat dipertanggung
jawabkan apabila dijadikan sebuah penelitian. Salah satunya dengan cara,
merekam, menfoto dan lainnya. Adapun macam-macam teknik pengumpungan
data dalam makalah ini focus pada dua macam, yaitu teknik pengumpulan data
kuantitatif dan teknik pengumpulan data kualitatif. Pada makalah ini akan dibahas
lebih lanjut teknik pengumpulan data kuantitatif.
Tabel 1. Tabel Metode dan Instrumen Pengumpulan Data.

Sumber : Arikunto (2006)

3
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan
dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap petanyaan
penelitian. Jawaban itu masih perlu diuji secara empiris, dan untuk maksud inilah
dibutuhkan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan ditentukan oleh variabel-
variabel yang ada dalam hipotesis. Data itu dikumpulkan oleh sampel yang telah
ditentukan sebelumnya. Sampel tersebut terdiri atas sekumpulan unit analisis
sebagai sasaran penelitian. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai
proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring
berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup
penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:1630) bahwa metode penelitian adalah
cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya,
sedangkan instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah, dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah.
2.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen pengumpulan data adalah cara-cara
yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Instumen sebagi
alat bantu dalam menggunakan metode pengumpulan data merupakan sarana yang
dapat diwujudkan dalam benda, misalnya tes, kusioner/angket,
interview/wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:149) ada beberapa instrumen yang
namanya sama dengan metodenya, antara lain:
1. Instrumen untuk metode tes adalah tes atau soal tes;
2. Instrumen untuk metode angket atau kusioner adalah angket atau kusioner;
3. Instrumen untuk metode observasi adalah check-list;
4. Instrumen untuk metode dokumentasi adalah pedoman dokumen-tasi atau
dapat juga check-list.

4
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pengertian pengumpulan data
dan instrumen penelitian adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengungkap
berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat dengan menggunakan berbagai cara
dan metode agar proses ini berjalan secara sisitematis dan lebih dapat
dipertanggung jawabkan kevaliditasnya.
2.3 Jenis-jenis Metode atau Instrumen Pengumpulan Data
Secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu Tes dan
Non-test (bukan tes).
2.3.1 Instrumen Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:193) tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok. Dalam membicarakan tes ini akan disampaikan sekaligus alat ukur lain
yang sifatnya terstandar (standardized). Ditinjau dari sasaran atau objek yang akan
dievaluasi, maka dibedakan adanya beberapa macam tes dan alat ukur lain.
a. Tes kepribadian (personality test), yaitu tes yang digunakan untuk
mengungkap kepribadian seseorang. Yang diukur bisa self-concept,
kreativitas, disiplin, kemampuan khusus, dan sebagainya.
b. Tes bakat (aptitude test), yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau
mengetahui bakat seseorang.
c. Tes intelegensi (intelligence test), yaitu tes yang digunakan untuk
mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang
dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur
intelegensinya.
d. Tes sikap (attitude test), yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan
pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.
e. Tes minat (measures of interest), yaitu alat untuk menggali minat
seseorang terhadap sesuatu.
f. Tes prestasi (achievement test), yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.

5
Dalam menggunakan metode tes, peneliti menggunakan instrumen berupa
tes atau soal-soal tes. Soal tes terdiri dari banyak butir tes (item) yang masing-
masing mengukur satu jenis variabel.
2.3.2 Instrumen Non-test (bukan tes)
Instrumen non-tes dapat dibagi menjadi berikut.
2.3.2.1 Wawancara (interview)
Dalam teknik wawanvara ini akan dilakukan apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,
selain itu ingin mengetahui hal-hal yang penting dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. (Sugiono,2010:137)
Dengan adanya teknik pengumpulan data ini berdasarkan pada lapran dari
peneliti sendiri yang didasarkan pada keyakinan pribadi sehingga hasil yang
diinginkan benar-benar valid.Dalam wawancara ini terdapat dua macam, yaitu
wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. (Suharsimi Arikunto,
2010:202)
1. Wawancara terstruktur digunakan apabila sudah terdapat masalah yang
sudah pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dengan demikian,
harus ada persiapan pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada
serponden, pertanyaan itu harus benar-benar disusun dengan rapi.Dalam
wawancara ini selain terdapat pertanyaan-pertanyaan yang sudah ada harus
ada alat bantu lain sebagai pendukung, seperti tipe recorder, HP, Video
dan lainnya sehingga apa yang menjadi jawaban dari responden akan
terekam.
2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana
penelitian tidak membawa pertanyaan-pertanyaan yang tersusun rapi.
Dalam proses wawancara hanya mengugunakan garis-garis besar yang
akan ditanyakan, selebihnya akan dikembangkan ketika sudah ada
dilapangan sehingga hasil wawancara akan luas.Dalam penelitian tidak
terstruktur biasanya digunakan dalam penelitian pendahuluan, dengan
penelitian awal ini akan mendapatkan data-data pendukung untuk
memunculkan permasalahan yang akan diteliti sehingga peneliti dapat

6
menentukan permasalahan atau variable apa yang akan diteliti dengan
pasti
(Sugiono, 2010:140-141)
Dengan demikian wawancara tidak terstruktur ini sangat penting dalam
penelitian, dengan wawancara ini akan mendapatkan masalah yang menjadi focus
penelitian. Namun wawancara ini tidak selamanya digunakan hanya pada
penelitian pendahuluan, di dalam proses penelitian pun tidak masalah, tujuannya
adalah untuk mencari data-data baru yang masih belum tercaver dalam wawancara
terstruktur.Keunggulan teknik interview adalah:
1. Peneliti memiliki peluang atau kesempatan memeperoleh respon atau
jawaban yang relative tinggi dari responden
2. Peneliti dapat memebantu menjelaskan lebih, jika ternyata responden
mengalami kesulitan menjawab yang diakibatkan ketidak jelasan
pertanyaan
3. Peneliti dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti dengan
mengamati reaksi atau tingkah laku yang diakibatkan oleh pertanyaan
dalam proses interview
4. Peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak dapat diungkapkan
dengan cara kuesioner atau observasi.
2.3.2.2 Kuesioner (Angket)
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui. Kusioner dipakai untuk menyebut metode maupun
instrumen. Jadi dalam menggunakan metode angket atau kusioner, instrumen yang
dipakai adalah angket atau kusioner.Kuesioner dapat dibedakan atas beberapa
jenis, tergantung pada sudut pandangan:
1. Dipandang dari cara menjawab, maka ada:
a. Kusioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk
menjawab dengan kalimatnya sendiri.
b. Kusioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih.
2. Dipandang dari jawaban yang diberikan ada:

7
a. Kusioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.
b. Kusioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang
lain.
3. Dipandang dari bentuknya maka ada:
a. Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuioner
tertutup.
b. Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kusioner terbuka.
c. Check list, sebuah daftar, di mana responden tinggal membubuhkan
tanda check (√) pada kolom yang sesuai.
d. Rating-scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh
kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya mulai
dari sangat setuju sampai ke sangat setuju.
Keuntungan Kuesioner:
a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing,
dan menurut waktu senggang responden.
d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-
malu menjawab.
e. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi
pertanyaan yang benar-benar sama.
Kelemahan kuesioner:
a. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada
pertanyaan yang terlewati tidak dijawab, padahal sukar diulang untuk
diberikan kembali kepadanya.
b. Seringkali sukar dicari validitasnya
c. Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja
memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
d. Sering tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos. menurut
penelitian, angket yang dikirim lewat pos angka pengembaliannya
sangat rendah, hanya sekitar 20% (Anderson).

8
e. Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahka kadang-kadang
ada yang terlalu lama sehingga terlambat.
Agar responden merasa dihargai, maka perlu memberikan surat pengantar.
Hal-hal yang harus ada dalam surat pengantar adalah:
1. Alamat responden, lengkap dengan jabatan.
2. Pengantar penyampaian angket.
3. Tujuan mengadakan penelitian.
4. Pentingnya penelitian dilakukan.
5. Pentingnya responden dalam penelitian.
6. Waktu pengisian angket.
7. Waktu dan tempat/alamat pengembalian angket.
8. Penyampaian hasil
9. Ucapan terima kasih kepada responden
10. Tanda tangan pengirim.
11. Nama jelas pengirim.
12. Tanggal pengiriman.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan angket atau kusioner terutama (b)
dan (c), peneliti perlu menyilang jawaban responden dengan data yang diperoleh
melalui metode lain. Istilahnya, peneliti mengatakan cross-check.
Contoh:
Peniliti mengadakan penelitian tentang kerajinan dan semangat kerja
karyawan X. Agar penelitian dapat meraih sejumlah besar responden, peneliti
menggunakan angket. Namun karena angket mengandung kelemahan, yakni
mungkin jawabannya kurang sesuai dengn keadaan sesungguhnya, peneliti teknik
lain untuk cross-check. Secara naluriah, setiap orang ingin tampak baik.
Keinginan ini dicapai dengan menutupi kejelakannya atau membesar-besarkan
kebaikkanya. Waktu untuk menjawab angket sangat sempit, dan responden tidak
takut berbohong kepada peneliti karena hanya berjumpa saat mengisi angket.
Dalam berperilaku sehari-hari, responden tidak dapat lagi berbohong. Perilakunya
dapat dilaksanakan oleh temannya, maka peniliti dapat bertanya informal kepada
teman sejawat untuk cross-check tentang kerajinan dan semangat kerja karyawan
X.

9
Ada pula prinsip penulisan angket :
1. Isi dan tujuan pertanyaan,
2. Bahasa yang digunakan,
3. Tipe dan bentuk pertanyaan,
4. Pertanyaan tidak mendua,
5. Tidak menanyakan yang sudah lupa.
6. Pertanyaan tidak menggiring.
7. Panjang pertanyaan.
8. Urutan pertanyaan.
9. Prinsip pengukuran.
10. Penampilan fisik angket. (Sugiono, 2010:142-144)
Berdasarkan sepuluh prinsip di atas menunjukkan bahwa dalam penulisan angket
tidak sekedar menyusun pertanyaan, melainkan harus berpegang pada prinsip
yang sudah ditentukan.
2.3.2.3 Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang,
maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga pada obyek-obyek alam
yang lain.(Sugiono, 2010:145-146)
Observasi dapat di bagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Observasi non-sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak
menggunakan instrumen pengamatan.
b. Observasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan
pedoman sebagai instrumen pengamatan.
Sedangkan, observasi dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Sign system digunakan sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran
sebagai sebuah potret sesuai pengajaran. Instrumen tersebut berisi sederetan
sub-variabel. Misalnya guru menerangkan, guru menulis di papan tulis, guru
bertanya kepada kelompok, guru bertanya kepada seorang anak, guru
menjawab, murid berteriak,dsb. Setelah pengamatan dalam satu periode
tertentu misalnya 5 menit, semua kejadian yang telah muncul di cek. Kejadian

10
yang muncul lebih ari satu kali dalam satu periode pengamatan, hanya di cek
satu kali. Dengan demikian akan diperoeh gambar tentang apa kejadian yang
muncul dalam situasi pengajaran.
b. Category system adalah sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah
variabel misalnya pengamatan ingin mengetahui keaktivan atau partisipasi
murid dalam proes belajarmengajar. Dalam hal ini pengamat hanya
memperhatikan kejadian-kejadian yang masuk ke dalam kategori keaktifan
atau partisipasi murid misalnya: murid bertanya, murid berdebat dengan guru,
murid membahas pertanyaan, dsb.
Dalam penelitian pendidikan, pengambilan data dengan menggunakan
metode observasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Observasi terbuka, yaitu pada posisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan
tugasnya di tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara terbuka,
sehingga antara responden dengan peneliti terjadi interaksi secara langsung.
b. Observasi tertutup, yaitu pada kondisi ini kehadiran peneliti dalam
menjalankan misinya, yaitu mengambil data dari responden, tidak diketahui
responden yang bersangkutan.
c. Observasi tidak langsung, yaitu pada kondisi inipeneliti dapat melakukan
pengambilan data dari responden walaupun mereka tidak hadir secara
langsung di tengah-tengah responden.
2.3.2.4 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik mendapatkan data dari berbagai sumber
media, baik dari dokumen, video, camera, surat kabar, makalah, bulletin dan
lainnya, dengan adanya dokumen ini akan terdapat informasi yang sekiranya
sesuai dengan variable penelitianDalam uraian tentang studi pendahulan, telah
disinggung pula bahwa sebagai objek yang diperhatikan (ditatap) dalam
memperoleh informasi, kita memperhatikan tiga macam sumber, yaitu tulisan
(paper), tempat (place), dan kertas atau orang (people). Dalam mengadakan
penelitian yang bersumber pada tulisan inilah kita telah menggunakan metode
dokumentasi.
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-

11
benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen
rapat, catatan harian, dsb. Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan:
a. Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan
dicari datanya.
b. Check-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Dalam hal ini
peneliti tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang
dimaksud.
Dalam pengertian yang lebih luas, dokumen bukan hanya yang berwujud
tulisan saja, tetapi dapat berupa benda-benda peninggalan seperti prasasti dan
simbol-simbol. Metode dokumentasi ini dapat merupakan metode utama apabila
terdiri melakukan pendekatan analisis isi (content analysis). Untuk penelitian
dengan pendekatan lain pun metode dokumentasi juga mempunyai kedudukan
penting. Jika peniliti memang cermat dan mencari bukti-bukti dari landasan
hukum dan peraturan atau ketentuan, maka penggunaan metode dokumentasi
menjadi tidak terhindarkan.
Dari beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif ini
akan mendapatkan data-data yang diharapkan valid dan sesuai dengan harapan
peneliti sehingga penelitian yang dilakukan tidak sia-sia. (Suharsimi Arikunto,
2010:206)
2.4 Pengertian Analisis Data dan jenis-jenis analisis data
Menurut Ardhana (dalam lexy j. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa
analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam
suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
Menurut taylor, (1975: 79) mendefinisikan analisis data sebagai proses
yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan
bantuan dan tema pada hipotesis.
Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan
pengorganisasian data sedangkan yang ke dua lebih menekankan maksud dan
tujuan analisis data. Dengan demikian definisi tersebut dapat disintesiskan bahwa
analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

12
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.Atau dengan
kata lain analisis data adalah proses telaah dan pencarian makna dari data yang
diperoleh untuk menemukan jawaban dari masalah penelitian.
Jenis-Jenis Analisis Data
Dalam rangka analisis dan interpretasi data, perlu dipahami tentang keberadaan
data itu sendiri. Secara garis besar, keberadaan data dapat digolongkan ke dalam
dua jenis data, yaitu :
1. Data bermuatan kualitatif
Data bermuatan kualitatif disebut juga dengan data lunak. Data semacam ini
diperoleh melalui penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, atau
penilaian kualitatif.Keberadaan data bermuatan kualitatif adalah catatan
lapangan yang berupa catatan atau rekaman kata-kata, kalimat, atau paragraf
yang diperoleh dari wawancara menggunakan pertanyaan terbuka, observasi
partisipatoris, atau pemaknaan peneliti terhadap dokumen atau peninggalan.
2. Data bermuatan kuantitatif
Keberadaan data bermuatan kuantitatif adalah angka-angka (kuantitas), baik
diperoleh dari jumlah suatu penggabungan ataupun pengukuran.Data
bermuatan kuantitatif yang diperoleh dari jumlah suatu penggabungan selalu
menggunakan bilangan cacah.Contoh data seperti ini adalah angka-angka hasil
sensus, angka-angka hasil tabulasi terhadap jawaban terhadap angket atau
wawancara terstruktur.Adapun data bermuatan kuantitatif hasil pengukuran
adalah skor-skor yang diperoleh melalui pengukuran, seperti skor tes prestasi
belajar, skor skala motivasi, skor timbangan, dan semacamnya.
2.5 Teknik Analisis Data Kuantitatif
Analisis data dalam kuantitatif menggunakan pendekatan statistik.Dalam
teknik analisis data menggunakan statistik, terdapat dua macam statistik yang
digunakan yaitu statistik deskriptif dan inferensial.Statistik inferensial meliputi
statistik parametris dan non parametris.
2.5.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul. Sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

13
berlaku untuk umum atau generalisasi.Analisis ini hanya berupa akumulasi data
dasar dalam bentuk deskripsi semata dalam arti tidak mencari atau menerangkan
saling hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau melakukan penarikan
kesimpulan.
Teknik analisis ini biasa digunakan untuk penelitian-penelitian yang
bersifat eksplorasi, yaitu peneliti ingin mencoba untuk mengungkap dan
mendeskripsikan hasil penelitiannya.Misalnya ingin mengetahui persepsi
masyarakat terhadap kenaikan harga bbm, ingin mengetahui sikap guru terhadap
pemberlakuan uu guru dan dosen, ingin mengetahui minat mahasiswa terhadap
profesi guru, dan sebagainya.Teknik statistik yang digunakan adalah statistik
deskriptif.
Teknik analisis statistik deskriptif yang dapat digunakan antara lain:
a. Penyajian data dalam bentuk tabel atau distribusi frekuensi dan tabulasi
silang (crosstab). Dengan analisis ini akan diketahui kecenderungan hasil
temuan penelitian, apakah masuk dalam kategori rendah, sedang atau
tinggi.
b. Penyajian data dalam bentuk visual seperti histogram, poligon, ogive,
diagram batang, diagram lingkaran, diagram pastel (pie chart), dan
diagram lambang.
c. Penghitungan ukuran tendensi sentral (mean, median modus).
d. Penghitungan ukuran letak (kuartil, desil, dan persentil).
e. Penghitungan ukuran penyebaran (standar deviasi, varians, range, deviasi
kuartil, mean deviasi, dan sebagainya).
Yang termasuk dalam statistik deskriptif antara lain distribusi frekuensi,
distribusi persen dan pengukuran tendensi sentral.
2.5.2 Statistik Inferensial
Statistik inferensial, (sering juga disebut statistik induktif atau
statistik probabolitas) adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok
digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas dan teknik pengambilan
sampel dari populasi itu dilakukan secara random. Statistik ini disebut statistik
probabilitas, karena kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi berdasarkan

14
data sampel itu kebenarannya bersifat peluang (probability). Suatu kesimpulan
dari data sampel yang akan diberlakukan untuk populasi itu mempunyai peluang
kesalahan dan kebenarannya (kepercayaan) dan yang dinyatakan dalam bentuk
prosentase. Bila peluang kesalahan 5% maka taraf kepercayaan 95%, bila peluang
kesalahan 1%, maka taraf kepercayaan 99%.Peluang kesalahan dan kepercayaan
ini disebut dengan taraf signifikansi.Penggunaan statistik parametris dan
nonoparametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis.
a. Statistik Parametris
Pada statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi
melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel.Dalam
statistik hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol, karena tidak dikehendaki adanya
perbedaan antara parameter populasi dan statistik (data yang diperoleh dari
sampel).Teknik analisis statis meliputi korelasi pearson (pearson product moment
correlation), korelasi spearman, dan uji t.
1. Korelasi pearson (pearson product moment correlation)
Kegunaan : menentukan hubungan antara dua variable yang berskala interval
(skala yang menggunakan angka sebenarnya), korelasi ini termasuk kedalam uji
statistik parametrik. Besarnya korelasi 0-1.Korelasi dapat berupa positif yang
artinya searah jika variabel besar maka variabel kedua juga besar pula.Korelasi
negatif (berlawanan arah jika variabel pertama besar maka variabel kedua kecil).
Patokan hasil perhitungan korelasi sebagai berikut :
< 0,20 : hubungan dapat dianggap tidak ada
< 0,20-0,40 : hubungan ada tetapi rendah
< 0,40-0,70 : hubungan cukup
> 0,70-0,90 : hubungan tinggi
> 0,90-1,00 : hubungan sangat tinggi
b. Statistik nonparametris
Statistik nonparametris tidak menguji parameter populasi, tetapi menguji
distribusi.Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data
interval dan rasio, sedangkan statistik nonparametris kebanyakan digunakan untuk
menganalisis data nominal, ordinal.Dalam tabel terlihat bahwa statistik parametris
digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio, dan nonparametris

15
digunakan untuk data nominal dan ordinal.Jadi untuk menguji hipotesis dalam
penelitian kuantitatif yang menggunakan statistik, ada dua hal utama yang harus
diperhatikan yaitu macam data dan bentuk hipotesis yang diajukan.Teknik analisis
statistik non parametric adalah sebagai berikut.
1. Korelasi spearman (spearman rank order correlation)
Kegunaan: korelasi spearman berfungsi untuk menentukan besarnya
hubungan dua variable (gejala) yang berskala ordinal atau tata jenjang.
Biasanya data yang dianalisis adalah angka yang berjenjang misalnya 1, 2,
3, 4, 5.Angka tersebut hanya simbol saja.Oleh karena itu, korelasi ini
termasuk uji statistik non parametrik.
Contoh :
Perusahaan iklan ingin mengetahui jenis iklan apa yang paling disukai
yang ditayangkan di televisi dan radio dan apakah ada korelasi atau
hubungan antara iklan di televisi dan di radio.
2. Chi square
Kegunaan: untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variable bebas
dengan variable tergantung, syarat untuk menggunakan chi square adalah
data harus berskala nominal.
Contoh kasus :
Sebuah perusahaan baju wanita ingin melakukan penelitian mengenai
hubungan antara kontras suara dan keputusan membeli baju. Kita akan
mencari apakah ada hubungan atau tidak antara variabel kontras warna
dengan keputusan membeli baju.
2.6 Langkah-Langkah dalam Analisis Data Kuantitatif
Sebaiknya peneliti harus melakukan analisis terhadap data yang telah
dikumpulkan di lapangan (field research) dan peneliti juga harus melewati proses
pengolahan data terlebih dahulu. Menurut neuman proses pengolahan data
kuntitatif dapat dibagi dengan tiga tahap: coding data; entering data
dan cleaning data. Dalam makalah ini akan di bahas bagaimana proses data
kuantitatif secara ringkas sebagai berikut ini dengan tahapan pengkodean dan
pemasukan data, analisis data dan pengujian teori. (Neuman, 1997:294)

16
2.6.1 Coding Data / Pengkodean Data
Pengkodean adalah pemberian lambang tertentu dapat berupa nomor atau
angka dalam suatu lembaran tabulasi yang sudah dikumpulkan dan dapatlah
dilakukan pengolahan data dengan melalui coding data dan yang dimaksud
dengan coding disini adalah usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban para
responden menurut macam-macamnya. Klasifikasi itu dilakukan dengan jalan
menandai masing-masing jawaban itu dengan tanda kode tertentu, lazimnya dalam
bentuk angka. Disini setiap macam jawaban (atau secara teknis disebut “setiap
kategori jawaban”) pada dasarnya berarti menetapkan kategori mana yang
sebenarnya tepat bagi sesuatu jawaba tertentu itu.(Koentjaraningrat,1997:272)
Contoh dalam suatu penelitian di ajukan antara lain sebuah pertanyaan
yang berbunyi, “bagaimanakah kesan saudara terhadap kebersihan kota ini?
Menanggapi pertanyaan ini, para responden akan memberikan jawaban-jawaban
yang tentu saja tidak akan terumus dalam rumusan yang seragam,. Ragam-ragam
jawaban itu mungkin akan berbunyi sebagai berikut:
“wah! Kebersihan kota ini menyedihkan sekali”
“saya kira cukup bersih“.
“dikatakan bersih sih sulit; mau dikatakan kotor kok yang sulit“.
“ah, entahlah ya!“
Kita andaikan saja dalam contoh ini jawaban-jawaban tersebut di atas telah
di edit, maka jawaban-jawaban itu telah siap untuk di kode. Dalam tahap coding
ini, jawaban yang beragam-ragam (atau dalam istilah teknisnya „yang tak
berstruktur“) itu harus digolong-golongkan menurut macam-macamnya kedalam
kategori-kategori. Neuman menyebutkan bahwa coding data ini diartikan adalah
memberikan tanda-tanda ulang secara sistematis daftar jawaban kedalam suatu
format yang mudah dipahami.
Data yang dikumpulkan dapat berupa angka, kalimat pendek atau panjang,
ataupun hanya „ya“ atau „tidak“. Untuk memudahkan analisis maka jawaban-
jawaban tersebut perlu diberi kode. Pemberian kode kepada jawaban sangat
penting artinya, jika pengolahan data dilakukan dengan computer.Mengkode
jawaban adalah menaruh angka pada tiap jawaban.

17
Pemberian kode dapat diakukan dengan melihat jenis pertanyaan dan
jawaban, dalam hal ini dapat dibedakan:
1. Jawaban yang berupa angka
2. Jawaban dari pertanyaan tertutup
3. Jawaban pertanyaan semi terbuka
4. Jawaban pertanyaan terbuka
5. Jawaban pertanyaan kombinasi
Jawaban responden bisa dalam bentuk angka.Pertanyaan tentang
pendapatan perbulan, jawabannya sudah pasti dalam bentuk angka. Misalnya
Rp.149.500,-. Begitu juga dalam mengukur berat, misalnya berat tongkol jagung,
maka jawabannya sudah jelas dalam bentuk angka. Begitu juga angka dalam
produksi, luas garapan dan sebagainya.Untuk jawaban dalam bentuk angka ini,
maka angka untuk kode adalah angka jawaban itu sendiri.(Mohammad Ali,
1992:79)
2.6.2 . Entering data / pemasukan data
Pemasukan data ini adalah suatu cara dalam membuat kode dengan
menggunakan computer pada IBM coding sheet. Coding sheet adalah lembaran
kertas yang mempunyai 80 kolom dan 25 baris. Jika data yang dikode melebihi
dari 80 kolom, maka cara yang dilakukan adalah, pertama menyambung data
responden tersebut ke baris kedua. Kedua menyambung kode pada baris yang
sama kelembaran kedua dari coding sheet.
Sebelum kode dimasukkan dalam coding sheet maka terlebih dahulu
ditentukan kolom-kolom berupa yang digunakan oleh variabel dan bagian format-
formatnya.Hal ini diatur dalam buku kode (sebagai panduan dalam mengisi kode
kedalam coding sheet).
2.6.3 Cleaning data
Melakukan pengecekan kembali untuk melihat keakuratan coding data.
Cleaning data terdiri dari possibel code cleaning dan contingensi cleaning.[11]
Possible code cleaning adalah mengecek seluruh kategori variable pada tiap-tiap
kode. Sedangkan contingensi cleaning meliputi cross-clossifying dua variable dan
melihat dengan kemungkinan pada logika.

18
2.7 Contoh Analisis Penelitian Kuantitatif
Ciri analisis kuantitatif adalah selalu berhubungan dengan angka, baik
angka yang diperoleh dari pencacahan maupun penghitungan.Data yang telah
diperoleh dari pencacahan selanjutnya diolah dan disajikan dalam bentuk yang
lebih mudah dimengerti oleh pengguna data tersebut.Sajian data kuantitatif
sebagai hasil analisis kuantitatif dapat berupa angka-angka maupun gambar-
gambar grafik.
2.7.1 Analisis Kuantitatif Deskriptif
Seorang dosen Statistik Pendidikan tertarik untuk meneliti Kemampuan
Statistik Pendidikan mahasiswa. Untuk keperluan tersebut peneliti melihat nilai
Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Semester dalam matakuliah yang
diberikannya kepada 14 mahasiswa semester 4 di salah satu perguruan tinggi.
Setelah melakukan studi dokumenter diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 2.Skor Ujian Statistik Pendidikan Mahasiswa Semester V.
Nama
Nilai U T S Nilai U A S Statistik Pendidikan
Mahasiswa
A 65 70 67,5
B 70 73 71,5
C 75 80 77,7
D 73 71 72
E 60 75 67,5
F 65 72 68,5
G 74 80 77
H 68 74 71
I 67 78 72,5
J 65 78 71,5
K 80 82 81
L 78 81 79,5
M 76 78 77
N 72 80 76
N = 14

19
Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana kualifikasi kemampuan
mahasiswa tersebut dalam mata kuliah Statistik pendidikan, baik ditinjau dari nilai
Ujian Tengah Semester maupun Ujian Semester, skor-skor tersebut dikonversi
menjadi nilai. Pengkonversian skor menjadi nilai dapat dipergunakan pendekatan
Penilaian Acuan Norma (PAN) atau Penilaian Acuan Patokan (PAP). Jika
pendekatan pertama (PAN) yang dipergunakan, maka norma yang dijadikan
standar adalah nilai Rata-rata (Mean) dan Standar Deviasi (SD) masing-masing
nilai variabel. Namun, jika yang dipergunakan pendekatan kedua (PAP), maka
standarnya adalah standar nilai yang dimiliki oleh lembaga yang bersangkutan.
Misalnya STAIN Jember memiliki standar nilai prestasi hasil belajar mahasiswa
sebagai berikut:
Tabel 3.Standar Konversi dan Kualifikasinya.
NO SKOR NILAI KODE KUALIFIKASI
1 80 – 100 4 A Baik Sekali
2 70 – 79 3 B Baik
3 60 – 69 2 C Cukup
4 50 – 59 1 D Kurang
5 0 – 49 0 E Sangat Kurang

Dengan berpedoman pada standar di atas, maka skor hasil pengukuran


kemampuan Statistik Pendidikan yang terdapat pada tabel 1 dapat dilakukan
konversi. Melalui cara ini dapat diketahui distribusi nilai berikut kualifikasinya.
Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.Kualifikasi Nilai Ujian Statistik Pendidikan Mahasiswa Semester
VJurusan Tarbiyah STAIN Jember TH. 2001/2002

20
Nilai Ujian Statistik
Nilai UTS
Nama Mhs Semester Pendidikan
Skor Kw Skor Kw Skor Kw.
A 65 C 70 B 67,5 C
B 70 B 73 B 71,5 B
C 75 B 80 A 77,5 B
D 73 B 71 B 72 B
E 60 C 75 B 67,5 C
F 65 C 72 B 68,5 C
G 74 B 80 A 77 B
H 68 C 74 B 71 B
I 67 C 78 B 72,5 B
J 65 C 78 B 71,5 B
K 80 A 82 A 81 A
L 78 B 81 A 79,5 B
M 76 B 78 B 77 B
N 72 B 80 A 76 B
N = 14 1030

Langkah selanjutnya agar hasil konversi nilai memiliki makna lebih jelas,
maka dilakukan kualifikasi berdasarkan jenis-jenis variabel beserta kualifikasinya.
Tabel-tabel berikut merupakan hasil dari prosedur pengerjaan ini. Dari tabel-tabel
tersebut peneliti mulai bisa bicara sesuai dengan keadaan yang termuat di
dalamnya. Misalnya pada tabel 4 peneliti mulai mendeskripsikan bahwa nilai
Statistik Pendidikan mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Jember Semeter V,
tidak tampak (0%) yang berkategori/berkualifikasi Kurang (D) dan Sangat
Kurang (E) tidak tampak (0%). Kualifikasi nilai mereka berkisar antara nilai Baik
Sekali 7%, Baik sebesar 71,43%, dan selebihnya berkualifikasi Cukup 21,43%.
Secara umum dapat dikatakan bahwa nilai Statistik Pendidikan yang diperoleh
mahasiswa Jurusan Tarbiyah termasuk Baik. Hal ini dapat dilihat pula dari nilai
rata-ratanya, yaitu sebesar 73.57.
Tabel 5.Nilai Statistik Pendidikan Mahasiswa Jurusan Tarbiyah

21
Ujian Teng. Sem. Ujian Semester Statistik Pend.
Nilai
F % F % F %
A 1 7 5 35,71 1 7
B 7 50 9 64,29 10 71,43
C 6 42,86 0 0 3 21,43
D 0 0 0 0 0 0
E 0 0 0 0 0 0

2.7.2 Analisis Kuantitatif Inferensial


Pemakaian analisis inferensial bertujuan untuk menghasilkan suatu temuan
yang dapat digeneralisasikan secara lebih luas ke dalam wilayah populasi. Di sini
seorang peneliti akan selalu berhadapan dengan hipotesis nihil (Ho) sebagai dasar
penelitiannya untuk diuji secara empirik dengan statistik inferensial.Jenis statistik
inferensial cukup banyak ragamnya,Peneliti diberikan peluang sebebas-bebasnya
untuk memilih teknik mana yang paling sesuai (bukan yang paling disukai)
dengan sifat/jenis data yang dikumpulkan. Secara garis besar jenis analisis ini
dibagi menjadi dua bagian.Pertama untuk jenis penelitian korelasional dan kedua
untuk komparasi dan/atau eksperimen. Perhatikan tabel berikut:
Tabel 6.Jenis Data dan teknik Analisis Korelasi yang Tepat
Variabel 1 Variabel 2 Teknik Analisis Korelasi
Interval Product Moment
Interval
Ordinal Tata jenjang (lebih tepat untuk N
Ordinal
(rangking) kurang dari 30
(rangking)
Rangking Tau dari Kendall (lebih tepat untuk N
Rangking
Interval kurang dari 10)
Dikhotomi buatan
Interval Biserial
Dikhotomi
Interval Wide Spread biserial
Dikhotomi asli
Dikhotomi Point biserial
Dikhotomi buatan
buatan Tetrachoric
Dikhotomi asli
Dikhotomi asli Korelasi Phi
Kategorik asli
Kategorik asli Chi Kuadrat dilanjutkan Koefisien
atau buatan
atau buatan Kontingensi

22
(Suharsimi Arikunto, 1993: 422)
Untuk jenis penelitian Komparasi dan/atau eksperimen, jika hanya dua
variabel yang diperbandingkan, maka penggunaan t-tes lebih tepat dengan
memperhatikan besar kecilnya data serta sifat hubungan variabelnya. Namun
apabila lebih dari dua variabel, maka penggunaan analisis varians akan lebih
efektif dan efisien. Apalagi sekarang sudah cukup memasyarakat penggunaan
komputer sebagai sarana analisis data.
Mengingat waktu yang sangat terbatas, tentu tidak mungkin semua teknik
statistik tersebut akan dibahas. Pada bagian ini hanya akan diberikan contoh
analisis dengan teknik korelasi Tata Jenjang. Teknik korelasi ini dipergunakan
untuk melihat ada tidaknya hubungan antara dua variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y). Persyaratan yang harus dipenuhi di dalam mempergunakan teknik ini
selain datanya harus berskala ordinal, baik variabel X maupun variabel Y, dan
jumlah kasusnya kurang dari 30 kasus.
Data pada tabel 1 (mahasiswa Jurusan Tarbiyah) dapat dipergunakan
sebagai contoh analisis kuantitatif inferensial. Nilai Ujian Tengah Semester
dianggap variabel bebas (X) dan Nilai Ujian Semester sebagai variabel terikat (Y).
Berhubung teknik statistik inferensial selalu berhubungan dengan hipotesis nihil
(H0), maka terlebih dahulu harus dipersiapkan hipotesis ujinya berupa hipotesis
nihil. Misalnya sebagai berikut:
“Tidak ada hubungan antara nilai Ujian Tengah Semester dengan nilai
Ujian Semester pada mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Jember dalam mata
kuliah Statistik Pendidikan”
Selanjutnya dengan mempergunakan data dari tabel 1 (mahasiswa
Jurusan Tarbiyah) dibuatkan tabel kerja sebagai berikut:
Tabel 7.Tabel Kerja Untuk Menghitung Koefisien Korelasi
Nilai Ujian Tengah Semester (X) dan Ujian Semester (Y)
dalam Matakuliah Statistik Pendidikan
Nama Nilai Rangking
D 2D
Mahasiswa X Y X Y
A 65 70 12 14 -2 4
B 70 73 8 11 –3 9

23
C 75 80 4 4 0 0
D 73 71 6 13 –7 49
E 60 75 14 9 5 25
F 65 72 12 12 0 0
G 74 80 5 4 1 1
H 68 74 9 10 –1 1
I 67 78 10 7 3 9
J 65 78 12 7 5 25
K 80 82 1 1 0 0
L 78 81 2 2 0 0
M 76 78 3 7 –4 16
N 72 80 7 4 3 9
N = 14 – – – – 0 148

Bagaimana melakukan tes signifikansi terhadap hasil di atas? Sama


seperti korelasi Product Moment, maka koefisien korelasi hasil perhitungan
tersebut harus dikonsultasikan atau dibandingkan dengan nilai r dalam tabel.
Bedanya jika r product moment mempergunakan tabel product moment, maka
rho mempergunakan tabel Spearman. Tabel ini terdapat pada lampiran buku-buku
statistik. Jadi koefisien korelasi dari hasil perhitungan di atas (rho = 0,675), jika
dikonsultasikan dengan harga kritiknya ( r tabel). Dengan N sebanyak 14 , dan
tingkat signifikansi 5 % , maka harga r tabel didapat sebesar 0,544. Berarti re> rt,
sehingga hasil uji tersebut membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara
Nilai ujian Tengah Semester dengan Nilai Ujian Semester. Jadi andaikata
berbunyi:
“Tidak ada hubungan antara nilai Ujian Tengah Semester dengan nilai
Ujian Semester pada mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Jember dalam mata
kuliah Statistik Pendidikan”
Maka berdasarkan hasil uji di atas ditolak. Kita tidak mempunyai alasan
untuk menerimanyanya. Jadi kesimpulannya ialah kita menerima , yaitu ada ada
hubungan yang positif antara nilai Ujian Tengah Semester dengan nilai Ujian

24
Semester pada mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Jember dalam mata kuliah
Statistik Pendidikan”
Artinya semakin baik nilai Ujian Tengah Semester, akan semakin baik
pula Nilai Ujian Semester Mata kuliah Statistik Pendidikan Mahasiswa jurusan
Tarbiyah STAIN Jember, dan sebaliknya semakin rendah nilai Ujian Tengah
Semester, semakin rendah nilai Ujian Semesternya.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penelitian merupakan sebuah proses untuk menemukan sebuah teori,
namun tidak sembarangan untuk mendapatkan teori melainkan harus melakukan
teknik pengumpulan data yang sesuai dan baik.Adapun macam-macam teknik
pengumpulan data khususnya kuantitatif dan kualitatif diantaranya: kuantitatif
adalah wawancara, angket, observasi dan dokumentasi.

3.2 Saran
Dalam makalah ini banyak kekurangan yang harus disempurnakan, dengan
demikian sangat mengharapkan masukan dan kritik dan saran untuk memberikan
kontribusi kepada penulis.

26
DAFTAR PUSTAKA

A. Latif, Misno, 2000, Teknik Analisis Data Kuantitatif, Makalah diklat Action
Research Mahasiswa STAIN Jember.
Ali, Mohammad. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Arikunto, Suharsimi.1993.Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Renika Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat.1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta :
Gramedia.
Maqsun Arr. Sofwan, Misno A. Latif.199. Pengantar Statistik Pendidikan,
Jember: FKIP.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.
Neuman, W. Laurence.1997. Social Research,Metods Qualitatif and Quantitatif
Approaches, thirt edition. Boston : Allynand Bacon,.
Sudijono, Anas.1987. Pengantar Statistik Pendidikan.Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiono, 2010.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Wayan Ardana.1982.Beberapa Metode Statistik Untuk Penelitian Pendidikan.
Surabaya: Usaha Nsional.

27

Anda mungkin juga menyukai