Anda di halaman 1dari 12

PEMBUATAN SABUN

LAPORAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum IPA Terapan


yang Dibina Oleh Bapak Drs. Ridwan Joharmawan, M.Si
dan Ibu Erti Hamimi S.Pd., M.Sc

Aulia Rosidatul Ilma (160351606475)


Desi Wulansari (160351606456)
Isna Istihanif (160351606401)
Nur Azizah (160351606417)

Offering B
Kelompok 8

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
April 2019
A. Latar Belakang
Sabun merupakan komoditi hasil olahan minyak kelapa sawit yang populer
yang berfungsi sebagai zat yang mampu membersihkan dan mengangkat benda
asing. Reaksi yang terjadi pada saat pembuatan sabun dari minyak kelapa sawit
disebut reaksi Saponifikasi.
Saponifikasi dilakukan dengan mereaksikan minyak kelapa sawit
(triglisrida) dengan alkali (biasanya menggunakan NaOH atau KOH) sehingga
menghasilkan gliserol dan garam alkali Na (sabun). Saponifikasi juga dapat
dilakukan dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali sehingga menghasilkan
sabun dan air. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang
karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah
meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu
permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah
dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, detergen sintetik telah
menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci.
Sabun yang telah berkembang sejak zaman Mesir kuno ini berfungsi sebagai
alat pembersih. Keberadaan sabun yang hanya berfungsi sebagai alat pembersih
dirasa kurang, mengingat pemasaran dan permintaan masyarakat akan nilai lebih
dari sabun mandi. Oleh karena itu, banyak sabun yang beredar di pasaran
sekarang ditambahkan dengan berbagai bahan-bahan aditif yang berfungsi untuk
menambah nilai guna sabun itu sendiri.
B. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui proses pembuatan sabun
C. Alat dan Bahan
Alat :
1) Wajan / panci
2) Pengaduk
3) Termometer
4) Kompor
Bahan :
1) 120 ml lemak sapi
2) 145 ml minyak zaitun
3) 135 ml NaOH
4) 10 g air
5) Zat warna dan parfum secukupnya

D. Prosedur Percobaan

Dicampurkan lemak dengan minyak sawit kemudian dipanaskan hingga


melebur

Ditambahkan larutan 135 ml (NaOH) dingin hingga tercampur

Ditambahkan larutan zat warna diaduk hingga homogen

Ditambahkan parfum sampai homogen

Dicetak pada cetakan

E. Dasar Teori
Lemak merupakan triester dari gliserol dan asam-asam karboksilat rantai
panjang trigliserida), padat pada suhu kamar, mengandung asam lemak jenuh, dan
banyak terdapat pada hewan, serta tidak larut dalam air (Sunarya, 2007).
Minyak merupakan bagian dari senyawa lipid dan termasuk ester dari gliserol.
Bersifat nonpolar karena tidak larut dalam air. Pada proses pembuatan sabun,
minyak direaksikan dengan senyawa alkali yang berupa NaOH ataupun KOH
(Goldberg, 2008).
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah
trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi
dengan gliserol.Masing– masing lemak mengandung sejumlah molekul asam
lemak dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam
stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran
trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan
natrium hidroksida membebaskan gliserol (Baysinger, 2004).
Sifat – sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi
darikomponen asam – asam lemak yang digunakan.Komposisi asam – asam
lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat
kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon
dihindari penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya
panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang sangat
sukar larut dan sulit menimbulkan busa.Terlalu besar bagian asam – asam lemak
tak jenuh menghasilkan sabun yang mudahteroksidasi bila terkena udara. Alasan –
alasan di atas, faktor ekonomis, dan daya jual menyebabkan lemak dan minyak
yang dapat dibuat menjadi sabun terbatas.
Sabun merupakan senyawa kimia yang dihasikan dari reaksi lemak atau
minyak dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam monovalen dari asam
karboksilat dengan rumus umunya RCOOM, R adalah rantai lurus (alifatis)
panjang dengan jumlah atom C bervariasi, yaitu antara C12 – C18 dan M adalah
kation dari kelompok alkali atau ion amonium (Austin, 1984).
Sabun adalah garam logam dari asam lemak.
Pada prinsipnya sabun dibuat dengan cara mereaksikan asam lemak dan alkali
sehingga terjadi reaksi penyabunan
 Reaksi pertama :
Hidrolisa mendidih
Lemak + NaOH Gliserol + Asam lemak
 Reaksi kedua :
Penyabunan
3RCOOH + NaOH RCOONa + H2O
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus
ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut
dalam zat-zat non-polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam
air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan
tidaklah benar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air
karena membentuk misel (micelles), yakni segerombol (50-150) molekul sabun
yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya
menghadap ke air (Austin, 1984).
Sabun adalah hasil reaksi dari asam lemak dengan logam
alkali.Hasilpenyabunan tersebut diperoleh suatu campuran sabun, gliserol, dan
sisa alkali atau asam lemak yang berasal dari lemak yang telah terhidrolisa oleh
alkali. Campuran tersebut berupa masa yang kental, masa tersebut dapat
dipisahkan dari sabun dengan cara penggaraman, bila sabunnya adalah sabun
natrium, proses pengggaraman dapat dilakukan dengan menambahkan larutan
garam NaCl jenuh. Setelah penggaraman larutan sabun naik ke permukaan larutan
garam NaCl, sehingga dapat dipisahkan dari gliserol dan larutan garam dengan
cara menyaring dari larutan garam. Masa sabun yang kental tersebut dicuci
dengan air dingin untuk menetralkan alkali berlebih atau memisahkan garam NaCl
yang masih tercampur. Sabun kental kemudian dicetak menjadi sabun tangan atau
kepingan dan kepingan. Gliserol dapat dipisahkan dari sisa larutan garam NaCl
dengan jalan destilasi vakum.Garam NaCl dapat diperoleh kembali dengan jalan
pengkistralan dan dapat digunakan lagi (Ralph J. Fessenden, 1992).
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis antara basa-basa alkali dengan asam
lemak yang akan dihasilkan gliserol dan garam yang disebut sebagai sabun. Asam
lemak yang digunakan yaiut asam lemak tak jenuh, karena memiliki paling sedikit
satu ikatan ganda antara atom-atom carbon penyusunnya dan bersifat kurang
stabil sehingga mudah bereaksi dengan unsur lain. Basa alkali yang digunakan
yaitu basa-basa yang menghasilkan garam basa lemah seperti NaOH, KOH,
NH4OH, K2CO3 dan lainnya. Larutan encer sabun selalu terionkan membentuk
anion dari alkil karboksilat, yang aktif sebagai pencuci sehingga sabun alkil
natrium karboksilat disebut azt aktif anion. Gugus RCOO mempunyai sifat ganda,
gugus alkil R bersifat hidrofob (menolak air) sedangkan gugus karboksilat –
COO bersifat hidrofil (Harold. 1982).
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis antara basa-basa alkali dengan asam
lemak yang akan dihasilkan gliserol dan garam yang disebut sebgai sabun. Asam
lemak yang digunakan yaitu asam lemak tak jenuh, karena memiliki paling sedikit
satu ikatan ganda antara atom-atom carbon penyusunnya dan bersifat kurang
stabil sehingga mudah bereaksi dengan unsur lain. Basa alkali yang digunaka
yaitu basa-basa yang menghasilkan garam basa lemah seperti NaOH, KOH,
NH4OH, K2CO3 dan lainnya (Brown, 1973 ).
Saponifikasi merupakan suatu reaksi yang terjadi ketika lemak atau minyak
dicampur dengan larutan alkali dimana akan terbentuk dua produk yaitu sabun dan
gliserin. Reaksi saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Prinsip
dasar dari proses saponifikasi adalah proses terhidrolisisnya lemak atau minyak
oleh larutan basa kuat sehingga menghasilkan gliserol dan sabun. Reaksi dari
proses saponifikasi yaitu (Noverry, 2012).

F. Data dan Hasil Percobaan


Bahan Volume
Lemak/ gajih 125 mL
NaOH 135 mL
Minyak 145 mL
Aroma melati 1 mL
Pewarna 3 tetes
Foto
G. Analisis Data
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan sabun tersebut berbahan dasar
lemak / gajih sapi yang sudah dipanaskan . Dalam percobaan kali ini kami
membuat sabun padat. Pada proses pembuatannya lemak/gajih dipanaskan sampai
mencair, kemudian dicampur lemak 135mL dengan minyak 145mL lalu
dipanaskan sampai suhu ±60˚C sambil diaduk-aduk dan turunkan dari kompor.
Larutan didinginkan sampai suhu 40-50˚C dengan mengamati thermometer untuk
ditambahkan larutan NaOH 135mL secara sedikit demi sedikit diiringi dengan
pengadukan yang merata dan kecepatan meningkat. Selama proses pengadukan
sampai kondisi trace (apabila disentuh membekas) dimasukkan bahan tambahan
yaitu minyak wangi aroma melati dan pewarna yang diinginkan. Setelah adonan
dalam kondisi trace dihentikan pengadukan dan dilanjutkan dengan mencetak
adonan pada tempat-tempat yang sudah disediakan. Disimpan sabun pada suhu
ruang ±7 hari agar mengering dan sabun siap digunakan.

H. Pembahasan
Dalam pengamatan kali ini bertujuan untuk membuat sabun dari lemak.
Lemak atau minyak hewani adalah contoh dari gliserol dan lemak jenuh atau
minyak dapat dihidrolisa oleh larutan alkali menjadi garam dari asam lemak yang
sehari-hari kita kenal sebagai sabun. Pada percobaan pembuatan sabun ini
menggunakan NaOH dan minyak kelapa. Reaksi hidrolisa ini disebut penyabunan
ataau saponifikasi. Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang
berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali
yang menghasilkan sabun dan hasil samping berupa gliserol.
Semula minyak kelapa dipanaskan sampai suhunya mencapai ±60˚C. Sambil
menunggu minyak tersebut mencapai suhu tersebut, selanjutnya setelah
pencampuran NaOH ditunggu sampai dingin sebelum dimasukkan ke minyak
kelapa yang tadi sudah dipanaskan. Setelah campuran dingin, campuran
dimasukkan dan diaduk sampai kental dan mungkin dapat diberi pewarna untuk
memberi warna ke sabun dan essence bunga melati untuk menambah aroma pada
sabun. Campuran sabun yang telah mengental dituang kedalam cetakan dan
ditunggu hingga kering untuk mendapatkan sabun tersebut. Karena menggunakan
NaOH sehingga hasil sabun yang didapat yaitu sabun padat..
Penggunaan soda kostik pada sabun ini untuk menghasil sabun yang padat
dengan sifatnya mudah larut dalam air. Pada proses ini, juga digunakan minyak
kelapa akan menentukan karakteristik dari sabun yang dihasilkan. Asam lemak
pada minyak kelapa yaitu asam laurat (HC12H23O2) yang mampu memberikan
sifat pembusaan yang baik untuk produk sabun.
Reasksi yang terjadi pada sproses pembuatan sabun tersebut adalah
Saponifikasi (esterifikasi) adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh basa.
Saponifikasi dapat terbentuk dengan mereaksikan trigliserida dengan alkali
dengan cara mengubah asam karboksilat dengan air. Reaksi kimia pada proses
saponifikasi adalah sebagai berikut.

Reaksi penyabunan mula-mula berjalan lambat karena minyak dan larutan


alkali merupakan larutan yang tidak saling larut (immiscible). Setelah terbentuk
sabun maka kecepatan reaksi akan meningkat, sehingga reaksi penyabunan
bersifat sebagai reaksi autokatalitik, yaitu pada akhirnya kecepatan reaksi akan
kembali menurun karena jumlah minyak yang sudah berkurang. Reaksi
penyabunan merupakan reaksi eksotermis sehingga harus diperhatikan pada saat
penambahan minyak dan alkali agar tidak terjadi panas yang berlebihan.
Hasil akhir dalam pembuatan sabun ini ketika dikeluarkan dari cetakan
bisa membentuk hasil yang sesuai dengan cetakan dan tidak pecah, menghasilkan
bau yang sangat harum, dan pada saat digunakan mengeluarkan busa yang
banyak. Sehingga hasil tersebut dapat dikatakan sesuai dengan teori. Sehingga
hasil sabun ini bisa digunakan untuk untuk membersihkan tubuh dari debu,
kotoran, keringat, bakteri, dan lain-lain.
I. Kesimpulan
Pada proses pembuatannya lemak/gajih dipanaskan sampai mencair,
kemudian dicampur lemak dan minyak lalu dipanaskan sampai suhu ±60˚C
sambil diaduk-aduk dan turunkan dari kompor. Larutan didinginkan sampai
suhu 40-50˚C untuk ditambahkan larutan NaOH 135mL secara sedikit demi
sedikit diiringi dengan pengadukan yang merata dan kecepatan meningkat.
Selama proses pengadukan sampai kondisi trace dimasukkan bahan tambahan
yaitu minyak wangi aroma melati dan pewarna yang diinginkan. Setelah
adonan dalam kondisi trace dihentikan pengadukan dan dilanjutkan dengan
mencetak adonan pada tempat-tempat yang sudah disediakan. Disimpan
sabun pada suhu ruang ±7 hari agar mengering dan sabun siap digunakan.
J. Saran
a. Saat pembuatan sabun, sebaiknya sabun diberi essence (pewangi) dan
pewarna agar lebih membuat sabun tersebut lebih menarik.
b. Selama proses pengadukan dengan mixer diusahakan sampai benar-benar
halus.
c. Konsentrasi NaOH harus terhitung dengan teliti dan benar agar tidak
terjadi iritasi kulit karena konsentrasi NaOH yang berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA

Austin. Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries. 5th ed. McGra-
Hill Book Co: Singapura
Baysinger, Grace.Et all. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed.
Brown,G.G, Katz D, Foust A.S, Schneidewind S, 1973, Unit Operation, John
Wiley & Sons, Inc, Tokyo.
Goldberg, D. 2008. Introduction to Surfactant Analysis. London: Springer Science
& Business Media
Hard, Harold. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Fessenden, R. J. and Fessenden, J.S. 1990. Kimia Organik 3rdEdition. Jakarta :
Erlangga
Noverry, Frank. 2012. Lipid Technologies and Applications. New York: Marcel
Dekker Inc
Sunarya, A. 2007. Pemeriksaan Kesadahan pada Sampel Air Sumur Gali di Jalan
Kapuas. Makassar: Universitas Hasanuddin
Lampiran

1. Pemanasan lemak/gajih 2. Menakar lemak yang sudah cair


125mL

3. Menakar minyak 145mL 4. Menakar NaOH 135mL

5. Mencampurkan minyak dan 6. Dipanaskan sampai suhu 60˚C


lemak, kemudian dipanaskan

7. Didinginkan sampai suhu 40-50 8. Diaduk dengan bantuan mixer


˚C sampai keadaan trace
9. Adonan dicetak pada wadah yng 10. Sabun yang sudah kering
sudah disiapkan

11. Ketika dicoba untuk mencuci tangan sabun menghasilkan busa

Anda mungkin juga menyukai