Anda di halaman 1dari 15

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
SATUAN OPERASI INDUSTRI
(Evaporasi Ekstrak Cabai Merah)

Disusun Oleh

Nama

: Acep Dadang Suherman

NPM

:240310150024

Hari/Tanggal

: Senin 17 Oktober 2016

Asisten Dosen

: - Andin Natalia

240310140039

-Maya Damayanti

240310140037

- Sri Wulan

240310140036

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2 0 16

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Ekstraksi merupakan proses pimisahan suatu zat berdasarkan perbedaan

kelarutan terhadap pelarut yang digunakan. Proses ekstraksi dengan menggunakan


solven telah banyak dikembangkan menjadi berbagai metode, baik dengan metode
soxhlet, maserasi atau perkolasi. Metode Maserasi adalah proses ekstraksi dengan
menggunakan pelarut diam atau dengan beberapa kali pengocokan pada suhu
ruangan. Umumnya perendaman dilakukan 24 jam dan selanjutnya pelarut diganti
dengan pelarut baru. Ada juga maserasi kinetik yang merupakan metode maserasi
dengan pengadukan secara sinambung tetapi jarang sekali digunakan.
Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga
didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan dari
evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut
yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Dalam kebanyakan
proses evaporasi , pelarutnya adalah air. Evaporasi tidak sama dengan
pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair, kadang-kadang zat
cair yang sangat viskos, dan bukan zat padat. Begitu pula, evaporasi berbeda
dengan distilasi, karena disini uapnya biasanya komponen tunggal, dan walaupun
uap itu merupakan campuran, dalam proses evaporasi ini tidak ada usaha untuk
memisahkannya menjadi fraksi-fraksi.
1.2 Tujuan Instruksional Khusus
1. Mempelajari ekstrak yang dihasilkan dari proses maserasi dengan jenis
bahan baku yang berbeda ukurannya.

2. mengetahui prinsip kerja serta bagian-bagian alat dari rotary evaporator.


3. mengetahui prinsip kerja serta bagian-bagian alat dari magnetic stirrer.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif
yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan
minyak astiri, alkaloida, falvonoida dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa
aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara
ekstraksi yang tepat. (Adrian, Peyne, 2000)
2.2 Evaporasi
Evaporasi adalah peristiwa menguapnya pelarut dari campuran yang terdiri
atas zat terlarut yang tidak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap.
Dalam kebanyakan proses evaporasi, pelarutnya adalah air. Tujuan dari evaporasi
adalah memekatkan konsentrasi larutan sehingga didapatkan larutan dengan
konsentrasi yang lebih tinggi. Dalam keseharian seorang yang mempunyai
hubungan erat dengan sains, kita pastinya sudah harus bisa mengetahui beberapa
nama instrumen beserta fungsi, cara kerja dan prinsip kerja. Karena suatu saat
suatu instrumen akan berguna bagi kita pada waktu dimana kita sangat
memerlukannya. Untuk itu kita harus tahu beberapa pengertian, fungsi, cara kerja
serta prinsip kerja dari suatu instrumen tersebut. Salah satu instrumen yang ingin
sedikit saya jelaskan disini adalah rotary vakum evaporator. (Ditjen POM, 1979).
2.3 Rotary Vakum Evaporator
Rotary vakum evaporator merupakan suatu instrumen yang tergabung antara
beberapa instrumen, yang menggabung menjadi satu bagian, dan bagian ini
dinamakan rotary vakum evaporator. Rotary vakum evaporator adalah instrumen
yang menggunakan prinsip destilasi (pemisahan). Prinsip utama dalam instrumen
ini terletak pada penurunan tekanan pada labu alas bulat dan pemutaran labu alas
bulat hingga berguna agar pelarut dapat menguap lebih cepat dibawah titik
didihnya. Instrumen ini lebih disukai, karena hasil yang diperoleh sangatlah
akurat. Bila dibandingkan dengan teknik pemisahan lainnya, misalnya
menggunakan teknik pemisahan biasa yang menggunakan metode penguapan

menggunakan oven. Maka bisa dikatakan bahwa instrumen ini akan jauh lebih
unggul. Karena pada instrumen ini memiliki suatu teknik yang berbeda dengan
teknik pemisahan yang lainnya. Dan teknik yang digunakan dalam rotary vakum
evaporator ini bukan hanya terletak pada pemanasannya tapi dengan menurunkan
tekanan pada labu alas bulat dan memutar labu alas bulat dengan kecepatan
tertentu. Karena teknik itulah, sehingga suatu pelarut akan menguap dan senyawa
yang larut dalam pelarut tersebut tidak ikut menguap namun mengendap. Dan
dengan pemanasan dibawah titik didih pelarut, sehingga senyawa yang
terkandung dalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi (Ditjen POM, 1979).
2.4 Magnetic Stirrer
Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi untuk
menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Pelat (plate) yang terdapat
dalam alat ini dapat dipanaskan sehingga mampu mempercepat proses
homogenisasi. Pengadukan dengan bantuan batang magnet Hot plate dan
magnetic stirrer seri SBS-100 dari SBS misalnya mampu menghomogenkan
sampai 10 L, dengan kecepatan sangat lambat sampai 1600 rpm dan dapat
dipanaskan sampai 100C (Tobo, Fachrudin, 2001)

BAB III
METODOLOGI PENGAMARAN DAN PENGUKURAN
3.1 Alat dan Instrumentasi
3.1.1 Alat
1. Breaker glass
2. Gelas ukur
3. Labu evaporator

4. 3.1.2 Bahan
1. Air
2. Ekstrak cabe keriting
3. Etanol 95%

5. 3.1.3 Instrumen
1. Magnetic stirrer
2. Rotary Vacuum Evaporator
6.
7.
8.
9.
10. 3.2 Prosedur
1. Larutan ekstrak diuapkan dengan menggunakan rotary vacuum evaporator
pada suhu 600C, kecepatan putar 65 rpm, dan tekanan pada pompa
vakum sebesar 0,062 Pa agar pelarut teruapkan dan dihasilkan absolute
maserasi cabe.
2. Larutan ekstrak di ekstraksi dengan menggunakan magnetic stirrer pada
suhu 600C, kecepatan putar 65 rpm, agar pelarut teruapkan dan dihasilkan
absolute maserasi cabe.
3. Volume ekstrak yang dihasilkan diukur dengan gelas ukur
4. Di bandingkan hasil ekstraksi dengan menggunakan magnetic stirrer dan
rotary vacuum evaporator

11. BAB IV
12. HASIL PENGAMATAN
13.
4.1 Pengamatan Alat
14. Tabel 1. Hasil Pengamatan Cabai Merah Potong (Shift 1)

15. B
a
h
a
n

17. Vol
16. ins

um

18. Volu

19. Re

tru

me

nd

me

awa

akhir

em

(ml)

en

(ml)
21. M
ag
net
ic
sti

20. C
ab
e
p
ot
o
n
g

23. 409

24. 397

28. 378

29. 8

34. 404

35. 402

25. 97
%

rre
r
22.
27. Ro
tar
y
va
cu
um
ev

30. 2.4
3%

ap
or
ato
31. C

r
32. M

ab

ag

net

36. 99,
5%

ic
sti
rre
r
33.
38. Ro
bl

tar

en

de

va

cu
um

39. 417

40. 6

ev

41. 1.4
%

ap
or
ato
r
42.
4.2 Perhitungan Hasil Pengamatan
4.2.1 Perhitungan Rendemen Parsial Cabe Cacah Magnetic Stirer
Volume akhir
43. Rendemen Parsial = Volume awal 100 %

44.
45.

397

= 409 100 %
= 97 %

4.2.2 Perhitungan Rendemen Parsial Cabe Cacah Rotary Vacuum


Evaporator

46.
47.
48.

Rendemen Parsial =

Volume akhir
Volume awal

100 %

= 328 100 %
= 2,43 %
49.

4.2.3 Perhitungan Rendemen Parsial Cabe Blender Magnetic Stirrer

50. Rendemen Parsial =

Volume akhir
Volume awal

100 %

402

51.

= 404 100 %

52.

= 99,5 %

4.2.4 Perhitungan Rendemen Parsial Cabe Blender Magnetic Stirrer

53.

Rendemen Parsial =

Volume akhir
Volume awal
6

100 %

54.

= 417 100 %

55.

= 1,4 %

56.
57.

58. BAB V
59. PEMBAHASAN
60.

61.

Evaporasi merupakan suatu proses pemekatan zat cair dengan

penguaan menggunakan pelarut. Evaporasi menggunakan instrumentasi yang


bernama evaporator. Dalam praktikum evaporasi ini kami melakukan pecobaan
dengan menggunakan dua instrumentasi yaitu magnetic sterrir dan rotary vacuum
evaporator juga menggunakan dua sampel bahan hasil ekstraksi cabai merah
blender dan dua sampel bahan hasil ektsraksi cabai merah potong. Bahan yang
digunakan untuk proses evaporasi ini adalah ekstrak cabai merah yang sudah di
cacah dan di blender. Hasil ekstrak cabai merah cacah dan blender ini adalah hasil
dari proses maserasi pada praktikum sebelumnya. Hasil maserasi pada ekstrak
cabai merah berupa zat cair cenderung seperti air berwarna merah, hal ini
dikarenakan pelarut etanol masih cukup banyak pada hasil maserasi. Dalam
praktikum evaporasi, pelarut etanol akan diuapkan sehingga menghasilkan
rendemen minyak cabai yang lebih sedikit dari hasil maserasi.
62.
Hasil pengmatan kelompok 5 pada sampel bahan hasil ekstraksi
cabai merah blender yang menggunakan instrumentasi rotary vacuum evaporator
didapatkan volume awalnya 417 ml dan setelah dilakukan evaporasi
menggunakan instrument tersebut volume akhirnya adalah 6 ml. Jadi jika dihitung
dengan menggunakan metode perhitungan parsial didapatkan rendemen parsialnya
sebesar 1,4%.
63.
Hasil pengamatan kelmpok 3 pada sampel bahan hasil ekstraksi
cabai merah blender yang menggunakan instrumentasi magnetic stirrer
didapatkan volume awalnya 404 ml dan setelah dilakukan evaporasi
menggunakan instrumen tersebut volume akhirnya adalah 402 ml. Jadi jika
dihitung dengan menggunakan metode perhitungan parsial didapatkan rendemen
parsialnya sebesar 99,5%.
64.
Hasil pengamatan kelompok 2 pada sampel bahan hasil ekstraksi
cabai merah potong yang menggunakan instrumentasi magnetic stirrer didapatkan
volume awalnya 409 ml dan setelah dilakukan evaporasi menggunakan
instrumentasi tersebut volume akhirnya adalah 397 ml. Jadi jika dihitung dengan

menggunakan metode perhitungan parsial didapatkan rendemen parsialnya


sebesar 97%.
65.
Hasil pengamatan kelompok 6 pada sampel bahan hasil ekstraksi
cabai merah potong yang menggunakan instrumentasi rotary vacuum evaporator
didapatkan volume awalnya 328 ml dan setelah dilakukan evaporasi
menggunakan instrument tersebut volume akhirnya adalah 8ml. Jadi jika dihitung
dengan menggunakan metode perhitungan parsial didapatkan rendemen parsialnya
sebesar 2,4%.
66.
Hasil pengamatan dari evaporasi yang menggunakan intrumentasi
magnetic stirrer dengan sampel bahan hasil ekstraksi cabai merah blender dan
hasil ekstraksi cabai merah potong, hasil perubahannya lebih signifikan
menggunakan hasil ekstraksi cabai potong dengan selisih 12 ml yaitu dari volume
awal 409 ml menjadi 397 ml dan didapatkan rendemen parsialnya sebesar 97%.
Sampel bahan hasil ektraksi cabai merah blender didapatkan selisihnya hanya 2
ml yaitu dari 404 ml menjadi 402 ml dan didapatkan hasil rendemen parsialnnya
adalah 99,5%. Hal ini disebabkan karena luas permukaan cabai merah yang
digunakan, cabai merah blender luas permukaannya lebih sedikit maka dari itu,
pelarut yang digunakan yaitu etanol akan semakin banyak ikut dan mempengaruhi
hasil rendemen parsialnya. Instrumentasi yang digunakan adalah magnetic stirrer,
intrumen yang digunakan masih kurang baik untuk menghasilkan rendemen yang
berkualitas baik, dikarenakan intrumen ini hanya terjadi pemanasan dan zat
terlarut menguap langsung ke udara. Hasil rendemennya masih cukup banyak
karena pelarut etanol tidak menguap dengan sempurna sehingga hasil rendemen
masih tercampur dengan pelarut etanol.
67.
Pengamatan evaporasi dengan menggunakan rotary vacuum
evaporator dan sampel yang digunakan adalah bahan hasil ekstraksi cabai merah
blender dan hasil ekstraksi cabai merah potong, hasilnya lebih signifikan
menggunakan hasil ekstraksi cabai blender yaitu dari volume awal 417 ml
menjadi 6 ml dan didapatkan rendemen parsialnya sebesar 1,4%. Sampel bahan
hasil ektraksi cabai merah blender didapatkan selisihnya hanya 2 ml yaitu dari 404
ml menjadi 402 ml dan didapatkan hasil rendemen parsialnnya adalah 99,5%. Hal
ini disebabkan karena intrumentasi rotary vacuum evaporator terdiri dari
beberapa alat yang lebih banyak dibandingkan oleh magnetic stirrer maka dari

hasil rendemen parsial yang dihasilkan jauh lebih berkualitas dibandingkan


dengan evaporasi menggunakan intrumentasi magnetic stirrer, dikarenakan
evaporasi rotary vacuum evaporator terjadi penguapan yang cukup baik dimana
rotary vacuum evaporator memiliki pompa vakum yang dapat mengatur tekanan
dalam labu sehingga mempermudah proses penguapan. Uap yang dihasilkan
diubah menjadi cair menggunakan kondensor, hasil rendemen pada rotary vacuum
evaporator merupakan hasil murni yang sudah terpisah dengan pelarutnya yaitu
etanol. Jadi, hasil rendemen yang lebih sedikit dan lebih kental kualitasnya lebih
bagus dibandingkan dengan hasil rendemen yang lebih banyak dan kurang kental,
karena masih tercampur dengan cairan pelarut.
68.
Banyak faktor yang mempengaruhi

evaporasi,

dengan

menggunakan instrumentasi yang sama, masih didapatkan hasil rendemen yang


berbeda, hal ini dikarenakan faktor eksternal yang mempengaruhi, salah satunya
adalah luas permukaan bahan yang digunakan dan kelembaban, suhu maupun
tekanan yang digunakan dalam proses evaporasi.
69.

70.
71.
72. BAB VI
73. PENTUP
74.
6.1 Kesimpulan
75. Kesimpulan dari praktikum yang berjudul evaporasi ini adalah :
1. Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut
sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih
tinggi.
2. Rendemen parsial dengan menggunakan rotary vacuum evaporator lebih
sedikit bila dibandingkan dengan menggunakan magnetic stirrer.
76.
6.2 Saran
77. Saran yang diberikan dalam praktikum ini untuk mencapai praktikum yang
jauh lebih baik adalah :
1. Harus berhati-hati dalam melakukan praktikum.
2. Praktikan harus mengikuti prosedur yang ada agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
78.
79.

80.

Daftar Pustaka

81.
82.

Adrian, Peyne, 2000. Analisa Ekstraksi Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan


Obat. Pusat Penelitian. Universitas Negeri Andalas.

83.

Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia, edisi III. Departemen Kesehatan


RI. Jakarta.

84.

Tobo, Fachrudin, 2001. Buku Pegangan Labolatorium Fitokimia I.


Labolatorium Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas, Makasar.

85.
86.

87. LAMPIRAN
88.

89. Lampiran 1. Proses Ekstraksi Shift 1


90.
91.
92.
93.
94.

95.
96.
97. Gambar 1. Penakaran untuk ekstraksi
98. Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Gambar 2. ekstraksi
Sumber: Dokumentasi

Pribadi (2016)
99.
100.

101.
102.
103.
104.
105.
Gambar 3. Penuangan ekstrak cabe
Rendemen ekstrak cabe
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)
Pribadi (2016)

106.

107.
108.

Gambar 4.
Sumber: Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai