Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. UI Press: Jakarta.
Lachman L., Lieberman H.A., Kanig J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Lachman, L., Lieberman, H.A., and Kanig, J.L. 1994. The Theory and Practice of
Soekemi, R.a., Tanuwijaya, J., Aminah, F., dan Usman, S. 1987. Tablet. PT.
Mada: Yogyakarta
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gajah Mada University Press:
Yogyakarta.
Rumus bangun :
OH
O
NH CH3
Kandungan : Tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H9NO2 dihitung terhadap zat anhidrat.
1.6.2 Farmakologi
Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam
arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat
siklooksigenase secara berbeda (Wilmana, 1994). Parasetamol menghambat
siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan
parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat
pengaturan panas. Parasetamol hanyamempunyai efek ringan pada
siklooksigenase perifer (Dipalma, 1986).
1.6.3 Farmakokinetik
Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar
serum puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam.
Metabolisme di hati, sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui
urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam glukoronik atau asam sulfurik
kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi
menjadi N asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi
metabolit berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari
glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan dengan
sulfhidril dari protein hati (Darsono, 2002).
1.6.4 Farmakodinamik
Efek analgesik Parasetamol dan Fenasetin serupa dengan Salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya
menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek
sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu
Parasetamol dan Fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol
merupakan penghambat biosintesis prostaglandin (PG) yang lemah. Efek iritasi,
erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga
gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa (Wilmana, 1995).