Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PERCOBAAN 1

CARA BEKERJA DENGAN BINATANG PERCOBAAN

Nama : Ratih Dwi Purwanti

Nim : E20161

Kelas : A5

PRODI D3 FARMASI

POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA

2020/2021
A. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu bekerja dengan binatang percobaan

2. Mahasiswa mampu menghitung dosis pemberian pada binatang percobaan

3. Mahasiswa mampu membuat stok obat.

B. DASAR TEORI

Hewan percobaan yang digunakan di laboratorium tidak ternilai jasanya dalam


penilaian efek, toksisitas dan efek samping serta keamanan dan senyawa bioaktif.
Hewan percobaan merupakan kunci di dalam pengembangan senyawa bioaktif dan
usaha-usaha kesehatan (Malole, 1989).
Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih
sayang dan berprikemanusiaan. Di dalam menilai efek farmakologis suatu senyawa
bioaktif dengan hewan percobaan dapat dipengaruhi oleh berbagai fartor, yaitu :
1. Faktor internal pada hewan percobaan sendiri adalah umur, jenis kelamin, bobot
badan, keadaan kesehatan, nutrisi, dan sifat genetik.
2. Faktor–faktor lain yaitu faktor lingkungan, keadaan kandang, suasana kandang,
populasi dalam kandang, keadaan ruang tempat pemeliharaan, pengalaman
hewan percobaan sebelumnya, suplai oksigen dalam ruang pemeliharaan,dan cara
pemeliharaan. Keadaan faktor–faktor ini dapat merubah atau mempengaruhi
respon hewan percobaan terhadap senyawa bioaktif yang diujikan. Penanganan
yang tidak wajar terhadap hewan percobaan dapat mempengaruhi hasil
percobaan, memberikan penyimpangan hasil. Di samping itu, cara pemberian
senyawa bioaktif terhadap hewan percobaan tentu mempengaruhi respon hewan
terhadap senyawa bioaktif yang bersangkutan terutama segi kemunculan efeknya.
Cara pemberian yang digunakan tentu tergantung pula kepada bahan atau bentuk
sediaan yang akan digunakan serta hewan percobaan yang akan digunakan.
Sebelum senyawa bioaktif dapat mencapai tempat kerjanya, senyawa bioaktif
harus melalui proses absorpsi terlebih dahulu kemudian sifat fisiologi yang
berpengaruh.
a. Distribusi.
b. Absorpsi suatu senyawa bioaktif di samping ditentukan oleh sifat senyawa
bioaktifnya sendiri juga ditentukan oleh sifat/keadaan daerah kontak mula oleh
senyawa bioaktif dengan tubuh. Sifat–sifat fisiologis seperti jumlah suplai darah
dan keadaan biokimia daerah kontak mula senyawa bioaktif dengan tubuh
menentukan proses absorpsi senyawa bioaktif yang bersangkutan. Jumlah
senyawa bioaktif yang akan mencapai sasaran kerjanya dalam jangka waktu
tertentu akan berbeda.
c. Cara atau rute pemberian senyawa bioaktif menentukan daerah kontak mula
senyawa bioaktif dengan tubuh dan ini merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi efek senyawa bioaktif. Penanganan umum beberapa hewan coba
berbeda dengan bahan kimia yang merupakan bahan mati, percobaan dengan
hewan percobaan yang hidup memerlukan perhatian dan penganan/perlakuan
yang khusus (Malole, 1989).

Cara Penanganan Hewan Coba


Mencit (Mus musculus) adalah hewan percobaan yang sering dan banyak
digunakan di dalam laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan.
Hewan ini mudah ditangani dan bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul
sesamanya dan bersembunyi. Aktivitasnya di malam hari lebih aktif. Kehadiran
manusia akan mengurangi aktivitasnya.

Cara Memegang Mencit

Mencit dapat dipegang dengan memegang ujung ekornya dengan


tangan kanan, biarkan menjangkau / mencengkeram alas yang kasar (kawat
kandang). Kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit
kulit tengkuknya seerat / setegang mungkin. Ekor dipindahkan dari tangan
kanan, dijepit antara jari kelingking dan jari manis tangan kiri. Dengan
demikian, mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan siap untuk diberi
perlakuan (Malole, 1989).

Bobot Badan hewan Coba yang Digunakan


Di dalam penggunaan, hewan percobaan yang digunakan dapat
berdasarkan kriteria bobot badannya di samping usianya. Farmakope
Indonesia edisi III-1979 mengemukakan kriteria bobot beberapa hewan
percobaan yang digunakan dalam uji hayati.
Mencit : 17-25 gram
Kelinci : 15-20 kg
Tikus : 150-200 gram
Kucing : tidak <5kg
Marmo : 300-500 gram
Merpati : 100-200 gram

Cara Mengorbankan Hewan Percobaan


1. Pengorbanan hewan sering diperlakukan apabila keadaan rasa sakit yang
hebat atau lama akibat suatu percobaan atau apabila mengalami
kecelakaan, menderita sakit atau jumlahnya terlalu banyak dibandingkan
dengan kebutuhan.
2. Etanasi atau cara kematian tanpa rasa sakit perlu dilakukan sedemikian
sehingga hewan akan mati dengan seminimal mungkin rasa sakit. Pada
dasarnya cara fisik yaitu dengan melakukan dislokasi leher adalah cara
yang paling cepat, mudah dan berprikemanusiaan, tetapi cara perlakuan
kematian juga perlu ditinjau bila ada tujuan dari pengorbanan hewan
percobaan dalam rangkaian percobaan.
3. Cara pengorbanan hewan lain adalah dengan menggunakan gas
karbondioksida dalam wadah khusus atau dengan pemberian
pentobarbital natrium pada takaran letalnya.
C. CARA KERJA

Kelinci dan
Binatang Marmotdiperlakukan
percobaan : jangan sesekali memegang
dengan telingabinatang
baik sehingga kelinci karena syaraf
tidsk bersifat
dan pembuluh darah
agresifdapat terganggu.

Tikus dan Mencit : pegang pada ekornya, tapi harus hati-hati jangan sampai
binatang tersebut membalikan tubuh dan menggigit. Pegang juga bagian
leher belakang dekat kepala dengan ibu jari dan telunjuk
a

Gunakan kaos tangan dari kulit atau karet yang cukup tebal untuk melindungi
percobaan lebih dari satu kali.

D. DATA PENGAMATAN

Kelompok 3

1. Fika Rhisma Agustin (E20127)

2. Erlyna maretha putri (E20134)

3. Rahmad Wahyudi (E20146)

4. Indri pramudita (E20155)

5. Reny Oktaviani (E20160)

6. Ratih Dwi purwanti (E20161)

No BB mencit Dosis Dosis per BB Larutan stock Volume


mencit pemberian
1 23 1,3 mg 1,495 mg 10 mg/ml 0,149 ml
2 20 1,3 mg 1,3 mg 12 mg/ml 0,108 ml
3 25 1,3 mg 1,625 mg 11 mg/ml 0,147 ml
4 21 1,3 mg 1,365 mg 13 mg/ml 0,105 ml
5 24 1,3 mg 1,56 mg 14 mg/ml 0,111 ml
E. PEMBAHASAN

Hewan percobaan yang digunakan di laboratorium tak ternilai jasanya dalam


penilaian efek, toksisitas dan efek samping serta keamanan dan senyawa bioaktif.
Hewan percobaan merupakan kunci di dalam pengembangan senyawa bioaktif dan
usaha–usaha kesehatan (Malole, 1989)
Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih
sayang dan berprikemanusiaan. Berikut cara perlakuan terhadap beberpa hewan
percobaan yang telah dipelajari dalam percobaan kali ini, antara lain :
Sifat mencit : Cendrung berkumpul bersama, penakut, fotofobik, lebih aktif pada
malam hari, aktivitas terhambat dengan kehadiran manusia, tidak mengigit.
Cara memperlakukan mencit : Mencit diangkat ekornya dengan tangan kiri, letakkan
pada suatu tempat yang permukaannya tidak licin, sehingga saat ditarik mnecit akan
mencengkram.
Telunjuk dan ibu jari tangan kanan menjepit kulit tengkuk sedangkan ekornya dengan
tangan kiri. Kemudian posisi tubuh menict dibalikkan sehingga permukaan perut
menghadap kita dan ekor dijepitkan antara jari manis dan kelingking tangan kanan.
Adapun keuntungan dan kerugian dari penggunaan hewan percobaan tersebut,
antara lain : (Mencit)
Keuntungan : mudah ditangani, mudah dikembangbiakkan, mudah dipelihara, reaksi
obat yang diberikan lebih cepat menimbulkan efek.
Kerugian : aktivitas terganggu bila ada manusia, untuk pemberian oral agak sulit,
penakut..
Lalu perlakuan pada hewan percobaan harus berberat badan standar untuk
dijadikan percobaan adalah agar :
Hewan percobaan dipilih yang berberat badan standar karena, untuk memudahkan
perhitungan dosis pemberian obat, agar lebih termonitoring bagaimana efek kerja obat
terhadap berat badan yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh.
Dan hewan percobaan diharuskan berpuasa saat untuk tindakan percobaan
melalui oral untuk memasukkan obat uji dikarenaka :
Berpuasa pada hewan coba tentunya adalah untuk mengakuratkan hasil percobaan
nantinya, agar hasil yang didapat sebenar – benarnya tidak terpengaruh oleh makanan,
minuman atau obat – obat lain bahkan fisiologis tubuh yang mungkin mempengaruhi
hasil percobaan.
Perlakuan terhadap hewan percobaan perlu diperhatikan dengan baik agar
mendapatkan hasil yang baik dan akurat. Hewan percobaan yang tidak jinak dapat
dijadikan jinak terlebih dahulu atau dapat ditenangkan terlebih dahulu agar
memudahkan proses perlakuan selanjutnya. Dan jangan memberikan gerak reflek
yang membuatnya terkejut dan menjadikannya terlalu banyak bergerak dan
menjadikannya stress.

F. KESIMPULAN

1. pemberian obat pada hewan percobaan dapat dilakukan dengan cara


peroral,subkutan,intravena,intramuscular,intraperitoneal.
2. hewan percobaan diperlakuka dengan peuh kasih saying karena hal ini dapat
berpengaruh dalam jalanya percobaan itu sediri karena setiap hewan percobaan
memiliki sifat dan karaktyer yang berbeda-beda sehingga dalam proses
penanganan ini sangat lah berpengaruh kepada sifat hewan itu sendiri jika kita
melakukan ya denga baik makan hewan trsebut tidak akan agresif dan mempunyai
sifat tenang sehingga tidak merepotka dalam proses percobaan

3. Pemilihan hewan coba yang baik harus bebas dari patogen, mempunyai
kemampuan dalam memberikan reaksi imunitas yang baik, kepekaan terhadap
suatu penyakit, dan mengikuti standart tertinggi sehubungan dengan (nutrisi,
kebersihan pemeliharaan).
4. Untuk memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu obat pada spesies
hewan percobaan, diperlukan data penggunaan dosis dengan menggunakan
perbandingan luas permukaan tubuh setiap spesies.

DAFTAR PUSTAKA

Gan gunawan , sulistia. 1995 . farmakologi dan terapi Edisi IV . Jakarta : FK-UI.

Malole, M. B. M. 1989. Pengunaan hewan-hewan Percobaan di laboratorium


BOGOR.

Setiawan , A dkk < 2007 , pengantar farmakologi , dala farmakologi dan terapi , edisi
5 Gaya baru , Jakarta , Hal : 2

Anda mungkin juga menyukai