Dosen Pengampu :
Disusun oleh
Nama : Anisa Pebrianti (20012039)
Kelas : S1 B Reguler Khusus
Semester : 6 (Enam)
Jl. Kumbang No. 23 RT.02/RW.04 Babakan, Kec. Bogor Tengah, Kota Bogor,
Jawa Barat 16128
Website: www.sttif.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
Mampu menangani hewan mencit, tikus, dan marmot dan untuk percobaan
farmakologi.
Mengetahui cara menangani hewan secara manusiawi serta faktor-faktor yang
mempengaruhi responnya.
Mengetahui sifat-sifat hewan percobaan.
Dijepit kulit tengkuknya dengan tangan kiri bagian ibu jari dan jari telunjuk
seerat atau setegang mungkin
Dipegang tengkuk mencit sedemikian rupa dengan tangan kiri sehingga ibu
jari melingkar di bawah rahang sehingga posisi abdomen lebih tinggi dari
kepala
Dicubit di antara ibu jari dan jari telunjuk pada daerah kulit tengkuk
Ditusukkan alat suntik yang berisi sampel di antara kedua jari tersebut
4.2 Pembahasan
Pada praktikum farmakologi kali ini telah dilakukan penanganan hewan coba dan
pemberian obat pada mencit menggunakan 2 cara, yaitu secara oral dan subkutan.
Hewan coba yang digunakan adalah mencit jantan . Pertama kali yang dilakukan
adalah memegang mencit dengan benar. Adapun cara memengang mencit yang benar
yaitu dengan mengangkat ujung ekor mencit dengan tangan kanan dan
mengeluarkannya dari kandang kemudian meletakkannya di tempat yang
permukaannya kasar (misalnya pada rang kawat pada penutup kandang), kemudian
menjinakkannya dengan cara mengelus-elus bagian tekuk mencit menggunakan jari
telunjuk. Stress pada mencit ditandai dengan mekarnya rambut pada tubuh mencit
lalu tubuhnya bergetar, mencitpun jadi liar. Kemudian setelah mencit tenang kita
menarik kulit pada bagian tengkuk mencit dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan
kiri, dan tangan kanan memegang ekornya lalu membalikkan tubuh mencit sehingga
menghadap ke atas dan menjepit ekor dengan kelingking dan jari manis tangan kiri.
Praktikum selanjutnya adalah pemberian obat pada hewan percobaan (mencit A)
secara oral. Pertama obat dimasukan melalui mulut mencit dengan bantuan alat
kanula oral yang biasa disebut sonde. Pada saat pemasukan kanula harus dilakukan
dengan teliti dan hati-hati karena jika cara pemberian yang keliru dan masuk kedalam
saluran pernafasan atau paru-paru dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan
kematian. Dari hasil percobaan yang dilakukan pada pemberian obat secara peroral,
yaitu obat mulai bereaksi pada menit ke-54 dari waktu awal pemberian. Efek yang
ditimbulkan adalah mencit mulai stress dan kelelahan.
Pemberian obat secara subcutan pada mencit (B), yaitu pemberian obat dilakukan
dibawah kulit tengkuk mencit, dengan cara kulit tengkuk dicubit dengan ibu jari dan
jari telunjuk. Kemudian dibersihkan area kulit yang akan disuntik dengan alcohol
70%, dengan tujuan agar dapat mensterilkan bagian yang akan dimasuki jarum suntik.
Efek yang dialami mencit setelah 40 menit adalah mencit yang pada awalnya
bergerak aktif berubah menjadi diam ditempatnya.Berdasarkan hasil pengamatan dari
kedua cara pemberian obat itu, yaitu secara oral dan subkutan pada mencit
menghasilkan perbedaan waktu efek yang ditimbulkan. Pada pemberian obat secara
subkutan lebih cepat dari pada pemberian obat secara oral.
Adapun keuntungan dan kerugian dari pemberian dari kedua cara pemberian obat
tersebut, yaitu pemberian obat secara oral merupakan cara pemberian obat secara
umum dilakukan karena mudah, aman, dan murah. Namun kerugiannya ialah banyak
faktor yang dapat mempengaruhi bioavailabilitasnya. Sedangkan pemberian secara
subkutan memiliki keuntungan karena efek yang timbul lebih cepat dan teratur
dibandingkan dengan pemberian secara oral karena tidak mengalami tahap absorpsi
maka kadar obat dalam darah diperoleh secara cepat karena pada pemberian subcutan
tidak mengalami poses metabolisme di saluran pencernaan melainkan langsung
menuju ke saluran sirkulasi dengan melalui membran pada kulit dan langsung ke
kapiler.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih
sayang dan berprikemanusiaan.
Hewan coba yang baik harus bebas dari patogen, mempunyai kemampuan
dalam memberikan reaksi imunitas yang baik, kepekaan terhadap suatu
penyakit, dan mengikuti standart tertinggi sehubungan dengan (nutrisi,
kebersihan pemeliharaan).
Pemberian obat pada hewan coba dapat diberikan secara peroral, subkutan,
intravena, intramuskular, dan intraperitoneal.
Volume cairan obat yang diberikan pada hewan percobaan tidak boleh
melebihi batas maksimal yang telah ditetapkan.
Untuk memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu obat pada spesies
hewan percobaan, diperlukan data penggunaan dosis dengan menggunakan
perbandingan luas permukaan tubuh setiap spesies.
Terdapat factor internal dan eksternal pada hewan percobaan yang dapat
mempengaruhi hasil percobaan.
5.2 Saran
Lebih berhati-hati dalam penanganan hewan percobaan dan dalam pembacaan
skala spuit agar dosis yang diberikan tepat dan tercapai efek yang
dikehendaki
Lebih berhati-hati dalam pemberian obat secara subkutan agar tidak
mengalami kerusakan pada jaringan kulit pada saat penyuntikan.
DAFTAR PUSTAKA