Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I

PENANGANAN HEWAN UJI

Dosen Pembimbing:

Apt. Ganjar Taufiq Patu Rohman, S.Farm

Kelompok 4 :

Nova Parwati 33178K190

Riski Maulana 33178K190

Wilda Yuniar 33178K19025

Maulidina Ambermasha 33178K19075

Kelas 3A

PRODI D3-FARMASI

STIKES MUHAMMADIYAH KUNINGAN

2020
PRAKTIKUM 1

I. Judul Praktikum
- Penanganan Hewan Uji

II. Tujuan Praktikum


- Mengetahui dan memahami cara-cara perlakuan pada hewan coba.      
- Dapat mengetahui cara-cara penanganan dan perlakuan terhadap hewan coba
mencit (Mus musculus).

III. Dasar Teori Umum


Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap
sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Dalam ilmu kedokteran
senyawa tersebut disebut obat, dan lebih menekankan pengetahuan yang mendasari
manfaat dan resiko penggunaan obat. Karena itu dikatakan farmakologi  merupakan
seni menimbang (the art of weighing). Obat didefinisikan sebagai senyawa yang
digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan, atau
menimbulkan suatu kondisi tertentu, misalnya membuat seseorang infertil, atau
melumpuhkan otot rangka selama pembedahan hewan coba. Farmakologi mempunyai
keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu cara membuat, menformulasi,
menyimpan dan menyediakan obat .
Pada dasarnya hewan percobaan dapat merupakan suatu kunci dalam
mengembangkan suatu penelitian dan telah banyak berjasa bagi ilmu pengetahuan,
khususnya pengetahuan tentang berbagai macam penyakit seperti: malaria, filariasis,
demam berdarah, TBC, gangguan jiwa dan semacam bentuk kanker. Hewan
percobaan tersebut oleh karena sebagai alternatif terakhir sebagai animal model.
Setelah melihat beberapa kemungkinan peranan hewan percobaan, maka dengan
berkurangnya atau bahkan tidak tersedianya hewan percobaan, akan berakibat
penurunan standar keselamatan obat-obatan dan vaksin, bahkan dapat melumpuhkan
beberapa riset medis yang sangat dibutuhkan manusia .
Hewan coba/hewan uji  atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan
yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologik. Hewan percobaan
digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia. Peranan
hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun
yang lalu. Sebagai pola kebijaksanaan pembangunan nasional bahkan internasional,
dalam rangka keselamatan umat manusia di dunia adalah adanya Deklarasi Helsinki.
Deklarasi ini berisi tentang segi etik percobaan yang menggunakan manusia (1964)
antara lain dikatakan perlunya diakukan percobaan pada hewan, sebelum percobaan di
bidang biomedis maupun riset lainnya dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia,
sehingga dengan demikian jelas hewan percobaan mempunyai mission di dalam
keikutsertaannya menunjang program keselamatan umat manusia melalui suatu
penelitian biomedis.

IV. Alat dan Bahan


1) Alat
Alat yang digunakan adalah kanula, spuit 1cc dan sonde, rang besi, Hand Gloves.
2) Bahan
Bahan yang digunakan adalah aquadest.
3) Hewan coba
Hewan coba yang digunakan adalah mencit (Mus musculus).

V. Cara kerja
1.  Persiapan Hewan
a. Hewan uji dipuasakan selama kurang lebih 8 jam sebelum diuji.
b. Dipegang ujung ekor dengan tangan kanan dan dibiarkan kaki depan terpaut pada
kawat kasa kandang.
c. Dipegang kulit kepala sejajar dengan telinga mencit dengan menggunakan jari
telunjuk dan ibu jari tangan kiri.
d. Ditukarkan pegangan ekor dari tangan ke jari kelingking kiri supaya mencit itu dapat
dipegang dengan sempurna.
e. Mencit siap untuk diberikan perlakuan.

2.  Cara pemberian secara oral


a. Dipegang tengkuk mencit sedemikian rupa dengan tangan kiri sehingga ibu jari
melingkar di bawah rahang sehingga posisi abdomen lebih tinggi dari kepala.
b. Disuntikkan aquadest pada bagian bawah tengah abdomen dengan cepat.
c. Diamati efek yang terjadi.
VI. Pembahasan

Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di dalam
laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini mudah
ditangani dan bersifat penakut fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan
bersembunyi. Aktivitasnya di malam hari lebih aktif. Kehadiran manusia akan
mengurangi aktivitasnya.
Mula-mula hewan coba dipegang ujung ekor dengan tangan kanan dan
dibiarkan kaki depan terpaut pada kawat kasa kandang. Kulit kepala  dipegang sejajar
dengan telinga hewan coba dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri.
Ekor dijepit dari pada jari kelingking kiri supaya mencit itu dapat dipegang dengan
sempurna. Hewan coba siap untuk diberikan perlakuan.
Pada praktikum dilakukan perlakuan pada hewan coba mencit dengan cara,
pertama-tama ekor mencit dipegang dan diangkat dengan tangan kanan, mencit
dibiarkan mencengkram alas penutup kandang (kawat rang), sehingga frekuensi gerak
mencit dapat diminimalkan. Cengkram kulit punggung mencit sebanyak-banyaknya
dan seerat mungkin dengan tangan kiri, hingga kepala mencit tidak dapat digerakkan
ke kanan dan kekiri. Jari tengah dan jari manis mencengkram perut mencit dan ekor
mencit dililitkan pada jari kelingking.
Pemberian secara oral mencit pada umumnya berat 20-30 gram maksimal
pemberian maksimal 1cc. Sebelum digunakan, hewan coba terlebih dahulu
dipuasakan makan selama 8 jam dengan maksud untuk mengurangi variasi biologis
dan efek-efek lainnya. Dalam hal ini mencit jantan lebih bagus digunakan karena
siklus hormonnya lebih homogen dibandingkan mencit betina dan waktu tidur mencit
betina empat kali lebih lama dari hewan jantan bila diberi obat.
Mencit harus diberikan penomoran sehingga dapat memberikan kemudahan
untuk mengetahui perbedaan hewan satu dengan yang lainnya, dapat menggunakan
asam pikrat  atau dengan spidol permanen. Untuk penggunaan di laboratorium yang
hanya menggunakan sekitar 20-30 ekor mencit, yang biasanya diberi kode pada badan
atau bagian paha kaki mencit.
Cara-cara euthanasia pada mencit dan tikus dilakukan dengan anestetik over
dosis. Perlakuan euthanasia dengan obat anestetika umum yaitu eter, alkohol dan
kloroform.
Pada percobaan juga dilakukan pembedahan mencit untuk pengenalan organ
tubuh bagian dalam mencit. Pembedahan dilakukan mula-mula dengan meng-
euthanasia mencit dengan menggunakan eter kemudian mencit dibedh perlahan dan
hati hati. Organ tubuh bagian dalam mencit memiliki struktur anatomi yang sama
dengan manusia mulai dari jantung, ginjal, paru-paru dan organ tubuh lainnya.

VII. Kesimpulan
Cara handling tikus dan mencit: Mula-mula hewan coba dipegang ujung ekor
dengan tangan kanan dan dibiarkan kaki depan terpaut pada kawat kasa kandang.
Kulit kepala  dipegang sejajar dengan telinga hewan coba dengan menggunakan jari
telunjuk dan ibu jari tangan kiri. Ekor dijepit dari pada jari kelingking kiri supaya
mencit itu dapat dipegang dengan sempurna. Hewan coba siap untuk diberikan
perlakuan.
Pemberian obat pada hewan coba mencit dan tikus dilakukan dengan cara
per oral, intra peritonial, intra vena, subkutan, dan intra muscular.
DAFTAR PUSTAKA

Malole,  M.M.B, Pramono. 1989. Penggunaan Hewan – Hewan  Percobaan Laboratorium.


Bogor : IPB. DitJen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi.  

Nazir M. 1988. Metode Penelitian Edisi ke-3. Jakarta : Ghalia  Indonesia.

Andriani,Anisa.2011.pengaruh pemberian ekstrak mengkudu (Morinda citrifolia).Bali:


Universitas Udayana

Muliani,Hirawati.2011.Pertumbuhan Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Pemberian Biji Jarak


Pagar (Jatropha curcas L.).Semarang: UNDIP

Widyaningrum,trianik.dkk.2008. Pengaruh dosis ekstrak air kangkung (Ipomoea reptans


poir.) Terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin mencit (Mus
musculus).Solo:UNS

Rauf,Afrisusnawati.2014.Penuntun praktikum anatomi fisiologi manusia. Makassar: UIN

Raven, P. 2005. Atlas Anatomi. Jakarta : Djambatan.

Sudjadi, Bagad. 2007. Biologi kelas 2 SMA. Jakarta: Yudistira

Anda mungkin juga menyukai