Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum Farmakologi Grup D

Pengenalan Hewan Percobaan

Jumat 4 Desember 2020

Disusun oleh :

Faniella Sandha 1842050034

Fakultas Farmasi

Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Jakarta Utara.
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan laporan ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
Laporan praktikum berjudul pengenalan hewan percobaan tepat waktu.

Laporan praktikum pengenalan hewan percobaan disusun guna memenuhi tugas dosen pada
Praktikum Farmakologi di Universitas 17 Agustus 1945. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang laporan ini.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu selaku dosen mata kuliah].
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta 5 Desember 2020

Faniella Sandha
Jawaban Pre Test

1.dapat :
1. Mengetahui alasan penggunaan hewan uji
2. Mengetahui klasifikasi hewan uji berdasarkan tujuan penggunaannya
3. Menjelaskan faktor-faktor penting dalam pemilihan hewan uji
4. Menjeaskan prinsip pemanfaatan hewan coba 5.Mengenal hewan coba mencit, tikus

2. Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan
untuk dipakai sebagai hewan model, dan juga untuk mempelajari dan mengembangkan berbagai macam
bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik.
Penggunaan hewan uji coba sebagai alat untuk memperjelas teori dan mempajari bagaimana obat
bekerja didlm tubuh

3. tikus dan mencit adalah hewan percobaan praktikum hari ini, karena mudah didapat dan memiliki
organ yang sama dengan manusia. suhu normal mencit dan tikus. adalah 35-38 derajat celcius

4. keunggulan :
gen mencit/tikus mirip dengan manusia
tidak bersifat fotofobik
kerugian :
merupakan hewan yang tidak mempunyai kelenjar keringat
jika diperlakukan secara kasar akan menjadi liar

5. dengan cara handuk diberi tetesan kloform dan mencit/tikus dibalutkan dihanduk tersebut sampai
tidak bernyawa

6. 1. Mencit
a. Oral:
Cairan obat diberikan dengan menggunakan sonde oral. Sonde oral ditempelkan pada langit-langit
mulut atas mencit, kemudian perlahan-lahan dimasukkan sampai ke esofagus dan cairan obat
dimasukkan.
b. Sub kutan:
Kulit di daerah tengkuk diangkat dan ke bagian bawah kulit dimasukkan obat dengan menggunakan alat
suntik 1 ml & jarum ukuran 27G/ 0,4 mm. Selain itu juga bisa di daerah belakang tikus
c. Intra vena:
Mencit dimasukkan ke dalam kandang restriksi mencit, dengan ekornya menjulur keluar. Ekornya
dicelupkan ke dalam air hangat (28-30 ºC) agar pembuluh vena ekor mengalami dilatasi, sehingga
memudahkan pemberian obat ke dalam pembuluh vena. Pemberian obat dilakukan dengan
menggunakan jarum suntik no. 24.
d. Intramuskular:
Obat disuntikkan pada paha posterior dengan jarum suntik no. 24.
e. Intra peritonial:
Pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan dengan sudut
sekitar 100 dari abdomen pada daerah yang sedikit menepi dari garis tengah, agar jarum suntik tidak
mengenai kandung kemih. Penyuntikan tidak di daerah yang terlalu tinggi untuk menghindari terjadinya
penyuntikan pada hati.

7. keuntungan :
tidak diperlukan keahlian khusus
dapat dipakai untuk pemberian obat larut dalam minyak
absorpsi yang cepat

kerugian :
rasa sakit
tidak dapat dipakai pada gangguan pembekuan darah
bioavibilitas berfariasi
obat dapat menggumpal pada tempat suntikan

8. obat yang paling baik diberikan adalah secara intramuskular karena langsung ke peredaran darah
tanpa melalui proses pencernaan

9.

10.
Jawaban Post test :

1. perbedaan : tikus lebih besar dibandingkan mencit, tikus memiliki berat dan panjang lebih besar, tikus
memerlukan waktu yang lama untuk proses kawin,
2. memegang hewan uji coba yang baik adalah dengan mengelus eluskan terlebih dahulu agar hewan
percobaan menjadi lebih tenang lalu taruh ibu jari dan jari telunjuk dibelakang leher dan dijepit, pegang
buntut hewan uji coba dengan jari manis dan kelingking
3. ketakutan, tergesah-gesah berlari-larian, tidak tenang/memberontak, dan juga dapat mengigit
4. tujuan dislokasi dilakukan jika proses percobaan telah selesai dan hewan tidak digunakan untuk tahap
percobaan selanjutnya. percobaan dilakukan dengan cara kimia atau cara fisika, cara kimia dengan
menggunakan eter pada dosis yang mematikan, dengan fisika dengan cara dibanting atau dislokasikan
leher/pernapasan hewan
5. akan terjadi penumpukan cairan didalam tubuh hewan uji dan dapat menyebabkan kematian pada
hewan uji
6. bobot badan dan ukuran, variasi biologik, status kesehatan, mudah untuk dipelihara, dapat
berproduksi secara cepat dan banyak
7. usia, berat badan, waktu pemberian, jenis kelamin, lingkungan, faktor genetik, kondisi individu
BAB I

Pendahuluan

A. Tujuam Praktikum

1. Mahasiswa mampu mengenali karaktetistik hewan percobaan yang akan dipakai percobaan

2. Mampu menangani hewan percobaan seperti mencit, kelinci, dan kelinci

B. Teori Dasar

Uji coba hewan merupakan kegiatan yang melibatkan hewan sebagai objek dari eksperimen. Beberapa
istilah yang berkaitan dengan uji coba hewan antara lain eksperimen pada hewan, penelitian pada
hewan, uji coba in-vivo dan vivisection. Uji coba hewan dilakukan pada penelitian dasar dan terapan
(biomedis), pengujian obat-obatan, pengujian zat-zat biologis, serta bertujuan sebagai sarana
pendidikan[1].Hewan yang dapat dijadikan sebagai objek pengujian adalah hewan yang bebas dari
mikroorganisme patogen, memiliki reaksi imunitas yang baik, kepekaan pada suatu penyakit, dan
performa atau anatomi tubuh hewan percobaan dikaitkan dengan sistem genetiknya. Hewan yang
banyak digunakan pada percobaan ialah mencit (Mus musculus) sekitar 40%, tikus putih (Rattus
norvegicus), kelinci (Oryclolagus cunucilus), hamster, dan primata

Terdapat konsep 3Rs yaitu replacement (penggantian), reduction (pengurangan), dan refinement
(perbaikan) sebagai parameter penggunaan hewan dalam penelitian. Uji coba pada hewan perlu
dilakukan sesuai etik antara lain cara memperoleh hewan percobaan, transportasi, perkandangan,
kondisi lingkungan, makanan, perawatan, pengawasan oleh dokter hewan, dan teknik pelaksanaan uji
coba dengan anastesi agar tidak menimbulkan rasa nyeri

Dalam penggueaan hewan percobaan di samping mutu harus baik, juga pengadaan harus mudah dan
siap setiap saat bila mana diperlukan . Dengan demikian tidak terjadi kendala dalarn merencanakan
suatu percobaan. Rancangan percobaan yang makin komplek banyak perlakuan, makin banyak
memerlukan hewan. Lebih-lebih kalau merencanakan membunuh hewan pada periode berbeda-beda,
hewan perkelompok harus tersedia cukup banyak4. Lama penggunaan hewan percobaan dapat pula
mempengaruhi cara pengadaannya.
BAB II

PEMBAHASAN

Hewan mencit atau Mus Musculus adalah tikus rumah biasa termasuk kedalam ordo rodentia dan family
Muridae. Mencit dewasa biasanya memiliki berat antara 25–40 gram dan mempunyai berbagai macam
warna. Mayoritas mencit laboratorium adalah strain albino yang mempunyai warna bulu putih dan mata
merah muda. Mencit merupakan hewan yang tidak memiliki kelenjar keringat, jantung terdiri dari empat
ruang dengan dinding atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih tebal. Didalam laboratorium
hewan mencit mudah ditangani, ia bersifat penakut, fotofobik cenderung berkumpul sesamanya,
mempunyai kecendrungan untuk bersembunyi dan lebih aktif pada malam hari. Suhu tubuh normal
37,40C dengan laju respirasi 163/menit.

Sementara untuk tikus termasuk hewan cerdas, mudah ditangani, tidak bersifat fotofobik, lebih resisten
terhadap infeksi, kecendrungan untuk berkumpul dengan sesama sangan kurang, jika makanannya
kurang atau diperlakukan secara kasar akan menjadi liar dan galak, suhu tubuh normal 37,50C dengan
laju respirasi 210/menit. Pada mencit dan tikus terdapat persamaan dimana gigi seri pada keduanya
sering digunakan untuk mengerat atau menggigit benda-benda yang kasar.

Melalui kegiatan praktikum ini, akan membantu anda untuk dapat memberikan obat kepada hewan uji
dengan berbagai jalur pemberian dan melalui kegiatan praktikum ini pula anda mampu untuk
mengambil spesimen sampel hewan uji. Kedua kemampuan tadi diperlukan agar hewan coba terlindung
dari rasa sakit selain itu dosis yang diberikan hewan coba juga sesuai dan kemampuan ini penting untuk
melakukan percobaan-percobaan pada praktikum yang berikutnya. Sebelum anda mampu memberikan
obat dan mangambil spesimen pada hewan uji, anda dituntut untuk mampu memegang dan
mengendalikan hewan uji dengan benar, hewan uji terlindung dari rasa sakit dan cedera yang didapat
bila hewan tersebut dipegang dengan benar, selain itu bila hewan tersebut tidak dipegang dengan
benar, maka hewan tersebut dapat melukai anda.

Cara memegang Hewan Percobaan :

Cara memegang hewan percobaan berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar
atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan menyebabkan kecelakaan ataupun rasa sakit
bagi hewan coba (ini akan menyulitkan dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan darah,
misalnya) dan juga bagi orang yang memegangnya.

1. Memegang Mencit

a. Mencit diangkat dengan cara memegang ekor kearah atas dengan tangan kanan

b. lalu letakkan mencit diletakkan di permukaan yang kasar biarkan mencit menjangkau /
mencengkeram alas yang kasar (kawat kandang).
c. Kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuk mencit seerat / setegang
mungkin.

d. Ekor dipindahkan dari tangan kanan, dijepit antara jari kelingking dan jari manis tangan kiri.

e. Dengan demikian, mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan siap untuk diberi perlakuan.

2. Cara Memegang Tikus

a. Tikus adalah hewan yang pandai dan responnya baik bila dipegang dengan baik pula

b. Tikus tidak akan menyerang kecuali merasa terancam atau diprovokasi. Penggunaan sarung tangan
selain mengurangi resiko alergi, juga menghindari paparan feromone dan dan senyawa kimia lain yang
dapat menyebabkan tikus gugup

c. Angkat hewan lembut dengan menempatkan tangan Anda di sekitar dada bagian atas, tanpa
meremas. Tempatkan ibu jari Anda di bawah rahang hewan jika Anda takut digigit, tetapi tidak
memberikan tekanan pada tenggorokan

d. Tikus akan tetap santai jika perut dipijat lembut. Berbicara dengan tenang dan menghindari suara
bernada tinggi. Ingatlah untuk menahan bagian belakangnya hewan serta

CARA PEMBERIAN OBAT PADA HEWAN :

1. Mencit
a. Oral:
Cairan obat diberikan dengan menggunakan sonde oral. Sonde oral ditempelkan pada langit-langit
mulut atas mencit, kemudian perlahan-lahan dimasukkan sampai ke esofagus dan cairan obat
dimasukkan.

b. Sub kutan:

Kulit di daerah tengkuk diangkat dan ke bagian bawah kulit dimasukkan obat dengan menggunakan alat
suntik 1 ml & jarum ukuran 27G/ 0,4 mm. Selain itu juga bisa di daerah belakang tikus

c. Intra vena:
Mencit dimasukkan ke dalam kandang restriksi mencit, dengan ekornya menjulur keluar. Ekornya
dicelupkan ke dalam air hangat (28-30 ºC) agar pembuluh vena ekor mengalami dilatasi, sehingga
memudahkan pemberian obat ke dalam pembuluh vena. Pemberian obat dilakukan dengan
menggunakan jarum suntik no. 24.

d. Intramuskular:
Obat disuntikkan pada paha posterior dengan jarum suntik no. 24.

e. Intra peritonial:
Pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan dengan sudut
sekitar 100 dari abdomen pada daerah yang sedikit menepi dari garis tengah, agar jarum suntik tidak
mengenai kandung kemih. Penyuntikan tidak di daerah yang terlalu tinggi untuk menghindari terjadinya
penyuntikan pada hati.

2. Tikus

a. Pemberian secara oral, intra muskularintra peritonial dan intravena dilakukan dengan cara yang sama
seperti pada mencit.

b. Pemberian secara sub kutan dilakukan di atas kulit tengkuk atau kulit abdomen.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penggunaan hewan percobaan merupakan pilihan terakhir dimana tidak terdapat cara lain yang bisa
menggantikannya. Berdasarkan tujuan penggunaan hewan uji, maka hewan uji dapat diklasifikasikan
menjadi hewan Exploratory (penyelidikan), hewan Explanatory (penjelasan) dan hewan Predictive
(perkiraan). pemilihan hewan uji disesuaikan dengan tujuan percobaan, sifat biologi hewan, studi litertur
dll
1) Penting untuk mengetahui cara memegang hewan uji sebelum mempelajari cara pemberian obat dan
mengambil spesimen hewan uji.

2) Cara memegang hewan uji, berbeda-beda tergantung jenis hewan uji tersebut

3) Cara memegang hewan uji yang benar akan mencegah hewan tersebut cedera atau mencederai anda
Daftar Pustaka

1. Hendra steviani. 2016. Praktikum Farmakologi. Jakarta

2. Intan Tolistiawaty, Junus Widjaja, Phetisya Pamela F. Sumolang, Octaviani (2014). "Gambaran
Kesehatan pada Mencit (Mus musculus) di Instalasi Hewan Coba". Vektor Penyakit. 8 (1): 27–32.

3. Sulaksono M edhie, Pudjoprajitno, Siti sundari Yuwono, ketut patra (1996). "Keadaan dan masalah
hewan percobaan di indonesia".

4. Universitas 17 Agustus 1945. Modul Praktikum Farmakologi. 2020. Jakarta

5. Hanafiah, M. Jusuf (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC. hlm. 116–117. ISBN
979-448-459-8

Anda mungkin juga menyukai