Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI II
PEMILIHAN DAN PENANGANAN HEWAN UJI

Oleh:

NAMA : HASLINDAH
NIM : 17.019.AF
KELAS : REGULER A
KELOMPOK : III (TIGA)
INSTRUKTUR : ERMAWATI S.Farm.,M.Si,Apt

AKADEMI FARMASI YAMASI MAKASSAR


2 0 1 9/2 0 2 0
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada uji farmakologi suatu sediaan dilakukan uji praklinis dan uji klinik.
dimana uji praklinik melibatkan penggunaan hewan coba mencit (Mus musculus)
dan untuk uji klinik dilakukan pada manusia. Uji praklinik ini bertujuan untuk
menguji produk pada hewan dan mengamati efeknya pada kesehatan hewan
yang jika tidak berbahaya maka dilanjutkan dengan pengujian pada manusia (uji
klinik). Selain itu, pengamatan manusia terhadap suatu subyek dalam suatu
pengamatan sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukannya suatu alat atau
obyek tertentu untuk dapat membantunya dan yang dapat pula dipergunakan
sebagai subyek dalam penelitian, di antaranya adalah dengan mempergunakan
hewan-hewan percobaan.
Pemanfaatan hewan percobaan demi pengembangan ilmu dan teknologi
semakin meningkat, baik dalam penggandan jumlah, ras,maupun aneka kondisi
hewan. Kegunaan hewan percobaan tersebut antara lain sebagai pengganti dari
subyek yang diinginkan, sebagai model, di samping itu di bidang farmasi juga
digunakan sebagai alat untuk mengukur besaran kualitas dan kuantitas suatu
obat sebelum diberikan kepada manusia. Sejalan dengan hal tersebut terjadi
pula peningkatan teknik dalam tata laksana peternakan dan
pengembanganbiakan, serta cara-cara perlakuan dan penanganan terhadap
hewan percobaan.
Penggunaan hewan percobaan terus berkembang hingga kini. Tidak semua
hewan coba dapat digunakan dalam suatu penelitian, harus dipilih mana yang
sesuai dan dapat memberikan gambaran tujuan yang akan dicapai. Hewan
sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-
persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis/keturunan dan lingkungan
yang memadai dalam pengelolaannya, di samping faktor ekonomis, mudah
tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip
kejadiannya pada manusia.
Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan agar kita dapat mengetahui cara
penaganan hewan uji dengan baik dan benar serta beretika terhadap hewan
percobaan dalam praktikum/penelitian.

I.2 Maksud dan Tujuan


I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan mengenal jenis hewan serta cara penaganannya
dilaboratorium.
I.2.2 Tujuan Percobaan
1. Untuk mengidentifikasi beberapa karakteristik hewan uji, seperti jenis
kelamin,bobot badan,panjang badan,lebar badan dan aktivitas.
2. Untuk mengukur tingkat kesehatan hewan uji mencit (Mus Musculus)
dengan metode BCS (Body condition scoring)
3.Menghitung perubahan berat badan mencit (Mus musculus) dalam masa
adaptasi selama 5 (lima) hari

I.3 Prinsip Percobaan


Identifikasi karakteristik hewan uji dan pengukuran kesehatan mencit
dengan meraba bagian tulang sacroiliac (tulang antar tulang belakang
hingga ketulang kemaluan) dengan menggunakan jari dan mencocokannya
dengan nilai BCS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Teori Umum
Dalam arti luas, obat ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi
proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya.
Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat
menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan
penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat
mengakibatkan berbagai gejala penyakit. Dahulu farmakologi mencakup
pengetahuan tentang sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik, komposisi,
efekfisiologi dan biokimia, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi,
biotransformasi, ekskresi dan penggunaan obat. Namun dengan
berkembangnya pengetahuan, beberapa bidang ilmu tersebut telah
berkembang menjadi cabang ilmu tersendiri. (Gan Gunawan, Sulistia., 1995)

Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang


sengaja dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model, dan
juga untuk mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu
dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik. Animal model atau hewan
model adalah objek hewan sebagai imitasi (peniruan) manusia (atau spesies
lain), yang digunakan untuk menyelidiki fenomena biologis atau patobiologis
(dari jurnal praktikum hendra stevani mengutip ; Hau & Hoosier Jr., 2003)
Rustiawan menguraikan beberapa alasan mengapa hewan percobaan
tetap diperlukan dalam penelitian khususnya di bidang kesehatan, pangan dan
gizi antara lain:
1. keragaman dari subjek penelitian dapat diminimalisasi,
2. variabel penelitian lebih mudah dikontrol,
3. daur hidup relatif pendek sehingga dapat dilakukan penelitian yang
bersifat multigenerasi,
4. pemilihan jenis hewan dapat disesuaikan dengan kepekaan hewan
terhadap materi penelitian yang dilakukan,
5. biaya relatif murah,
6. dapat dilakukan pada penelitian yang berisiko tinggi,
7. mendapatkan informasi lebih mendalam dari penelitian yang dilakukan
karena kita dapat membuat sediaan biologi dari organ hewan yang
digunakan,
8. memperoleh data maksimum untuk keperluan penelitian simulasi, dan
9. dapat digunakan untuk uji keamanan, diagnostik dan toksisitas
Berdasarkan tujuan penggunaan hewan uji, maka hewan uji dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. Exploratory (penyelidikan) Hewan Uji ini digunakan untuk memahami
mekanisme biologis, apakah termasuk mekanisme dasar yang normal
atau mekanisme yang berhubungan dengan fungsi biologis yang
abnormal.
2. Explanatory (penjelasan) Hewan Uji ini digunakan untuk memahami
lebih banyak masalah biologis yang kompleks.
3. Predictive (perkiraan) Hewan Uji ini digunakan untuk menentukan dan
mengukur akibat dari perlakuan, apakah sebagai cara untuk pengobatan
penyakit atau untuk memperkirakan tingkat toksisitas suatu senyawa
kimia yang diberikan. (Hendra Stevani,2016)
Dalam penelitian kesehatan yang memanfaatkan hewan coba, juga
harus diterapkan prinsip 3 R dalam protokol penelitian, yaitu: replacement,
reduction, dan refinement Replacement adalah banyaknya hewan percobaan
yang perlu digunakan sudah diperhitungkan secara seksama, baik dari
penelitian sejenis yang sebelumnya, maupun literatur untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh mahluk hidup lain seperti
sel atau biakan jaringan. Replacement terbagi menjadi dua bagian, yaitu: relatif
(sebisa mungkin mengganti hewan percobaan dengan memakai organ/jaringan
hewan dari rumah potong atau hewan dari ordo lebih rendah) dan absolut
(mengganti hewan percobaan dengan kultur sel, jaringan, atau program
komputer).
Dalam penanganan terhadap hewan coba ada beberapa hal yang
harus diperhatikan (Tim farmakologi, 2019) :
1. Cara penanganan hewan uji
a. Kelinci dan Marmut
Jangan sekali kali memegang telinga karena saraf dan pembuluh darah
dapat terganggu.
b. Tikus dan mencit
peganglah pada ekornya tetapi hati-hati jangan sampai hewan tersebut
membalikkan tubuhnya dan mengigit Anda. Karena itu selain ekornya,
pegang juga bagian leher belakang (tengkuk) dengan ibu jari dan jari
telunjuk.
2. Menggunakan kembali hewan yang telah digunakan
Untuk menghemat biaya, bila mungkin diperbolehkan menggunakan hewan
percobaan lebih dari sekali. Walaupun demikian, jika hewan tersebut telah
digunakan dalam satu periode dan obat yang digunakan pada percobaan
sebelumnya masih berada dalam tubuh hewan kemungkinan hasil percobaan
berikutnya akan memberikan data yang tidak benar. Contohnya pemberian
barbiturate yang menyebabkan induksi enzim. Maka dari itu hewan
percobaan yang akan digunakan pada percobaan berikutnya sebaiknya
berselang waktu minimal 14 hari.
3. Memberi kode/ tanda hewan percobaan
Seringkali digunakan untuk mengidentifikasi hewan yang terdapat dalam satu
kelompok/ kandang, sehingga memudahkan membedakannya. Gunakan
larutan asam pikrat 10 % dalam air dan sebuah sikat atau kuas yang
diberikan pada punggung hewan uji. Punggung hewan uji dibagi menjadi 3
bagian:
a. Bagian kanan menunjukkan angka satuan
b. Bagian tengah menunjukkan angka puluhan
c. Bagian kiri menunjukkan angka ratusan
Dapat pula dengan memberi kode pada ujung ekor dengan garis melintang
atau sejajar dengan nomor urut hewan uji.
4. Memberi makan hewan percobaan
a. Hewan percobaan biasanya memberikan hasil dengan deviasi yang besar
dibandingkan dengan percobaan in vitro karena adanya variasi biologis.
Untuk menjaga agar variasi tersebut minimal, hewan-hewan yang
mempunyai spesies yang sama atau strain yang sama, usia yang sama
dan jenis kelamin yang sama, dipelihara pada kondisi yang sama pula.
b. Hewan percobaan harus diberi makan sesuai dengan makanan standar
untuknyadan diberi minum.
c. Untuk mengurangi variasi biologis, hewan harus dipuasakan semalam
sebelum percobaan dimulai. Dalam hal ini hanya diperbolehkan untuk
diberi minum.
5. Memusnahkan hewan percobaan
a. Cara terbaik untuk membunuh hewan dengan memberikan suatu anastetik
over dosis. Injeksi barbiturat (Na.pentobarbital 300 mg/ml) secara I.V
untuk kelinci dan anjing. Secara I.P untuk marmut, tikus dan mencit atau
dengan inhalasi menggunakan kloroform, CO2, nitrogen dll dalam wadah
tertutup untuk semua jenis hewan.
b. Hewan disembelih, kemudian dimasukkan dalam kantong plastic dan
dibungkus lagi dengan kertas diletakkan didalam tas plastic, ditutup dan
disimpan dalam lemari pendingin atau langsung diabukan.

II.2 Uraian Hewan Uji


II.2.1 Mencit (Mus musculus)
(Muliani,2011)
a. Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
b. Morfologi
Ukuran lebih kecil, bulu berwarna putih, dan warna kulit lebih pucat,
mata berwarna hitm dan kulit berpigmen.
c. Karakteristik Mencit
Lama Hidup : 1- 2 tahun, bisa sampai 3 tahun
Lama Bunting : 19 - 21 hari
Umur Disapih : 21 hari
Umur Dewasa : 35 hari
Siklus Kelamin : poliestrus
Siklus Estrus : 4-5 hari
Lama Estrus : 12-24 jam
Berat Dewasa : 20-40 g jantan;18-35 g betina
Berat Lahir : 0,5-1,0 gram
Jumlah anak : rata-rata 6, bisa 15
Suhu ( rektal ) : 35-39˚C( rata-rata 37,4˚C )
Perkawinan Kelompok : 4 betina dengan 1 jantan
Aktivitas : Nokturnal (malam)
Sifat– sifat mencit :
1. pembauannya sangat peka yang memiliki fungsi untuk mendeteksi
akan, deteksi predator dan deteksi signal (feromon).
2. penglihatan jelek karena sel konus sedikit sehingga tidak dapat
melihat warna.
3. Sistem sosial: berkelompok
4. Tingkah laku:
* jantan dewasa + jantan dewasa akan berkelahi
* Betina dewasa + jantan dewasa damai
* Betina dewasa + betina dewasa damai
BAB III
METODE KERJA
III. 1 Alat dan Bahan yang Digunakan
III.1.1 Alat yang Digunakan
a. Kandang
b. Penggaris
c. Spidol (hitam,merah,biru)
d. Timbangan
e. Toples
III.1.2 Bahan yang Digunakan
a. Masker
b. Sarung tangan
c. Tissue
III. 2 Cara Kerja
III.2.1 Mencit (Mus musculus)
a. Cara Memegang
Dipegang dengan menepit ekornya dengan tangan kanan hingga
terlilit di jari kelingking, dibiarkan menjangkau / mencengkeram alas
yang kasar (kawat kandang), tengkuk mencit dielus perlahan,
kemudian ibu jari dan jari telunjuk menjepit bagian leher belakang
dekat kepala.
b. Memberi kode
Dibiarkan mencit mencengkram ras sehingga tertahan
ditempat,kemudian ditandai ekor mencit dengan garis melintang
menggunakan spidol.
c. Berat badan
Diangkat mencit, kemudian letakkan diatas timbangan. Dicatat.
d. Panjang badan
Diletakkan mencit diatas meja, kemudian diukur menggunakan
penggaris mulai dari kepala hingga ekor. Dicatat.
e. Jenis kelamin
Diangkat mencit, lalu badan mencit dibalik. Kemudian diperhatikan
dibagian bawah perutnya untuk mengetahui jenis kelamin hewan uji.
Dicatat.
f. Aktivitas
Diletakkan mencit diatas meja, lalu diperhatikan apakah mencit aktif
atau tidak. Dicatat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Data Pengamatan

IV.1.1 Kelompok I (Biru)


Nomor Jenis Berat Panjang Lebar
No Aktifitas
HU Kelamin Badan Badan badan

1. B1 Jantan 21 g 16 cm 4,5 cm +

2. B2 Jantan 26 g 17,5 cm 4,5 cm +


3. B3 Jantan 23 g 17 cm 5 cm +

IV.1.2 Kelompok 2 (Hitam)


Nomor Jenis Berat Panjang Lebar
No Aktifitas
HU Kelamin Badan Badan badan
1. H1 Jantan 24 g 17 cm 4 cm +
2. H2 Jantan 29 g 18 cm 4,5 cm +
3. H3 Jantan 22 g 19 cm 4 cm +

IV.1.3 Kelompok 3 (Merah)


Nomor Jenis Berat Panjang Lebar
No Aktifitas
HU Kelamin Badan Badan badan
1. M1 Jantan 27 g 19 cm 4,5 cm +
2. M2 Jantan 26 g 18 cm 5 cm +
3. M3 Jantan 25 g 16 cm 4 cm +
IV.1.4 Tabel pengukuran tingkat kesehatan hewan uji mencit dengan metode
BCS (Body Condition Scoring)

a. Kelompok 1

No Berat Hasil
mencit badan Pengamatan Perabaan

B1 21g Dibawah kondisi standar BCS nilai 2

B2 26g Dalam kondisi yang baik BCS nilai 3


B3 23g Dibawah kondisi standar BCS nilai 2
b. Kelompok 2

No Berat Hasil
mencit badan Pengamatan Perabaan
H1 24 g Dibawah kondisi standar BCS nilai 2
H2 29 g Dalam kondisi yang baik BCS nilai 3
H3 22 g Dibawah kondisi standar BCS nilai 2

c. Kelompok 3

No Berat Hasil
mencit badan Pengamatan Perabaan
M1 27g Dalam kondisi yang baik BCS nilai 3
M2 26 g Diatas kondisi standar BCS nilai 3
M3 25 g Dibawah kondisi standar BCS nilai 2
IV.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, mempraktikkan tentang cara - cara
penanganan hewan percobaan dengan benar. Hewan percobaan untuk
praktikum farmakologi kali ini adalah mencit. Cara penanganan hewan –
hewan percobaan ini pun berbeda – beda sesuai dengan karakteristiknya
masing – masing hewan. Pada saat praktikum kita tidak boleh membuat
mencit tersebut depresi / stress, karena mereka akan lebih agresif bila
sedang merasa terganggu. Dan bila mereka merasa stres, maka mereka
dapat memberontak atau malah dapat menggigit tangan kita hingga terluka.
Oleh karena itu, Kita harus membuat mereka nyaman sehingga kita mudah
untuk melakukan pengamatan. Kita juga harus belajar cara memegang
mencit yg baik.
Percobaan pada penanganan hewan uji kali ini adalah melakukan
penandaan atau memberi kode pada hewan uji dengan menggunakan spidol,
mengukur fisik hewan uji berupa berat,panjang dan lebar, serta mengecek
jenis kelamin dari hewan uji. Hal – hal yg harus di perhatikan bila ingin
memegang hewan - hewan percobaan ini adalah harus menggunakan sarung
tangan dan masker. Tujuan menggunakan sarung tangan adalah untuk
mengurangi kontaminasi langsung dengan mencit. Karena ditakutkan adanya
bakteri pada tubuh hewan tersebut, kemudian untuk menjaga agar bila mencit
menggigit tidak langsung terkena kulit tangan kita, akan tetapi terkena sarung
tangannya lebih dahulu. Kita harus mempelajari cara – cara menangani dan
memegang hewan – hewan percobaan ini agar mempermudah untuk
pemberian obat pada praktikum – praktikum selanjutnya.
Mencit Kelompok 1 dengan nomor B1 B2dan B3 telah memenuhi
standar kariteria hewan uji dan aktivitasnya postif tetatpi saat dilakukan
pengukuran tingkat kesehatan mencit nomor B1 ini hanya memenuhi BCS
nilai 2 yaitu mencit dibawah kondisi standar sebab saat diraba bagian kepala
hingga bokong mencit nomor tersebut terasa bagian tulang-tulangnya dengan
daging yang sedikit, sedangkan mencit nomor B2 juga telah memenuhi
standar hewan uji dan aktivitasnya positif , mencit nomor B2 ini saat
dilakukan pengukuran tingkat kesehatan mencit nomor ini memenuhi kriteria
dengan BCS nilai 3 karena tidak terdapat tonjolan tulang tetapi pada saat
diraba masih bisa dirakan adanya tulang.sedangkan mencit dengan nomor B3
ini hanya memenuhi BCS nilai 2 yaitu mencit dibawah kondisi standar sebab
saat diraba bagian kepala hingga bokong mencit nomor tersebut terasa
bagian tulang-tulangnya dengan daging yang sedikit.
Mencit kelompok 2 telah memenuhi standar karakteristik hewan uji.
Tetapi saat pengukuran tingkat kesehatan Mencit nomor H1 masuk kedalam
BCS nilai 2 yaitu mencit dibawah kondisi standar sebab saat diraba bagian
kepala hingga bokong mencit nomor tersebut terasa bagian tulang-tulangnya
dengan daging yang sedikit. Mencit nomor H2 masuk kedalam BCS nilai 3
karena bila diraba tubuhnya tidak tampak tonjolan tulang. Mencit nomor H3
memenuhi kriteria dengan BCS nilai 2 saat diraba bagian kepala hingga
bokong mencit nomor tersebut terasa bagian tulang-tulangnya dengan daging
yang sedikit.
Mencit kelompok 3 telah meemnuhi standar karakteristik hewan uji
tetapi saat pengukuran tingkat kesehatan mencit nomor M1 masuk kedalam
BCS nilai 3 yaitu bilamana diraba tubunya tidak tampak tonjolan tulang,mencit
nomor M2 juga masuk kedalam BCS nilai 3 yaitu bilamana diraba tubunya
tidak tampak tonjolan tulang,mencit nomor M3 memenuhi kriteria dengan
BCS nilai 2 saat diraba bagian kepala hingga bokong mencit nomor tersebut
terasa bagian tulang-tulangnya dengan daging yang sedikit.
Setelah melakukan praktikum tersebut, praktikan wajib membersihkan
tangan dengan antibakteri (hand sanitizer) atau langsung mencuci tangan
dengan sabun. Agar kuman atau bakteri yang ada pada mencit dan tikus tidak
masuk ke dalam tubuh.
Jika praktikan terkena gigitan dari hewan tersebut, maka harus cepat –
cepat di bersihkan dengan sabun dan bila perlu langsung di beri alkohol pada
bagian yang terluka. Hal ini karena alkohol dapat menghentikan proses
pendarahan yang berlangsung.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari data dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
a. Hewan uji dikelompok 1 dengan nomor B1 B2 dan B3 telah memenuhi
kriteria karakteristik hewan uji dan semua aktivitas mencit positif
b. Hewan uji dikelompok 2 dengan nomor H1, H2, H3 telah memenuhi kriteria
karakteristik hewan uji, dan semua aktivitas mencit positif
c. Hewan uji dikelompok 3 dengan nomor M1 M2 dan M3 telah memenuhi
kriteria karakteristik hewan uji, dan semua aktivitas mencit positif
V.2 Saran
Sebaiknya dalam menangani hewan coba lebih diperhatikan etika-etika
penanganan hewan coba di laboratorium, dan praktikan lebih berhati-hati dalam
penangan hewan coba saat praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Gan Gunawan, Sulistia., 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta:
FKUI. (cetak ulang;2001)

Hendra stevani, 2016. Praktikum Farmakologi.Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan

Muliani,Hirawati.2011.Pertumbuhan Mencit (Mus Musculus L.) Setelah


Pemberian Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.).Semarang: UNDIP
(PDF. pada jumat, 31 maret 2017. Pukul 09.46 wita)

Tim Farmakologi., 2019. Penuntun Praktikum Farmakologi. Makassar :


Akademi Farmasi Yamasi.
LAMPIRAN

Penimbangan berat badan mencit pengkuran lebar badan


mencit

pengukuran panjang badan mencit Pengamatan aktivitas dan BCS

Anda mungkin juga menyukai