Anda di halaman 1dari 22

Tanda Tangan ACC Laporan

( Zakiah Thahir S Farm Mkes Apt )

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

PRAKTIKUM 3
PENGUJIAN EFEK ABSORBSI OBAT PADA HEWAN UJI

Oleh:
KELOMPOK I
KELAS C18
SYAFIRA ALFA RISKI ( 18.116.AF )
DENA YUNITA ( 18.089.AF )
SRY FAJRYANI ( 18.112.AF )
YENNI MEIKA PUTRI ( 18.126.AF )
NURATIKA SUDIRMAN ( 18.097.AF )
VENTRI SANDAN ( 18.122.AF )
IIN MEYLANI RIZAL ( 18.093.AF )
SISKA KINDAN ( 18.108.AF )
RICSTYN SILVIA PUTRI ( 18.102.AF )
ANJAS EKA SAPUTRA ( 18.088.AF )

INSTRUKTUR : ZAKIAH THAHIR,S.Farm,M.,Kes,Apt

AKADEMI FARMASI YAMASI


MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang

Obat adalah bentuk sediaan tertentu dari bahan obat yang digunakan

pada organisme hidup dan dapat menimbulkan respon pada pemakainya.

Absorbsi adalah proses perpindahan obat dari tempat pemberiannya ke

dalam pembuluh darah. Bentuk sediaan dan cara pemberian merupakan

penentu dalam memaksimalkan proses absorbsi obat oleh tubuh karena

keduanya sangat menentukan efek biologis suatu obat.

Obat sebaiknya dapat mencapai reseptor kerja yang di inginkan setelah

diberikan melalui rute tertentu yang nyaman dan aman seperti suatu obat

yang memungkinkan diberikan secara intravena dan diedarkan di dalam

darah langsung dengan harapan dengan memberikan efek relatif lebih

cepat.

Dalam praktikum kali ini, Diazepam digunakan sebagai sampel obat

agar cepat diketahui efek farmakologi obat,sehingga dapat diketahui

perbandingan efek farmakologi yang dihasilkan berdasarkan perbedaan

cara pemberian obat.


I. 2 Maksud dan Tujuan

I. 2.1 Maksud Percobaan


Untuk mengetahui cara menganalisa efek absorbsi obat dalam
berbagai rute pemberian obat

I. 2. 2 Tujuan Percobaan
Untukmenganalisiskecepatanabsorbsidiazepamdenganberbagai
macamjalurpemberianobat.

I. 3 Prinsip Percobaan
Cara pemberian mempengaruhi kecepatan absorbsi, semakin cepat
obat diabsorbsi oleh tubuh maka semakin cepat pula efek hipnotik obat
terjadi dengan ditandai oleh waktu tertidurnya hewan coba yang lebih cepat
pula.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Teori Umum

Obat adalah bentuk sediaan tertentu dari bahan obat yang digunakan

pada organism hidup dan dapat menimbulkan respon pada pemakainya.

Kerja suatu obat merupakan hasil dari banyak sekali proses umunya ini di

dasari suatu rangkaian reaksi yang dibagi tiga fase :

a. Fase farmaseutik

Fase ini meliputi hancurnya sediaan obat dan melarutnya bahan

obat,dimana kebanyakan bentuk sediaan obat padat yang digunakan.

Karena itu fase ini terutama ditentukan oleh sifat-sifat galenik obat.

b. Fase farmakokinetika
Fase ini termasuk proses invansi dan proses eliminasi,yang
dimaksud dengan invansi adalah proses-proses yang berlangsung pada
pengambilan sesuatu bahan obat dalam organisme sedangkan
eliminasi merupakan proses-proses yang menyebabkan penurunan
konsentrasi obat dalam organisme.
c. Fase farmakodinamika
Merupakan interaksi obat-reseptor dan juga proses-prose yang
terlibat dimana akhir efek farmakologi terjadi.
Suatu obat dapata diberikan baik pada permukaan tubuh,yakni pada kulit
atau mukosa, maupun disuntikkan dengan bantuan alat perforasi kedalam
bagian tubuh.
Tempat pemberian, cara pemberian dan bentuk sediaan obat diatur
menurut :
- Sifat fisik dan kimia obat
- Munculnya kerja dan lama kerja yang di inginkan
- Tempat obt seharusnya bekerja.
Apabila di inginkan kerja yang cepat maka harus dipilih suatu cara
pemberian, yang dimana pada setelah pemberian obat tidak terjadi proses
absorbsi.
Agar dapat di absorbsi obat harus dalam bentuk larutan. Obat yang
diberikan dalam larutan akan lebih cepat di absorbsi daripada yang harus
larut dulu dalam tubuh sebelum di absorbsi. Absorbsi obat dilakukan
dengan cara menembus membran yang memisahkan obat ditempat
pemberian dengan tempat-tempat kerja obat.
Perjalanan obat itu sendiri melalui 4 tahap (disebut fase
farmakokinetika), yaitu:
a. Absorbsi
Yaitu pengambilan obat dari permukaan tubuh atau dari tempat
tempat tertentu dalam organ kedalam aliran darah atau system
pembuluh lymfe. Dari aliran darah atau system pembuluh lymfe terjadi
distribusi obat kedalam organisme keseluruhan. Karena obat baru
berkhasiat apabila berhasil mencapai konsentrasi yang sesuai pada
tempat kerjanya maka suatu absorbsi yang cukup merupakan syarat
untuk suatu efek terapeutik,sejauh obat tidak digunakan secara
intravasal atau tidak langsung dipakai ke tempat kerjanya. Dikatakan
cukup apabila kadar obat yang telah diabsorbsi melewati batas KTM
atau Kadar Toksik Minimum namun masih berada di batas KEM atau
Kadar Efektif Minimum (Anief,2007).
b. Distribusi
Yaitu proses penyebaran zat aktif yang telah masuk ke
peredaran darah ke seluruh tubuh,baik secara kualitatif maupun
kuantitatif (Anief,2007).
C. Metabolisme dan Eksresi (Eliminasi)
Obat harus melalui proses metabolisme agar dapat dikeluarkan
dari tubuh. Dimana pada saat inilah tubuh berusaha mengubahnya
metabolit yang bersifat hidrofil agar mudah dikeluarkan melalui sistem
eksresi misalnya lewat anus,paru,kulit dan ginjal.

Cara-cara pemberian obat untuk mendapatkan efek terapeutik yang


sesuai adalah sebagai berikut:
Cara/bentuk sediaan parenteral
1. Intravena (IV) (Tidak ada fase absorpsi, obat langsung masuk ke dalam
vena, “onset of action” cepat, efisien, bioavailabilitas 100 %, baik
untuk obat yang menyebabkan iritasi kalau diberikan dengan cara
lain, biasanya berupa infus kontinu untuk obat yang waktu-paruhnya
(t1/2) pendek).
2 Intramuskular (IM) (“Onset of action” bervariasi, berupa larutan dalam
air yang lebih cepat diabsorpsi daripada obat berupa larutan dalam
minyak, dan juga obat dalam sediaan suspensi, kemudian memiliki
kecepatan penyerapan obat yang sangat tergantung pada besar
kecilnya partikel yang tersuspensi: semakin kecil partikel, semakin
cepat proses absorpsi).
3. Subkutan (SC) (“Onset of action” lebih cepat daripada sediaan
suspensi, determinan dari kecepatan absorpsi ialah total luas
permukaan dimana terjadi penyerapan, menyebabkan konstriksi
pembuluh darah lokal sehingga difusi obat tertahan/diperlama, obat
dapat dipercepat dengan menambahkan hyaluronidase, suatu enzim
yang memecah mukopolisakarida dari matriks jaringan).
4. Intratekal (berkemampuan untuk mempercepat efek obat setempat
pada selaput otak atau sumbu serebrospinal, seperti pengobatan
infeksi SSP yang akut) (Anonim, 1995).
5. Intraperitonel (IP) tidak dilakukan pada manusia karena bahaya
(Anonim, 1995).

II.2 Uraian bahan


II.2.1 Uraian Obat
1. Aqua dest ( Farmakope indonesia edisi v hal. 63 )

Nama Resmi : AIR MURNI


Nama Lain : Purified water
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih,tidak berwarna ,tidak berbau.

2. Alkohol ( Farmakope indonesia edisi v hal. 399 )


Nama Resmi : ETANOL
Nama Lain : Alcohol
Rumus molekul : C2H6O
Berat Molekul : 46,07
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna,bau
khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.
Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan
mendidih pada suhu 78°, Mudah terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan
semua pelarut organik.
3. Na. CMC ( Farmakope indonesia edisi III hal. 401 )
Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Nama Lain : Natrium karboksimetilselulosa
Pemerian : Serbuk atau butiran putih atau putih gading tidak
berbau dan hampir tidak berbau higroskopik.
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air membentuk suspei
koloidal,tidak larut dalam etanol(95%),eter p dan
dalam pelarut organik lain.
4. Diazepam ( ISO vol. 49 hal. 399 )
Kadar obat : Tablet 2mg dan 5mg, injeksi 5mg/ml.
Indikasi : Untuk pengobatan jangka pendek pada gejala
ansietas, sebagai terapi tambahan untuk
meringankan spasme otot rangka.
Kontra Indikasi : Penderita hipersensitifitas, bayi dibawah 6 bulan,
wanita hamil dan menyusui, depresi pernapasan,
gangguan pulmonar akut dan keadaan phobia.
Efek Samping : Mengantuk, ataksia, kelelahan, erupsi pada kulit,
edema, mual dan konstipasi kepala,amnesia,
hipotensi.
BAB III
METODE KERJA

III.I Alat dan Bahan yang Digunakan


III.I.1 Alat yang Digunakan
Batang pengaduk, Beker, Gelas Ukur,Spoit 1ml,Spoit
Oral,Stopwatch,Timbangan berat badan

III.I.2 Bahan yang Digunakan


Alkohol 70%, Aqua destilata, Injeksi Diazepam, Natrium CMC, Tablet
diazepam.
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Cara pembuatan bahan dan obat

√ Pembuatan Natrium CMC


1. Panaskan kurang lebih 200ml air hingga mendidih
2. Timbang Na.CMC sebanyak 1 gram
3. Masukkan Na.CMX kedalam beker gelas 300ml lalu ditambahkan
50ml air panas.
4. Aduk campuran tersebut dengan mixer hingga homogen, ditandai
dengan tidak nampaknya lagi serbuk berwarna putih dan campuran
berupa seperti gel.
5. Tambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga
hingga volume larutan tersebut menjadi 100ml, dinginkan.
√ Pembuatan Suspensi Diazepam
1. Ambil tablet diazepam lalu gerus hingga halus,lalu timbang sebanyak
yang dibutuhkan sesuai perhitungan.
2. Masukkan serbuk diazepam yang sudah ditimbang kedalam
lumpang,tambahkansekitar50mllarutannatriumcmcadukhinggahom
ogen.
3. Pindahkan suspensi diazepam kedalam erlenmeyer lalu cukupkan
volumenyahinggamenjadi100mldenganlarutanNa.CMC1%.

III.2. 2 Cara Pengujian Hewan uji


1. Gunakan mencit jantan sebanyak 12 ekor
2. Ditimbang berat badan tiap mencit lalu dicatat
3. Mencit kemudian dikelompokkan secara rawu kedalam 4 kelompok,
tiap tiap kelompok terdiri dari 3 ekor
4. Kelompok I sebagai kontrol, diberikan larutan Na.CMC 1%
5.Kelompok II sebagai kelompok oral yang diberikan suspensi Diazepam
Secara oral dengan dosis 0,2ml/30 BB mencit
6. Kelompok III sebagai kelompok subkutan yang diberikan injeksi
Diazepam
7. Kelompok IV sebagai kelompok intraperitoneal yang diberikan injeksi
8. Semua pemberian dilakukan dengan dosis yang sesuai
9. Setiap waktu obat di catat waktunya,kemudian mencit diamati berapa
lama
waktu yang dibutuhkan mula tertidur (onset obat) berapa lama waktu
tidur
mencit tersebut (durasi), dengan mengamati refleksi balik badan
mencit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 HASIL
Data pengamatan
1.Volumepemberianobatpadamencit

BB VolPemberian
Kelompok Replikasi mencit
(ml)
(g)
1 23 0,153 ml

Peroral 28 0,186 ml
2

1 29 0,133 ml

Subkutan 21 0,18 ml
2

1 23 0,153 ml

I.P 21 0,14 ml
2

1 24 0,16 ml

Na.CMC 24 0,16 ml
2

1 24 0,16 ml

IV 20 0,133 ml
2
2. Pengamatan percobaan pengaruh absorbsi obat

Reflek balik
Kelompok Replikasi Jam Durasi
badan(pada jam)
pemberian Hilang Kembali

1 13.52 14.15 16.00 1 jam


45
Peroral menit
2 13.54 14.17 16.10 1 jam
53
menit

1 14.00 14.05 16.00 1 jam


menit
Subkutan 55
menit
2 14.02 14.17 16.10 1jam
53
menit

1 14.00 14.17 16.05 1jam


48
Intra menit
Peritoneal 2 14.15 14.20 16.20 2 jam

1 14.06 - -

Na.CMC 14.08 - -
2
1 14.06 14.30 16.00 1 jam
IV 30
menit
2 14.07 14.15 16.01 1 jam
44
menit

IV. 2 Pembahasan

Pada kegiatan praktikum ini, kita menganalisa efek absorbsi obat

yang diberikan dalam rute pemberian terhadap kadar obat dalam tubuh

dengan mengamati efek, kecepatan efek yang terjadi (onset) dan lama

efek tersebut bertahan pada hewan ujin (durasi).

Hewan uji yang digunakan adalah mencit. Mencit dipilih sebagai

hewan uji karena proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung

cepat sehingga sangat cocok untuk dijadikn sebagai objek pengamatan.

Rute pemberian obat pada praktikum kali ini yaitu pemberian obat secara

oral, subktan dan intraperitoneal.

Pemberian obat per oral merupakan pemberian obat melalui

mulut. Pada kerja aksinya lambat karna melakukan proses ADME.


Pemberian obat secara parenteral ( Intravena, subtukutan, intraperitoneal

dan lain lain), merupakan pemberian obat secara injeksi. Kelebihan dari

pemberian obat secara parenteral mempunyai aksi kerja lebih cepat

karna tidak melakukan prose absorbsi.

Mencit yang digunakan pada sebanyak 12 mencit jantan yang telah

diketahui berat badan tiap mencit, kemudian mencit dibagi menjadi 5

kelompok, tiap kelompok terdiri dari 2 ekor.

Mencit kelompok 1 diberikan larutan Na.CMc , yang dimana berat

mencit 1(a) yaitu 24 gram dengan volume pemberian obat sebanyak 0,16

ml, mencit 1(b) yaitu 24 gram dengan volume pemberian obat sebanyak

0,16 ml.

Mencit kelompok 2 diberikan suspensi diazepam melalui rute

pemberian secara oral yang dimana hasil pengamatan kami, mencit 2(a)

berat 23 gram dan volume pemberian 0,153 ml dengan durasi 1 jam 45

menit. Mencit 2 (b) berat 28 gram dan volume pemberian 0,186 ml

dengan durasi 1 jam 53 menit .

Mencit kelompok 3 diberikan injeksi diazepam dengan rute

pemberian subkutan yang dimana hasil pengamatan kami, Mencit 3 (a)

berat 29 gram dan volume pemberian 0,133 ml dengan durasi 1jam 55

menit, Mencit 3(b) berat 27 gram dan volume pemberian 0,18 ml dengan

durasi 1 jam 53 menit,


Mencit kelompok 4 diberikan injeksi diazepam dengan rute

pemberian intraperitoneal yang dimana hasil pengamatan kami, Mencit 4

(a) berat 23 gram dan volume pemberian 0,153 ml dengan durasi 1 jam

48 menit. Mencit 4 (b) berat mencit 21 dan volume pemberian 0,14 ml

dengan durasi 2 jam.

Mencit kelompok 4 diberikan injeksi diazepam dengan rute

pemberian intravena yang dimana hasil pengamatan kami, Mencit 5 (a)

berat 24 gram dan volume pemberian 0,16 ml dengan durasi 1 jam 30

menit. Mencit 5 (b) berat mencit 20 dan volume pemberian 0,,133 ml

dengan durasi 1 jam 44 menit. Dari tiap kelompok mencit diperoleh hasil

yang berbeda akibat dari rute pemberian yang berbeda

Berdasarkan data diata menunjukkan bahwa pemberian obat

melalui subcutan memiliki waktu durasi terlama, sedangkan pemberian

melalui rute IV memiliki durasi waktu singkat.

Untuk rute subkutan, jarum dimasukkan ke dalam jaringan

lemak tepat di bawah kulit. Setelah obat disuntikkan, kemudian bergerak

ke pembuluh darah kecil (kapiler) dan terbawa oleh aliran darah. Atau,

obat mencapai aliran darah melalui pembuluh limfatik. Obat protein yang

berukuran besar seperti insulin, biasanya mencapai aliran darah melalui

pembuluh limfatik karena obat ini bergerak perlahan dari jaringan ke

kapiler. Rute subkutan digunakan untuk banyak obat protein karena obat
tersebut akan hancur dalam saluran pencernaan jika mereka diambil

secara oral. Obat-obatan tertentu (seperti progestin yang digunakan

untuk pengendalian kelahiran hormonal) dapat diberikan dengan

memasukkan kapsul plastik di bawah kulit (implantasi). Meskipun rute ini

jarang digunakan, keunggulan utamanya adalah untuk memberikan efek

terapi jangka panjang (misalnya, etonogestrel yang ditanamkan untuk

kontrasepsi dapat bertahan hingga 3 tahun).


IV.3 PERHITUNGAN BAHAN

Diazepam tab (valisanbe 5 mg)

Dosis lazim diazepam = 5 mg

Dosis untuk mencit 20 gram = 5 mg x faktor konfersi

= 5 mg x 0,0026

= 0,013 mg

30
Untuk 30 gram = x 0,013 mg = 0,0195 mg
20

Untuk pembuatan larutan stok 50 ml

50
Dengan volume pemberian untuk mencit = x 0,0195 = 4.875 mg
0,2

Berat rata-rata = 259,53 mg

4.875
Berat yang ditimbang = 𝑋 259,53 =253,04 mg/ dalam 50 ml
5

Valisanbe injeksi (ampul 5 mg/2 ml)

Dosis untuk mencit 30 gram = 0,0195

5 𝑚𝑙
Untuk membuat 5 ml = x 0,0195
0,2 𝑚𝑙

= 0,4875 mg

𝑜,4875
Jumlah yang dipipet = x 2 ml
5

= o,195 ~ 0,2 ml
IV.4 PERHITUNGAN VOLUME PEMBERIAN

a. Peroral
𝟐𝟑
1. x 0,2 = 0,153 ml
𝟑𝟎

𝟐𝟖
2. 𝒙 𝟎, 𝟐 = 0,186 ml
𝟑𝟎

b. Subcutan
𝟐𝟗
1. x 0,2 = 0,133 ml
𝟑𝟎

𝟐𝟕
2. x 0,2 = 0,18 ml
𝟑𝟎

c. IP
𝟐𝟑
1. x 0,2 = 0,153 ml
𝟑𝟎

𝟐𝟏
2. x 0,2 = 0,14 ml
𝟑𝟎

d. NA. CMC
𝟐𝟒
1. x 0,2 = 0,16 ml
𝟑𝟎

𝟐𝟒
2. x 0,2 = 0,16 ml
𝟑𝟎

e. IV
𝟐𝟒
1. x 0,2 = 0,16 ml
𝟑𝟎

𝟐𝟎
2. 𝟑𝟎
x 0,2 =0,133 ml
BAB V

PENUTUP

VI. 1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa:
❖ Dosis obat yang berbeda diberikan tiap mencit karena sesuai berat
badan tiap mencit.
❖ Rute pemberian obat yang memiliki onset tercepat yaitu melalui
parenteral seperti intravena, intraperitoneal dan subkutan, karena
tidak mengalami prosesadsorbsi.
❖ Rute pemberian obat yang memiliki onset terlama diabsorbsi yaitu
melalui oral.
❖ Rute Pemberian obat yang memiliki durasi terlama adalah melalui
subcutan.

VI. 2 Saran
Pada praktikum kali ini baik, semoga kedepannya lagi lebih baik
dan kepada instruktur tetap memperhatikan praktikan.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta

Ditjen POM. Farmakope Indonesia edisi v. Departemen kesehatan Rebuplik

Indonesia, Jakarta

ISO volume 49 2014 s/d 2015

Tim Farmakologi. 2020. Penuntun Praktikum Farmakologi. Akademi Farmasi

Yamasi, Makassar

https://www.academia.edu/18915181/PENGARUH_CARA_PEMBERIAN_TE
RHADAP_ABSORBSI_OBAT

https://id.wikibooks.org/wiki/Farmakologi/Rute_Pemberian_Obat#Rute_Injeksi

Anda mungkin juga menyukai