MANAGEMEN DAN
FARMASI AKUNTANS
I
DISUSUN OLEH
TIM DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH
NAMA :
ANJAS EKA SAPUTRA IRFAN
DENA YUNITA MUH.IKHSAN FAHRIADI
HARDIANTI NUR ATIKAH SUDIRMAN
HASRIANI NUR HILMI SAFITRI
HASTU ELSYA WULANDARI RATAASYA ARSYA P.A
IIN MEYLANI RISAL RESKI FARADILLAH
INDAH MELYANA SARI RICSTYN SILVIA
A. PENDAHULUAN
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis,
tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar perencanaan yang
telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:
1. Anggaran yang tersedia.
2. Penetapan prioritas.
3. Sisa persediaan.
4. Data pemakaian periode yang lalu.
5. Waktu tunggu pemesanan.
6. Rencana pengembangan.
Tujuan perencanaan adalah untuk menyusun kebutuhan obat yang tepat dan sesuai
kebutuhan untuk mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan serta meningkatkan penggunaan secara efektif dan
efisien.
Tujuan perencanaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan perencanaan tersebut yaitu:
a. Mengenal dengan jelas rencana jangka panjang apakah program dapat mencapai
tujuan dan sasaran.
b. Persyaratan barang meliputi: kualitas barang, fungsi barang, pemakaian satu merk dan
untuk jenis obat narkotika harus mengikuti peraturan yang berlaku.
B. Tahap Perencanaan
1. Tahap pemilihan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
Tahap ini untuk menentukan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang sangat
diperlukan sesuai dengan kebutuhan, dengan prinsip dasar menentukan jenis sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan yang akan digunakan atau dibeli.
2. Tahap perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi
Tahap ini untuk menghindari masalah kekosongan obat atau kelebihan obat. Dengan
koordinasi dari proses perencanaan dan pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan diharapkan perbekalan farmasi yang dapat tepat jenis, tepat jumlah dan
tepat waktu. Metode yang biasa digunakan dalam perhitungan kebutuhan obat, yaitu:
a) Metode konsumsi
Secara umum metode konsumsi menggunakan konsumsi sediaan farmasi
dan perbekalan kesehatan individual dalam memproyeksikan kebutuhan yang
akan datang berdasarkan analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya.
Pendekatan yang dilakukan sebelum merencanakan dengan metode konsumsi
adalah:
1) Lakukan evaluasi
(a) Evaluasi rasionalitas pola pengobatan periode lalu.
(b) Evaluasi suplai perbekalan farmasi periode lalu.
(c) Evaluasi data stock, distribusi dan penggunaan perbekalan farmasi periode
lalu.
(d) Pengamatan kecelakaan dan kehilangan perbekalan farmasi
2) Estimasi jumlah kebutuhan perbekalan farmasi periode mendatang dengan
memperhatikan:
(a) Perubahan populasi cakupan pelayanan.
(b) Perubahan pola morbiditas.
(c) Perubahan fasilitas pelayanan.
Aloksi dana untuk penyediaan obat dan perbaikan kesehatan yang tersedia untuk kabupaten I
adalah Rp. 125.000.000,- Berdasarkan perencanaan obat dan perbekalan kesehatan yang akan
dibeli adalah sebagai berikut :
Soal :
Obat atau perbekalan kesehatan mana yang harus dikurangi berdasarkan analisa ABC-VEN ?
c. Penentuan jumlah harga kumulatif, persentase terhadap total dana, persentase kumulatif
dan ABC
V V V
A B C
E E E
A B C
N N N
A B C
Berdasarkan urutan pengurangan kombinasi ABC-VEN yang harus dikurangkan adalah kapas pembalut
250 mg.
Alokasi dana untuk penyediaan obat dan perbekalan kesehatan yang tersedia untuk kabupaten I = Rp.
125.000.000,-.
Sedangkan dana yang diperlukan menyediakan obat dan perbekalan kesehatan =Rp.130.225.500 – Rp.
5.995.000 = Rp. 124.270.500
Dari hasil pengurangan diatas didapatkan dana yang diperlukan Rp. 124.270.500,- sedangkan dana yang
disediakan Rp.125.000.000,-
Sehingga masih ada dana lebih untuk membeli kapas pembalut 250 mg sebesar Rp.729.500,- sebanyak
61 bungkus kapas pembalut.
A. PENDAHULUAN
HNA
adalah Harga Netto Apotek, merupakan harga (modal) awal apotek dalam membeli obat dari
distributor
(PBF atau PBF Cabang).
Mark Up
adalah % keuntungan, ada yang menetapkan 25% (1,25) dan ada yang menetapkan 30% (1,3).
PPN 10% (1,1)
adalah Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan untuk setiap pertambahan nilai dari proses
transaksi dari produsen sampai ke konsumen.
HJA
adalah Harga Jual Apotek, harga yang ditawarkan kepada konsumen setelah diperhitungkan
HNA, PPN 10% dan Mark Up.
Ketentuan :
tuslah
1. Biaya racik 1.500
2. Biaya obat jadi 1000
embalase
1. Kertas puyer 100
2. Capsul 150
3. Po t salep kecil 500
4. Pot salep tengah 1000
5. Pot salep besar 1500
6. Etiket 100
7. Sak plastik 200
CONTOH 3
R/ Cefadroxyl cap No. XII
S 2 dd Cap I
R/ Grantusif Kapl No. X
S 3 dd Kapl I
R/ Caviplex No. VI
S 1 dd Kapl I
Pro: Latifa (24 Th)
Harga Obat
Cefadroxyl Cap 12 x Rp. 1375 = Rp 16500
Grantusif Kapl 10 x Rp. 619 = Rp. 6190
Caviplex 6 x Rp. 894 = Rp. 5364
Embalase = Rp. 1000
Tuslah 3 R = Rp. 4500+
Total Harga Rp 28190 ~ Rp 28 200
Harga suatu obat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu dari produsen, distributor maupun
pemerintah yang dapat menetapkan harga suatu obat dipasaran
1. HJP(Harga jual produsen ) merupakan harga yang dijual produsen ke distributor apakah
itu PBF atau apotek
2. HNA(Harga Netto Apotek) adalah harga obat yang dibeli apotek daru distributor
3. HET (Harga Eceran Tertinggi) harga yang tertinggi yang ditetapkan pemerintah dalam
menjual suatu obat dan apotek tidak boleh HJAnya melebih HET, biasanya adalah obat
generik berlogo sementara obat generik bermerk harga terlampau tinggi, Harga Eceran
Tertinggi (HET) = HNA + Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10% + Margin apotek 25%
(Kepmenkes 69/2006 tentang Pencantuman HET pada Label Obat).
4. HJA( Harga Jual Apotek) adalah harga jual yang
5. HNA + Laba (apotek dan/atau PBF) + PPN = HJA (Harga Jual Apotek), yang
merupakan HET (Harga Eceran Tertinggi) yang dibayarkan oleh konsumen (Kepmenkes
92/2012 tentang HET Obat Generik Tahun 2012).
KETOROLAC 3% INJEKSI
1 box Ketorolac = 10 Ampul
harga perbox yang tertera pada faktur = Rp. 133.650,-
discon 15% = Rp. 133.650 – 15% = Rp. 113.602,5
harga Per Ampul setelah discon = Rp. 113.602,5 : 10 Ampul
= Rp. 11.360,25 (EXCLUDE PPN)
Harga setelah penambahan PPN 10% = Rp. 11.360,25 +10%
= Rp. 12.496,275
PROVIT APOTEK ( OTC 20 % - 25%, ETHICAL 30 % - 35%)
HJA = HNA + PPN + PROVIT = Rp. 12.496,275 + 35%
HJA = Rp. 16. 870,-
PENGENDALIAN APOTEK
Pengendalian apotek dibagi menjadi tiga bagian :
1. Pengendalian BARANG (Barang REGULAR, Barang NARKOTIKA dan
PSIKOTROPIKA, Barang Macet, Barang KADALUARSA)
2. Pengendalian UANG (Pengendalian Pembatalan Penjualan Tunai , Pemeriksaan RETUR
BARANG, Pemeriksaan UANG SETORAN)
3. Pengendalian HARGA (Survey harga di apotek sekitar , Bandingkan HJA apotek dengan
HJA apotek Kompetitor, Indeks harga maks HET)
MANAGEMEN KEUANGAN
Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai
tujuan organisasi.
Agar tujuan organisasi dapat tercapai diperlukan unsur atau sarana (The Tool of Management),
yang meliputi unsur 5 M, yaitu :
yaitu :
• Pasar uang dan Pasal Modal
• Investasi
• Manajemen keuangan
Fixed cost
BEP =
1-( Variable cost / penjualan)
total investasi
PBP =
laba bersih
LABA BERSIH
ROI = X 100%
TOTAL AKTIVA
PLK seharusnya berkisar antara 20% sampai 33%. PLK yang lebih tinggi dari presentase
tersebut menunjukkan harga yang tinggi. PLK yang lebih rendah menunjukkan salah satu
dari keadaan berikut :
a. Harga rendah
b. Pembelian yang tidak tepat; sehingga HPP (harga pokok penjualan) mungkin terlalu
tinggi.
c. Shrinkage (penyusutan)
d. Penjualan tidak tercatat
Presentase Laba Bersih (PLB)
Pengukuran daya laba setelah memperhitungkan beban usaha. PLB seharusnya berkisar
antara 5% sampai dengan 7,5%.
Laba bersih
PLB = X 100%
penjualan
harta lancar
CR =
kewajiban lancar
Rasio cepat sama dengan rasio lancar tapi QR merupakan tes yang lebih keras terhadap liquiditas
apotek. Nilai QR sebaiknya berada diantara 1 dan 2. Rasio ini mengukur apakah apotek mampu
membayar hutang lancarnya bila tidak mampu menjual persediaan obatnya.
Piutang
MPPP =
penjualan kredit bersih/hari
HPP
TOR =
persediaan rata-rata
Lakukanlah Analisa Keuangan serta BE dan PBP untuk Apotek Rasendriya berdasarkan Neraca
dan Perhitungan Laba Ruginya seperti yang tercantum berikut :
Kisi-kisi :
Hitung nilai ITOR/PP untuk mengetahui perputaran barang, lihat kondisi apotek
yang banyak menolak resep.
Hitung Laba bersih yang diperoleh tahun ini dan bandingkan dengan tahun lalu.
Bagaimana kondisi keuangan apotek dengan melihat persen laba bersih, ROE, ROA
Bagaimana pengelolaan SDM sehingga tugas-tugas di apotek berjalan lancar,
pertimbangkan penambahan karyawan.
Jawab :
Neraca
Aktiva
Persediaan akhir : Rp.122.365.000
Laba bersih tahun lalu : Rp.20.350.000 +
Rp.142.715.000
Pasiva
Pajak : Rp.2.876.000
Cicilan ke bank beserta bunga : Rp.51.000.000 +
Rp.5.876.000
Ekuitas/modal : 250.000.000
Nilai ROE lebih besar dari 18% ini menunjukkan bahwa dana yang diinvestasikan
oleh PSA/APA dalam apotek telah digunakan secara efektif.
laba bersih
ROA = x 100%
total harta
70.250.000
= x 100%
142.715.000
= 49,22%
Nilai ROA lebih dari 12%, ini menunjukkan bahwa semua dana yang tersedia
oleh apoteker baik hutang maupun modal telah digunakan secara efektif.