Anda di halaman 1dari 20

KELOMPOK X

ASMA
NUR HILMI SAFITRI (18.098.AF)
VENTRI SANDAN (18.122.AF)
SRI HALIWANDARI (18.110.AF)
ANJAS EKA SAPUTRA (18.088.AF)
 
Etiologi dan patogenesis

Asma adalah suatu penyakit alergi yang


bercirikan peradangan steril kronis dari alat
pernapasan, yang khas di tandai oleh aktivasi
mastcells, infiltrasi dari eosinofil. Mastcells yang
di aktivasi oleh allergen dan rangsangan fisik
melepaskan mediator penyempit bronchus seperti
histamine, leukotrien D4 dan prostaglandin D2.
Pada penderita asma, mastcells bertambah banyak di sel – sel epitel serta
mukosa dan melepaskan mediator vasoaktif kuat pula, seperti histamine,
seretonin dan bradikinin, yang mencetuskan reaksi asma akut. Prostaglandin dan
leukotrien mulai di bentuk untuk dilepaskan kemudian. Di perkirakan bahwa
mastcell juga dapat di degranulasi oleh rangsangan spesifik, misalnya pada
waktu hawa dingin pelat darah bisa menggumpal yang berakibat terbentuknya
IgE(atau IgM).
Peningkatan jumlah mastcel dalam otot alat pernapasan merupakan ciri khas
dari asma. Peradangan kronis dapat mengakibatkan perubahan struktural dari
jaringan saluran pernapasan, meningkatnya jumlah sel otot licin, saluran darah
dan sel-sel pembentuk mukus.
penyakit ini timbul pada waktu anak – anak, kemudian bisa menghilang
menjelang dewasa untuk timbul kembali pada usia dewasa. Secara khusus
gangguan ini memperlihatkan respons pengobatan yang baik terhadap senyawa
kortikosteroid dan obat bronchodilator.

• (Literatur : Buku Obat – Obat Penting hal : )


Gejala
Penyakit ini di sertai serangan akut secara berkala,
mudah tersengal – sengal dan batuk (dengan bunyi
khas). Ciri lain adalah hipersekresi dahak yang
biasanya lebih parah pada malam hari dan
meningkatnya ambang rangsang (hiperaktivitas)
bronchi terhadap rangsangan alergik maupun non
alergik. Faktor – faktor genetik berperan pada
timbulnya gejala – gejala tersebut.

(Literature : Buku Obat Obat Penting)


Klasifikasi

• Asma ringan (serangan < 1x sebulan) dapat bila perlu di obati


dengan suatu β2-mimetikum yang bekerja singkat sebagai
monoterapi, misalnya salbutamol atau terbutalin (1-2
inhalasi /minggu)
• Asma sedang (serangan 1 – 4x sebulan) perlu diobati dengan
obat yang menekan peradangan di saluran pernapasan yaitu
kortikosteroida – inhalasi, seperti beklometason, flutikason
atau budesonida dalam dosis rendah (200 – 800 mcg /hari).
Bila perlu di kombinasi dengan salbutamol atau terbutalin
sampa 3 – 4 inhalasi /hari atau dengan obat pencegah
kromoglikat dan nedokromil, juga per inhalasi. Untuk anak –
anak dengan asma bercirikan alergi dapat di berikan per oral
ketotifen atau oksatomida, yang juga berkhasiat mencegah
degranulasi mastcells.
• Asma agak serius (serangan > 1 – 2 x seminggu ) dapat di
tanggulangi oleh kortikosteroida dengan dosis lebih tinggi
(800 – 1200 mcg/hari ) dan di kombinasi dengan β 2-
mimetika atau kolinergika (ipratropium) sebagai
bronchodilator untuk mengurangi obstruksi bronchi.
• Asma serius (serangan > 3 x seminggu) walaupun
penggunaan ICS dalam dosis cukup tinggi, tetapi pada
malam hari masih timbul sesak (dyspnoe). Dalam hal ini
dapat di berikan β2-mimetikum kerja – panjang sebagai
inhalasi (salmeterol, formoterol). Bila perlu obat ini dapat
di kombinasi dengan teofillin dalam bentuk slow – release.

• (Literatur : Buku Obat – Obat Penting)


Penatalaksanaan asma
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan
dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien dapat hidup
normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari – hari.
Tujuan penatalaksanaan asma :
– Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
– Mencegah eksaserbasi akut
– Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal
mungkin
– Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise
– Menghindari efek samping obat
– Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow
limitation) ireversibel
– Mencegah kematian karena asma
• (Literatur : Kemenkes RI)
Terapi non farmakologi
Edukasi pasien Edukasi pasien dan keluarga, untuk menjadi
mitra dokter dalam penatalaksanaan asma. 
Edukasi kepada pasien/keluarga bertujuan untuk :
- meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara
umum dan pola penyakit asma sendiri)
- meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam penanganan
asma sendiri/asma mandiri)
- meningkatkan kepuasan
- meningkatkan rasa percaya diri
- meningkatkan kepatuhan (compliance) dan penanganan mandiri
- membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan
mengontrol asma
Bentuk pemberian edukasi
- Komunikasi/nasehat saat berobat
- Ceramah
- Latihan/training
- Supervisi
- Diskusi
- Tukar menukar informasi (sharing of information group)
- Film/video presentasi
- Leaflet, brosur, buku bacaan
- dll
(Literature : Buku Kemenkes RI)
Terapi farmakologi

1. Agonis beta – adrenergik


Mekanisme kerja : terikat dengan reseptor β2 pada otot polos
bronkus, menyebabkan peningkatan pembawa pesan biokimia,
yaitu siklik AMP (cAMP). Peningkatan kadar Camp
menyebabkan relaksasi sel – sel otot bronkus, mengakibatkan
broncodilatasi zat – zat selektif β2 lebih di sukai daripada bloker –
β non selektif karena lebih sedikit menyebabkan takikardi (yang
di perantarai oleh reseptor β1).
Indikasi : sebagai bronkodilator pada asma bronkial,
bronkospasme, pada bronkitis kronik, emfisema dan penyakit
paru lainnya dengan komplikasi bronkokontriksi.
Nama obat Bentuk sediaan Dosis dewasa Dosis anak
Salbutamol Tablet/ kapsul Dewasa : 3-4 x Anak : 0,05 – 0,1
  4mg/ hari (lansia mg/kgBB/kali
    dan pasien yang setiap 6 – 8 jam
    sensitive awal 2mg  
     
    Dewasa : 100 – 200  
  Inhalasi aerosol mcg (1 – 2 Anak : 100 mcg (1
  hirupan).untuk hirupan) dapat
  dinaikkan menjadi
  gejalan yang
    persisten 3 – 4 kali 200 mcg (2 hirupan
bila perlu).
    sehari
     
       
    Dewasa : 1 – 2 Anak : 75
mcg/kgBB di
  Tablet tablet di berikan 2 –
berikan 2 – 3 kali
  3 kali sehari. (1
    tablet = 2,5 mg) sehari. 7 – 15 thn
2,5 mg di berikan 2
     
– 3 kali sehari.
   
 
   
  Dewasa : 250 – 500
  Inhalasi aerosol mcg (1 – 2 hirupan) Anak : 250 – 500
Terbutaline mcg (1 – 2 hirupan)

sulfate
• Efek samping : tremor, otot, tachycardia,
hypokalemia dan kegelisahan.
• Kontraindikasi : hipersensitif
Metilxantin

Mekanisme kerja : meningkatkan cAMP dan


menghambat bronkokontriksi yang di induksi oleh
adenosine. Teofilin oral di gunakan untuk
penatalaksanaan pasien asma yang rawat jalan. Bolus
aminofilin intravena, yaitu garam teofilin yang larut
dalam air, membuat kadar serum terapeutik yang lebih
cepat daripada teofilin oral. Karenanya aminofilin di
gunakan dalam penatalaksanaan akut.
Indikasi : obstruksi saluran napas reversibel, asma akut
dan berat.
Contoh obat dan dosis
Nama obat Bentuk sediaan Dosis dewasa Dosis anak

Teofilin Tablet/kapsul Dewasa : 3 x 130 Anak :6 – 12


  – 150 mg/hari thn 3 x 65 – 150
    mg/hari. Obat
    di berikan
setelah makan.

Aminophylli Injeksi Dewasa : loading  


ne dose 6  
mg/kgBB/IV; -
secara infus
selama 20 – 40
menit.
Dosis
pemeliharaan :
0,5 mg/kgBB/jam
Efek samping : takikardia,palpitasi, mual dan
gangguan saluran cerna yang lain, sakit kepala,
stimulasi system saraf pusat, insomnia, aritmia,
dan konvulsi terutama bila di berikan melaui
injeksi intravena cepat.

Kontraindikasi : hipersensitif, porfiria.


Antagonis kolinergik
Mekanisme kerja : menghambat bronkokontriksi yang
disebabkan oleh transmisi parasimpatis. Ipratropium
bromide merupakan obat pilihan untuk pengobatan
PPOM non asmatik pada orang dewasa.

Indikasi : bronkospasme, asma, penyakit paru obstruktif


kronik yang tidak dapat di atasi dengan beta agonis.

Contoh obat dan dosis


Nama obat Bentuk sediaan Dosis dewasa Dosis anak

Budesonide Turbohaler Dewasa : 200 –  


  12000 mcg/hari  
  terbagi dalam 2 – 4.  
  Dosis pemeliharaan : -
  200 – 400 mcg 2x  
  sehari pada pagii dan  
  malam.  
     
  Dewasa : dewasa dan  
Respule anak > 12 tahun 1 – 2 Anak : anak 3 bulan –
mg 2x per hari. 12 thn 2x per hari.
Pemeliharaan : 0,5 – Pemeliharaan :
1 mg 2x per hari.
 

Fluticasone Cairan inhalasi Dewasa dan anak > Anak : 4 – 16 thn :


propionat (nebule) 16 thn : 500 – 2000 1000 mcg 2x per hari.
mcg 2x per hari.
Efek samping : suara serak, kandiasis orofaring,
bronkospasme paradoksikal, dosis tinggi jangka
panjang menyebabkan supresi adrenal,
osteoporosis, katarak, galukoma, ansietas,
depresi, gangguan tidur dan perilaku.

Kontraindikasi : hipersensivitas.
Kromolin

Mekanisme kerja : menghambat pelepasan mediator dari sel –sel


peradangan, seperti sel mast. Di gunakan hanya pada asma.

Indikasi : kromoglikat sangat efektif sebagai obat pencegah


serangan asma dan bronchitis yang bersifat alergis,
conjunctivitis/rhinitis allaergica dan alergi akibat bahan makanan.
Untuk profilaksis yang optimal, obat ini perlu di berikan minimal
4x sehari yang efeknya baru nyata sesudah 2 – 4 minggu.
Seringkali dosis bronchodilator dan prednisone dengan ini dapat
di kurangi. Penggunaannya tidak boleh di hentikan dengan tiba –
tiba karena dapat memicu serangan. Pada serangan akut, kromolin
tidak efektif karena tidak memblok reseptor histamin.
Contoh obat : cromolyn sodium, lomusol.

Dosis : inhalasi minimal 4x 1 puff (20mg) sebagai serbuk halus dengan


menggunakan alat khusus (spinhaler) atau sebagai larutan aerosol. Nasal
4x 10 mg serbuk dan untuk mata 4 – 6x 1-2 tetes dari larutan 2%

Efek samping : berupa rangsangan local pada selaput lendir tenggorok


dan trachea dengan gejala batuk kering.

Literature :
– Buku obat – obat penting
– Buku basic pharmacology

Anda mungkin juga menyukai