Anda di halaman 1dari 31

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

LAPORAN
EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK PADA HEWAN UJI

Dibuat Oleh :
REGULERC18
KELOMPOK II :
NUR HILMI SAFITRI 18.098.AF
RISKAWATI J 18.104.AF
INDAH MELYANASARI 18.094.AF
HASTU ELSYAH WULANDARI 18.092.AF
RESKI FARADILLAH 18.101.AF
HARDIANTI 18.090.AF
RAFIAH 18.099.AF
SRI GIRA RAHAYU 18.109.AF
SAMSIAR 18.107.AF
MUH. IKHSAN FARHRIADI 18.096.AF
INSTRUKTUR : AGUST DWIJAJANTI S,Si, M.Kes.Apt

AKADEMI FARMASI YAMASI


MAKASSAR
2019/2020
BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam tubuh manusia terdapat pengaturan tersendiri yangdapat digunakan

untuk mencegah terbentuknya suatu penyakit. Danhormon-hormon yang

dihasilkan oleh tubuh yang memiliki kerja sepertiyang disebutkan sebelumnya.

Salah satu hormone yang memilki fungsi dalam pengaturan metabolisme dan

peredaran glukosa dalam tubuh adalah hormone insulin.

Hormon ini terbentuk pada kelenjar pankreas oleh sel- sel β yang

mensekresikan insulin tersebut. Hormone insulin digunakan untuk mengikat

glukosa dalam darah sehingga tidak terjadi penumpukkan glukosa dalam

darah dan menyebabkan glukosa tersebut diekskresikan lewat urine tanpa

digunakan. Hal ini dapat menyebabkan tubuh menjadi letih, cepat haus, lapar dan

sering berkemih. Ini merupakan gejala penyakit diabetes mellitus.Pada percobaan

kali ini kita menggunakan hewan coba mencituntuk uji antidiabetes. Praktikum ini

dilakukan, agar kita lebih mengetahui keefektifan dari obat-obat antidiabetes.

Selain itu, sebagai mahasiswa farmasi kita harus mengetahui obat antidiabetes

yang idealdan tidak memiliki efek samping yang merugikan pengguna obat

tersebut. Parameter utama dari antidiabetes adalah kadar glukosa darah.


I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

1. Memahami dan mengetahui efek antihiperglikemik suatu obat.

2. Memahami dan mengetahui mekanisme terjadinya hiperglikemik

terhadap hewan uji.

I.2.2 Tujuan Percobaan

1. Mengetahui efek antihiperglikemik suatu obat

2. Mengetahui mekanisme terjadinya hiperglikemik terhadap hewan uji.

I.3 Prinsip Percobaan

Menentukan penurunan kadar glukosa darah dan tingkat efektifitas

pemberian obat glibenclamid dan infus daun mengkudu serta Na-CMC 1%

(kontrol negatif) pada hewan mencit (Mus musculus).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

a. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes melitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang disebabkan oleh kekurangan relative atau absolut dari

hormone insulin yang dihasilkan oleh sel-sel beta dari kelenjar pancreas.

Gangguan ini bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau meningkat)

dan khususnya menyangkut metabolism hidratarang (glukosa) di dalam tubuh.

Tetapi metabolism lemak dan protein juga terganggu (diabetes = penerusan,

mellitus = manis madu).

Kadar glukosa-darah ditentukan oleh keseimbangan antara insulin dan

zat-zat tubuh yang bekerja antagonis terhadap insulin, seperti glucagon,

katecholamin, hormone pertumbuhan dan glukokortikoid. Keseimbangan

inilah yang pada penyakit diabetes terganggu. Penyebabnya adalah

kekurangan hormone insulin, yang berfungsi memungkinkan glukosa masuk

ke dalam sel untuk dimetabolisasi (dibakar) dan dimanfaatkan sebagai sumber

energi. Akibatnya glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan

akhirnya diekskresi lewat urin tanpa digunakan (glycosuria).


[ CITATION Tan151 \l 1033 ]

Diabetes mellitus dalam bahasa Indonesia adalah sirkulassi darah

madu. Kata ini digunakan karena pada pasien diabetes mellitus, meningginya

kadar gula darah termanefestasi juga dalam air seni. Ginjal tidak dapat lagi

menahan kadar gula darah yang tinggi.

b. Klasifikasi DM

WHO ( World Health Association) membagi DM menjadi dua kelas,

yaitu kelas klinis dan kelas risiko statistik.

1. Kelas klinis

Seseorang termasuk kelas klinis jika hassil pemeriksaan kadar glukoa

darah lebih tinggi dari normal. Kelas klinis dibedakan menajdi tiga yaitu

sebagai berikut:

a. Diabetes mellitus

Seseorang termasuk kelompok penderita diabetes mellitus jika

kadar glukosa darah dalam keadaan puasa lebih dari 140 mg/dl, atau

dua jam sesudah makan (post prandial) kadarnya lebih dari 200 mg/dl.

Diabetes mellitus sendiri terbagi lagi menjadi empat, yakni sebagai

berikut:

 DM tipe 1 ( DM tergantung insulin/ DMTI = insulin dependent

DM/ IDDM
Kelompok ini adalah penderita penyakit DM yang sangat

bergantung pada suntikan insulin. Gejala biasanya timbul pada

masa anak-anak dan puncaknya pada usia akil balik. Tipe ini

disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas sehingga terjadi

kekurangan insulin absolut. IDDM umumnya diderita oleh orang-

orang di bawah umur 30 tahun, dan gejalanya mulai tampak pada

usia 10-13 tahun.

 DM tipe II (DM tidak tergantung insulin/DMTTI) = non-insulin

dependent DM=NIDDM

Kelompok diabetes mellitus tipe II tidak tergantung insulin.

Kebanyakan timbul pada penderita berusia di atas 40 tahun. Secara

medis dapat dikatakan diabetes mellitus tipe ini disebabkan oleh

gangguan sekresi insulin yang progresif karena resistensi insulin.

NIDDM diduga disebabkan oleh factor genetis dan dipicu oleh pola

hidup yang tidak sehat, tetapi munculnya terlambat.

 DM terkait malnutrisi (DMTM) = malnutrition relate DM (MRDM)

DMTM dibagi menjadi dua, yakni:

a. Fibrocalculous pancreatic DM (FCPD) dan

b. Protein deficient pancreatic DM (PDRD)


 Diabetes mellitus tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau

sindrom tertentu, misalnya:

1. Penyakit pancreas

2. Penyakit hormonal

3. Obat-obatan

4. Kelainan insulin dan sebagainya.

b. Gangguan toleransi glukosa (GTG)

Penderita GTG ditandai dengan terjadinya peningkatan kadar

glukosa darah pada tes toleransi glukosa oral (TTG)) yang nilainya

berada di daerah perbatasan. Penderita GTG sangat beresiko untuk

menjadi penderita diabetes mellitus tidak tergantung insulin dan

terserang penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner dan

stroke.

c. DM pada kehamilan = gestational DM

Gestational diabetes mellitus merupakan penyakit diabetes

mellitus yang muncul pada saat mengalami kehamilan padahal

sebelumnya kadar glukosa darah selalu normal. Diabetes mellitus pada

masa kehamilan dapat menimbulkan dampak yang buruk untuk janin

dalam kandungan jika tidak segera dilakukan pengobatan dengan

benar.
2. Kelas resiko statistik

Orang yang termasuk dalam kelass ini antara lain:

 Toleransi glukosa penuh abnormal

 Kedua orang tua mengidap DM

 Pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kg.

[ CITATION Mah08 \l 1033 ]

c. Penggolongan obat

Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antihiperglikemik oral

dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

1. Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi golongan

sulfonylurea dan glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin).

2. Sensitizer insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitivitas sel

terhadap insulin), meliputi obat-obat golongan biguanida dan

tiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin

secara lebih efektif.

3. Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor α-glukosidase yang

bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk

mengendalikan hiperglikemia post-prandial. Golongan ini disebut juga

“starch-blocker”.
Tabel 1.1 beberapa golongan senyawa hipoglikemik oral beserta mekanisme

kerjanya.

Golongan Contoh senyaawa Mekanisme kerja


sulfonilurea Gliburida/glibenklamid Merangsang sekresi insulin di
Glipizida kelenjar pancreas sehingga
Glimeperida hanya efektif pada penderita
Glikuidon diabetes yang mana sel-sel
beta pankresnya masih
berfungsi dengan baik
Meglinitida Repaglinida Merangsang sekresi insulin di
kelenjar pankreas
Turunan Nateglinida Meningkatkan kecepatan
fenilalanin sintesis insulin oleh pankreas
Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati,
menurunkan produksi
glukosa hati. Tidak
merangsang sekresi insulin
oleh kelenjar pankreas
Tiazolidindion Rosiglitazone, Meningkatkan kepekaan
Troglitazon, Pioglitazon tubuh terhadap insulin,
berikatan dengan PPAR
(reseptor gamma yang
diaktivasi oleh peroksisom
proliferator).

Mmenghambat Akarbose Menghambat kerja-kerja enzm


enzim beta- Miglitol pencernaan yang mencerna
glukosidase karbohidrat sehingga
memperlambat absorbs
glukosa ke dalam darah

[ CITATION Abd18 \l 1033 ]

Hewan Coba pada Penelitian Diabetes

Hewan coba sering digunakan dalam penelitian untuk menemukan atau

untuk menguji efek dari obat diabetes melitus. Obat diabetes melitus secara garis

besarnya dapat dibagi menjadi 2, yaitu diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2, oleh
karena itu perlakuan pada hewan coba yang digunakan juga dapat dibedakan atas

hewan coba dengan diabetes tipe 1 atau diabetes tipe 2.

Dalam penelitian obat diabetes melitus, hewan coba yang sering

digunakan adalah golongan tikus (mencit atau tikus). Tikus dapat dibuat

mengidap penyakit diabetes tipe 1 dan tipe 2, baik secara alami, perubahan

genetik atau dengan induksi kimia maupun dengan virus.

Bahan kimia yang sering digunakan untuk menyebabkan hewan uji

menderita diabetes adalah aloxan, streptozozin atau dengan pembebanan glukosa.

Induksi dengan bahan kimia

Induksi kimia pada hewan akan menyebabkan hewan coba menderita

diabetes tipe satu dimana banyaknya sel beta yang hancur dengan demikian,

jumlah insulin endogen yang diproduksi menjadi sedikit, yang mengarah ke

hiperglikemia dan penurunan berat badan. Diabetes dengan diinduksi secara

kimia tidak hanya menyediakan model sederhana dan relatif murah tetapi juga

dapat digunakan pada hewan yang lebih tinggi.

Dua senyawa utama yang digunakan untuk menginduksi diabetes adalah

streptozotocin (STZ) atau aloksan. Karena kesamaan mereka dalam struktur

dengan glukosa, aloksan dan STZ dapat bersaing dengan glukosa, sehingga

hewan yang sedang puasa cenderung lebih rentan terhadap kedua bahan tersebut.

Salah satu kelemahan induksi diabetes tipe 1 dengan bahan kimia adalah bahan

tersebut dapat menjadi racun pada organ tubuh yang lain. perlu juga dicatat bahwa

terjadi perubahan pada isoenzim P450 di hati, ginjal, paru-paru, usus, tesis dan
otak setelah pemberian STZ atau aloksan, dan dengan demikian, hal ini harus

dipertimbangkan ketika obat sedang diuji dengan cara ini.

1. Streptozotocin (STZ).

STZ [2-deoksi-2-(3-(metil-3-nitrosoureido)-D-glucopyranose]

disintesis oleh Streptomycetes achromogenes. Setelah pemberian i.p. atau i.v.

obat akan memasuki sel beta pankreas melalui Glut-2 transporter dan

menyebabkan alkilasi dari DNA. Aktivasi berikutnya PARP menyebabkan

deplesi NAD+, pengurangan ATP seluler dan hasilnya penghambatan

produksi insulin (Sandler dan Swenne, 1983). Selain itu, STZ mer pakan

sumber radikal bebas yang juga dapat berkontribusi terhadap kerusakan DNA

dan akhirnya kematian pada sel. STZ dapat digunakan dengan sekali

pemberian dengan dosis tinggi atau diberikan berulang dengan dosis rendah.

a. Dosis tinggi STZ.

Dosis tinggi pada sekali penyuntikan pada tikus berkisar 100-200

mg /kg BB (Srinivasan dan Ramarao 2007;. Dekel et al, 2009), tergantung

pada strain tikus (Hayashi et al., 2006), dan pada mencit berkisar 35-65

mg/kg BB mencit (Srinivasandan Ramarao, 2007). Perlu dicatat, setelah

pemberian STZ dapat terjadi perbaikan pada pankreas dengan demikian

diperlukan kontrol yang cukup untuk memastikan bahwa setiap perbaikan

glikemia bukan karena regenerasi spontan dari sel beta.


b. STZ dosis rendah

STZ dapat diberikan dalam beberapa dosis rendah selama 5 hari untuk

menginduksi insulitis pada mencit atau tikus . jarak dosis yang diberikan

antara 20 sampai 40 mg/kg per hari, tergantung pada spesies dan strain.

Penurunan dalam volume dan jumlah pulau langerhans tampak jelas yang

bersamaan dengan berkurangnya kapasitas sekresi insulin.

2. Aloksan.

Efek diabetes aloksan (2,4,5,6-tetraoxypyrimidine; 5,6-dioxyuracil)

terutama disebabkan ambilan cepat oleh sel beta dan pembentukan radikal

bebas, dimana sel beta memiliki mekanisme pertahanan yang buruk untuk

radikal bebas tersebut. Aloksan direduksi menjadi asam dialuric dan

kemudian teroksidasi kembali menjadi aloksan, menciptakan siklus redoks

untuk regenerasi radikal superoksida yang mengalami dismutasi untuk

membentuk hidrogen peroksida dan selanjutnya membentuk radikal hidroksil

yang sangat reaktif dan menyebabkan fragmentasi DNA sel beta.

Aloksan juga diambil oleh hati, tetapi hati memiliki perlindungan yang

lebih baik untuk oksigen reaktif (Malaisse et al, 1982;. Mathews dan Leiter,

1999) dan oleh karena itu hati tidak rentan terhadap kerusakan. Mekanisme

lain kerusakan sel beta oleh aloksan termasuk oksidasi gugus SH yang

essensial, terutama dari glukokinase dan gangguan dalam homeostasis

kalsium intraseluler.
Dosis pada tikus berkisar dari 50 sampai 200 mg/kg dan pada mencit

dari 40 hingga 200 mg/kg BB, tergantung pada strain dan rute pemberian

dimana pemberian ip dan s.c membutuhkan hingga tiga kali lebih besar dari

dosis dengan rute i.v. Dosis 100 mg/kg BB telah digunakan untuk membuat

diabetes jangka panjang pada kelinci perlu dicatat bahwa aloksan memiliki

indeks dosis diabetogenic yang sempit, sehingga overdosis ringan bisa

menyebabkan toksisitas umum, terutama untuk ginjal

3. Dengan induksi glukosa

Pada cara ini mencit yang digunakan adalah mencit normal yang

dibebani sukrosa tanpa merusak pankreasnya, karena berdasarkan teori bahwa

dengan pembebanan sukrosa akan menyebabkan peningkatan kadar glukosa

darah (hiperglikemik) secara cepat. Sukrosa di dalam tubuh dapat terurai

menjadi glukosa dan fruktosa. Kadar glukosa yang tinggi dalam darah dapat

diturunkan oleh zat-zat berefek antihiperglikemik.

Metode pengukuran kadar glukosa darah

a. Dengan spektrofotometer

Darah mencit diambil melalui ekor sebanyak 0,5-1 ml ke dalam tabung

ependorf. Darah disentrifusa selama 10 menit untuk diambil serumnya

sebanyak 50 μl dan kemudian ditambahkan uranil asetat 500 μl dan

disentrifusa kembali. Supernatan sebanyak 50 μl diambil dan ditambahkan

pereaksi enzim kit glukosa 500 μl, kemudian diinkubasi selama 10 menit dan

diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 546 nm untuk


mendapatkan nilai kadar glukosa darah. Hal yang sama dilakukan untuk

blanko dan standar glukosa.

b. Dengan Glukometer

Terdiri dari alat glukometer dan strip glukosa Glucometer yang sesuai

dengan nomor pada alat. Alat ini secara otomatis akan hidup ketika glucose

Tes strip dimasukkan dan akan mati setelah glucose Tes strip dicabut.

masukkan strip kedalam alat glukometer, sehingga glucometer ini akan hidup

secara otomatis, kemudian dicocokkan kode nomor yang muncul pada layar

dengan yang ada pada vial Check glucose Tes strip. Tes strip yang

dimasukkan pada glucometer pada bagian layar yang tertera angka yang harus

sesuai dengan kode vial Check glucose Tes strip, kemudian pada layar

monitor glukometer muncul tanda siap untuk diteteskan darah. Setuhkan

tetesan darah yang keluar langsung dari pembuluh darah ke Tesstrip dan

ditarik sendirinya melalui aksi kapiler. Ketika wadah terisi penuh oleh darah,

alat mulai mengukur kadar glukosa darah. Hasil pengukuran diperoleh selama

10 detik.

[ CITATION Hen161 \l 1033 ]

II.2 Uraian Bahan

1. Air Murni [ CITATION Kem14 \l 1033 ]

Nama resmi : AIR MURNI

Nama lain : Air suling, aquadest


RM/BM : H 2 o / 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

2. Glukosa [ CITATION Kem14 \l 1033 ]

Nama resmi : DEXTROSA

Nama lain : glukosa, dextrose

RM/BM : C 6 H 12 O6

Pemerian :hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk

granul putih, tidak berbau, rasa manis.

kelarutan :sangat mudah larut dalam air mendidih, mudah larut

dalam air, larut dalam etanol mendidih, sukar larut

dalam etanol.

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

3. NA. C.M.C [ CITATION Kem14 \l 1033 ]

Nama Resmi : NATRII CARBOXIMETHYL CELLULOSUM

Nama Lain : Natrium karboksimethil selulosa

Pemerian :Serbuk atau butiran, putih atau putih kekuningan

tidak berbau atau hampir tidak berbau

Kelarutan :Mudah mendispersi dalam air membentuk suspense

koloid, tidak larut dalam etanol (95%)P dalam eter P

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat


II.3 Uraian Obat

 Glibenklamid [ CITATION Kem14 \l 1033 ]

Nama Resmi : GLIBENKLAMIDA

Nama Lain : glibenclamide

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih

Kelarutan : agak sukar larut dalam metilen klorida, sukar larut

dalam methanol dan etanol, praktis tidak larut dalam

air

Khasiat : Anti diabetes

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Efek samping : umumnya ringan dan jarang, diantaranya gangguan

gastrointestinal seperti mual, muntah, diare dan

konstipasi.

Dosis : Dosis awal 5mg 1 kali sehari; segera setelah makan

pagi (dosis lanjut usia 2,5mg) dosis maksimum 15mg

sehari

Indikasi : Diabetes mellitus tipe 2

Kontraindikasi : Glibenklamid sedapat mungkin dihindari pada

gangguan fungsi hati; gagal ginjal dan pada porfilia.

Glibenklamid sebaiknya tidak digunakan pada ibu

menyusui dan selama kehamilan sebaiknya diganti


dengan terapi insulin. Glibenklamid

dikontraindikasikan jika terjadi ketoasidosis (BPOM,

2017).

II.4 URAIAN TANAMAN

a. Klasifikasi

Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L)


Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
     Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
     Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
     Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
     Sub Kelas : Asteridae
     Ordo : Rubiales
     Famili : Rubiaceae
     Genus : Morinda
     spesies : Morinda citrifolia L.

b. Morfologi

Tumbuhan ini mempunyai batang tidak terlalu besar dengan tinggi pohon
3-8 m. Berdahan kaku, kasar dan kulit batang coklat keabu-abuan atau coklat
kekuningan. Bentuk daun secara umum hampir bulat, bulat panjang sampai
jorong, warna daun hijau mengkilap, permukaan daun bergelombang, agak
kasar, pangkal daun meruncing dan ujung daun runcing. Letak daun
berhadapan, tulang daun menyirip. Bunga tumbuh di ketiak daun penumpu
yang berhadapan dengan daun yang tumbuh normal. Buah muda berwarna
hijau, berwujud buah buni berbentuk lonjong dengan variasi trotol-trotol.
II.5 URAIAN HEWAN UJI MENCIT (Mus musculus)

a. Klasifikasi

Klasifikasi Mencit adalah sebagai berikut (ITIS (Integrated taxonomic

information system), 2019):

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Bilateria

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Tetrapoda

Class : Mamalia

Sub Class : Rodentia

Order : Rodentia

Suborder : Myomorpha

Superfamily : Muroidea

Family : Muridae

Subfamily : Murinae

Genus : Mus

Subgenus : Mus (mus)

Spesies :Mus musculus


b. Karakteristik [CITATION Ray \l 1033 ]

Karakteristik mencit adalah sebagai berikut :

Pubertas : 35 Hari

Masa beranak : sepanjang tahun

Lama hamil : 19-20 Hari

Jumlah anak sekali lahir : 4-12, biasanya 6-8

Lama hidup : 2-3 tahun

Masa tumbuh : 6 bulan

Masa laktasi : 21 hari

Suhu tubuh (C) : 37,9-39,2

Tekanan darah : 136-216

Volume darah : 7,5

Kecepatan respirasi permenit : 136-216

Luas permukaan tubuh Q= K 3 g 2 : K=11,4 g=berat badan

c. Morfologi [ CITATION Akb10 \l 1033 ]

Mencit (Mus musculus) memiliki ciri-ciri berupa bentuk tubuh kecil,

berwarna putih, memiliki siklus estrus teratur yaitu 4-5 hari. Kondisi ruang

untuk pemeliharaan mencit (Mus musculus) harus senantiasa bersih, kering

dan jauh dari kebisingan. Suhu ruang pemeliharaan juga harus dijaga

kisarannya antara 18-19°C serta kelembaban udara antara 30-70°C. Mencit


betina dewasa dengan umur 35-60 hari memiliki berat badan 18-35g. lama

hidupnya 1-2 tahun, dapat mencapai 3 tahun. Masa reproduksi mencit betina

berlangsung 1,5 tahun. Mencit betina ataupun jantan dapat dikawinkan pada

umur 8 minggu. Lama kebuntingan 19-20 hari. Jumlah anak mencit rata-rata

6-15 ekor dengan berat lahir antara 0,5-1,5 g.


BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan yang Digunakan

III.1.1 Alat

Baskom, batang pengaduk, cawan, gelas kimia, gelas ukur, glucometer,

gunting, spoit oral (Sonde), stopwatch, spidol, dan timbangan.

III.1.2 Bahan

Alkohol, aluminium foil, aqua destillata, glibenklamind , infus daun

mengkudu, larutan Na-CMC, larutan glukosa 1 0%, masker, sarung

tangan, dan tissue.

III.2. Hewan percobaan

Mencit (Mus musculus) sebanyak 9 ekor yang terdiri dari 3 kelompok

dengan jenis kelamin Jantan.

III.3 Prosedur kerja

III.3.1 Pembuatan larutan  Na CMC 1%

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Ditimbang dengan seksama 1 g Nat.CMC lalu didispersikan dengan

air hangat sedikit demi sedikit sebanyak 50 ml dalam beker gelas

c. Diaduk sampai larut

d. Dicukupkan dengan air hangat ad 100 ml


III.3.2 Pembuatan larutan glukosa 10%

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang glukosa sebanyak 10 gram lalu dimasukkan kedalam

beker gelas 100 ml

c. Ditambahkan aquadest sebahagian lalu dikocok

d. Dicukupkan volume hingga tanda lalu dihomogenkan.

e. Dipindahkan ke wadah beker yang lain dan ditutup dengan

aluminium foil

III.3.3 Pembuatan suspensi Obat

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang glibenklamind sebanyak 0,2711 g dimasukkan kedalam

gelas kimia 100 ml.

c. Ditambahkan 50 ml larutan Na CMC yang telah dibuat, aduk.

III.3.4 Pembuatan ekstrak daun salam

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Digunting daun salam sampai kecil-kecil

c. Ditimbang daun salam sebanyak 20 gram. Dimasukkan kedalam

beker gelas lalu ditambahkan aquadest sebanyak 100 ml

d. Lalu daun salam direbus dan di hitung suhu 90°C selama 15’.

e. Lalu disaring kemudian dimasukkan kedalam beker dan ditutup

dengan alfol
III.3.5 Perlakuan terhadap hewan coba

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Diambil hewan uji sebanyak 3 ekor dan dipuasakan hewan uji selama

8 jam.

c. Lalu diukur gula darah puasanya

d. Diinduksikan mencit dengan glukosa 10%, lalu ditunggu selama 30

menit

e. Kemudian diukur gula darah mencit

f. Lalu mencit diberi obat, mencit pertama sebagai Kontrol negative

diberi Na.CMC melalui oral sesuai dosis volume pemberian.

g. Mencit kedua diberi suspensi glibenklamid melalui oral sesuai dosis

volume pemberian.

h. Mencit ketiga diberi ekstrak daun salam melalui oral sesuai dosis

volume pemberian.

i. Lalu diukur gula darah mencit tiap 15 menit, 30 menit dan 60 menit

BAB IV

HASIL DAN PENGAMATAN


IV.1. Data Pengamatan

KELOMPOK 2

BB VP Gula Darah Interval Waktu (menit )


Nama Obat (g) (ml) Puasa Awal/
(mg/dl) induksi 15 45 60 %
(mg/dl)

Na CMC 1 % 28 0,18 ml 70 255 269 300 290 3,5 %

Glibenclamid 25 0,16 ml 93 320 250 170 105 21,5 %

Infus Daun
Mengkudu 27 0,18 ml 88 268 225 175 110 15,8 %

IV.2 Pembahasan

Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi

insulin relatif yang terjadi jika produksi insulin tidak sesuai dengan

kebutuhannya maupun defisiensi absolute yang terjadi jika pankreas tidak

berfungsi lagi dalam mensekresi insulin.

Tujuan dilakukannya percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui dan

menentukan efek obat-obat antidiabetes yaitu glibenklamid sebagai kontrol

positif, Na.CMC 1% sebagai kontrol negatif dan infuse daun mengkudu sebagai

obat tradisional dimana percobaan ini dilakukan pada hewan coba mencit (Mus

musculus).
Pada praktikum ini digunakan hewan uji yaitu mencit yang dimana

sebelum perlakuan, mencit dipuasakan terlebih dahulu untuk menghilangkan

faktor makanan. Walaupun demikian faktor variasi biologis dari hewan tidak

dapat dihilangkan sehingga faktor ini relatif dapat mempengaruhi hasil.

Sebelum pemberian obat antidiabetes hewan uji terlebih dahulu diinduksi

dengan glukosa 10 % hal ini bertujuan agar kadar glukosa hewan uji meningkat

sehingga mudah diuji dengan obat-obat antidiabetes dan dapat dilihat efek

terapi dari obat obat antidiabetik oral yang digunakan.

Pada percobaan kali ini dilakukan dengan membandingkan efek dari obat-

obat anti diabetes melitus golongan sulfonilurea yaitu Glibenklamid, serta obat

tradisonal infus daun mengkudu.

Hasil pengamatan praktikum dari kelompok 2 dengan menggunakan

mencit. Pada mencit pertama menggunakan Na-CMC sebagai kontrol negatif

yang berfungsi sebagai pembanding yang menunjukkan reaksi hasil positif atau

adanya efek obat anti hiperglikemia. Berdasarkan pengamatan kadar gula darah

mencit kelompok 1 dengan bobot badan 28 gram setelah dipuasakan selama

kurang lebih 8 jam yaitu 70 mg/dl, 30 menit setelah diinduksi dengan Glukosa

10% yaitu 255 mg/dl yang bertambah karena pemberian glukosa digunakan

untuk menaikkan kadar gula darah. Setelah pemberian bahan obat pada menit

ke 15 kadar gula darah meningkat yaitu 269 mg/dl. Pada menit ke 45, kadar

gula darah juga mengalami peningkatan yaitu 300 mg/dl kemudian pada menit

ke 60 kadar gula darah menurun yaitu 290 mg/dl. Hal ini tidak sesuai dengan
literature, dimana seharusnya Na. CMC tidak memberikan efek antidiabetes

terhadap mencit namun yang terjadi adalah sebaliknya. Hal ini dikarenakan

adanya factor kesalahan pada saat mengukur kadar glukosa darah pada mencit.

Pada mencit kelompok 2 menggunakan obat glibenclamid sebagai kontrol

positif dengan bobot badan 25 gram setelah dipuasakan setelah dipuasakan

selama kurang lebih 8 jam yaitu 93 mg/dl, 30 menit setelah diinduksi dengan

Glukosa 10% yaitu 320 mg/dl yang bertambah karena pemberian glukosa

digunakan untuk menaikkan kadar gula darah. Setelah pemberian bahan obat

pada menit ke 15 kadar gula darah menurun yaitu 250 mg/dl. Pada menit ke 45,

kadar gula darah juga mengalami penurunan yaitu 170 mg/dl dan kemudian

pada menit ke 60 juga kembali mengalami penurunan yaitu 105 mg/dl. Hasil

penelitian menyatakan bahwa Glibenclamid merupakan salah satu obat turunan

sulfonilurea yang memiliki potensi penurunan kadar glukosa darah lebih tinggi

di banding sulfonilurea lain, mekanisme kerja obat ini adalah dengan

meningkatkan sekresi insulin di sel β pankreas.

Pada mencit kelompok 3 menggunakan infus daun mengkudu, dengan

bobot badan 27 gram kadar gula darah setelah dipuasakan selama kurang lebih

8 jam sebanyak 88 mg/dl, 30 menit setelah diinduksi dengan Glukosa 10%

terjadi peningkatan menjadi 268 mg/dl. Setelah pemberian bahan obat pada

menit ke15 mengalami penurunan menjadi 225 mg/dl, pada menit ke 45 terjadi

penurunan kembali menjadi 175 mg/dl dan kemudian pada menit ke 60 juga

terjadi penurunan menjadi 110 mg/dl. Penurunan glukosa darah dengan


pemberian infus daun mengkudu ini disebabkan karena senyawa yang

terkandung pada daun mengkudu seperti xeronin dan flavonoid. Xeronin

diketahui dapat meningkatkan protein GLUT 4 yang berhubungan dengan

diabetes melitus. GLUT 4 (transporter glukosa 4) adalah protein transpor untuk

glukosa yang bertujuan membawa glukosa masuk ke dalam sel. Flavonoid

bekerja dalam menghambat enzim alfa-glucosidase di dalam saluran cerna,

akibatnya daya absorbsi karbohidrat berkurang sehingga menurunkan glikemik

dan menciptakan efek hemat insulin.

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa obat Glibenclamide

memberikan efek yang lebih cepat bila dibandingkan dengan  ekstrak infusa

daun mengkudu. Hal ini dapat dilihat dari penurunan kadar glukosa darah

mencit dari pengukuran setelah dipuasakan, dengan menhitung selisih kadar

gula. Persen kadar gula pada glibenclamid lebih besar yaitu 21,5 % sedangkan

pada infus daun mengkudu yaitu 15,8%.

Beberapa faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi data yang

diperoleh yaitu, kurangnya waktu puasa mencit, bahan yang digunakan tidak

sesuai.
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :


1. Diabetes melitus adalah suatu gangguan kronis yang khususnya menyangkut
metabolisme hidrat arang (glukosa) di dalam tubuh, Penyebabnya adalah
kekurangan hormon insulin, yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai
sumber energi dan mensintesa lemak.
2. Infus daun mengkudu mempunyai efek anti hiperglikemia disebabkan karena
senyawa yang terkandung pada daun salam terdapat xeronin diketahui dapat
meningkatkan protein GLUT 4 yang berhubungan dengan diabetes melitus.
Flavonoid bekerja dalam menghambat enzim alfa-glucosidase di dalam
saluran cerna, akibatnya daya absorbsi karbohidrat berkurang sehingga
menurunkan glikemik dan menciptakan efek hemat insulin.
3. Antara ekstrak infusa daun mengkudu dengan glibenclamid yang paling cepat
memberikan efek antihiperglikemik adalah glibenclamid dengan kadar persen
kadar glukosa darah yaitu 21,5 % sedangkan infus daun mengkudu yaitu
15,8%.
V.1 Saran
Diharapkan kepada praktikum untuk lebih berhati-hati dan teliti dalam
melakukan praktikum supaya kesalahan tidak terjadi karena kesalahan kecil akan
berakibat fatal bagi hewan uji sehingga hasil yang dipraktekkan tidak sesuai
dengan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, B. 2010. Tumbuhan dengan kandungan senyawa aktif yang berpotensi


sebagai antifertilitas. Jakarta: Adabia Press.

BPOM, 2017. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI). Badan Pengawas


Obat dan Makanan : Jakarta.

Hidayah, R. A. 2017. Buku praktis farmasi. jakarta: EGC.

Hidayat, S. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta: Agriflo.

Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Kemenkes RI.

Mahendra, dkk. 2008. Diabetes Mellitus. jakarta: Penebar Plus.

Rahardja, T. H. 2015. Obat-obat penting. Jakarta: Gramedia.

Rahma Amila, et al.2015.Efek Antihiperglikemik Kombinasi Ekstrak Etanol Daun


Mengkudu (Morinda citrifolia L) Dan Daun Jambu Biji (Psidium guajava
L)Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Yang Diinduksi Aloksan.Samarinda:
Universitas Mulawarman

Rohman, A. 2018. Analisis Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Steenis, V. 2003. Flora. Jakarta: PT. Pradya.

Stevani, H. (2016). Praktikum Farmakologi. Jakarta: Pusdiknakes.


Susiana, C. S. 2016. Grow your own Medical Plant. Yogyakarta: Lily Publisher.
LAMPIRAN

1. Perhitungan Bahan
Dosis lazim gibenclamide : 5 mg
Konversi dosis untuk mencit 30 gr : dosis lazim x faktor konversi
: 5 mg x 0,0026
: 0,013 mg
Untuk mencit dengan beart 30 gr : (30/20 x 0,013 mg)
: 0,0195 mg
Dosis di berikan dengan volume : 0,2 ml (yang diberikan ke mencit)

Dibuat larutan persediaan sebanyak : 100 ml


Jumlah glibenclamid yang di gunakan : (100 ml/0,2 ml) x 0,0195 mg
: 9,75 mg atau 0,00975 gram

% kadar gibenclamid : (0,00975 gram/100 ml) x 100%


: 0,00975 %
Dimisalkan berat rata-rata tablet : 0,9 gram = 900 mg
Berat yang ditimbang : berat yang diinginkan x berat rata-rata
Berat etiket
: 9,75 mg x 900 mg
5 mg
: 1, 755 mg = 1,755 gram
2. Perhitungan Persen Penurunan Gula
GD awal−GD akhir x 100%

3500
Na-CMC = 255−290 x 100% = = 3,5 %
1000

21500
Glibenclamid = 320−105 x 100 % = = 21,5 %
1000

15800
Infus Daun Mengkudu = 268−110 x 100 % = = 15,8 %
1000

Nama Obat %

Na-CMC 3,5 %

Glibenclamid 21,5 %

Infus Daun Mengkudu 15,8 %

Anda mungkin juga menyukai