Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI SISTEM ORGAN

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIDIABETES

Dosen Pengampu :

Apt. Nur Rahayuningsih, M.Si

Apt. Anisa Pebiansyah, M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok : 3 (Tiga)
Kelas : 2C
Anggota :
Sofyan Supriatma 31120131
Siska Nurgifani 31120140

Vina Audina 31120141


Putri Nita S.M 31120142

Trianti Nur Anugrahayati 31120143

Ahmad Fauzi 31120170

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2021/2022
PERCOBAAN X

PENGUJIAN AKTIVITAS DIURETIKA

I. Tujuan Praktikum

Mahasiswa diharapkan :

 Mampu melaksanakan pengujian antidiabetes terhadap hewan uji


 Memperoleh gambaran manifestasi dari efek antidiabetes
 Mampu menentukan tingkat efektifitas pemberian obat diabetes pada
hewan uji

II. Prinsip Percobaan


Penentuan penurunan kadar glukosa darah dan tingkat efektifitas
pemberian obat anti diabetes yakni glibenclamid + PGA 2% (kontrol
positif),PGA 2% (kontrol negative),dan dosis berbeda pada hewan uji
mencit yang sudah diinduksi dengan larutan glukosa berdasarkan onset dan
durasi menggunakan alat glukometer.

III. Dasar Teori


Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit
degenerative yang prevalensinya terus mengalami peningkatan di
dunia,baik pada negara maju ataupun negara berkembang,sehingga
dikatakan bahwa diabetes mellitus sudah menjadi masalah kesehatan atau
penyakit global pada masyarakat.
Pada pengujian ini,induksi hiperglikemia dilakukan dengan
pemberian glukosa dosis tinggi yang akan meningkatkan konsentrasi
glukosa darah yang sifatnya sementara.
Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena
penyerapan glukosa kedalam sel terhambat serta metabolisme nya
terganggu. Dalam keadaan normal, kira – kira 50% glukosa yang dimakan
mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah
menjadi glikogen dan kira – kira 30 – 40 % diubah menjadi lemak. Pada
diabetes melitus semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme
protein dan lemak (Ganiswarna. Dkk, 1995)
Diabetes Melitus disebut juga dengan kencing manis atau gangguan
metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan
dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sesitivitas
insulin. (Sukandar, dkk. 2019)
Ada 5 jenis tipe diabetes, yaitu :

1. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes melitus tipe 1 adalah jenis penyakit autoimun yang


menyebabkan pankreas, organ yang memproduksi hormon
insulin mengalami kerusakan. Hal ini menyebabkan tubuh tidak bisa
menghasilkan insulin, padahal hormon tersebut dibutuhkan untuk
mengolah gula darah menjadi energi.

Diabetes jenis ini bisa dijumpai sejak masa anak-anak. Dan, untuk
mengatasi gula darah yang terlalu tinggi, penderita diabetes melitus
tipe 1 harus mendapatkan suntikan insulin setiap hari.

2. Diabetes Melitus tipe 2

Berbeda dengan tipe 1 yang terjadi mulai anak-anak, diabetes


melitus tipe 2 terjadi pada orang dewasa dan lanjut usia. Jenis diabetes
ini terjadi karena adanya resistensi insulin.

Pada awalnya, kondisi resistensi insulin bisa diatasi oleh tubuh dengan
menghasilkan lebih banyak insulin untuk menjaga gula darah normal.
Tapi lama-kelamaan, pankreas mengalami kelelahan akibat
memproduksi insulin dalam jumlah yang banyak.

Akibatnya, organ tersebut tak mampu lagi menghasilkan jumlah


insulin yang memadai sehingga tubuh tidak mampu mengelola gula
darah untuk diubah menjadi energi. Saat itulah penyakit diabetes
terjadi.

3. Diabetes Gestasional

Ini adalah jenis diabetes yang terjadi pada kehamilan.


Umumnya, diabetes gestasional mulai terjadi pada usia kehamilan 24–
28 minggu, dan ditandai dengan gula darah setelah makan yang tinggi.

Diabetes gestasional harus ditangani dengan baik untuk


mencegah berbagai komplikasi dalam kehamilan dan menurunkan
risiko terjadinya persalinan prematur, bayi yang terlalu besar, atau
gula darah yang rendah pada bayi saat lahir.

4. Diabetes LADA

LADA merupakan singkatan dari latent autoimmune diabetes


of adulthood. Secara sederhana, LADA serupa dengan diabetes
melitus tipe 1 yang baru muncul saat seseorang sudah dewasa.
Umumnya penyakit ini terjadi saat seseorang berusia 30 tahun ke atas.

Pada awal pengobatan, LADA bisa diobati dengan obat-obatan


diabetes tablet. Namun secara jangka panjang, penderitanya
membutuhkan suntikan insulin guna mengontrol kadar gula darah di
dalam tubuhnya.

5. Diabetes MODY

Kepanjangan MODY adalah maturity onset diabetes of the


young. Penyebab dan gejala MODY mirip dengan diabetes melitus
tipe 2, namun terdapat dua hal yang membedakannya.

Pertama, MODY umumnya terjadi sebelum seseorang berusia 25


tahun (remaja). Kedua, MODY biasanya merupakan bagian dari
penyakit yang diturunkan dari orang tua ke anak, karena kondisi ini
biasanya disebabkan oleh mutasi genetik. Oleh karena itu, jika ayah
atau ibu mengalami MODY, anak akan memiliki risiko 50% lebih
tinggi untuk mengalami penyakit yang sama.

Insulin

Insulin merupakan hormon yang memainkan sejumlah peran dalam


metabolisme tubuh, yaitu untuk mengatur bagaimana tubuh menggunakan
dan menyimpan glukosa serta lemak. Banyak dari sel tubuh bergantung
pada insulin untuk mengambil glukosa dari darah untuk energi. Apabila
tubuh kekurangan insulin atau ketidakmampuan dalam mengatur kadar
insulin di dalam tubuh, maka dapat menyebabkan timbulnya gejala
diabetes. Fungsinya sebagai berikut:

 Memodifikasi aktivitas enzim dan reaksi yang tubuh hasilkan.


 Membangun otot setelah sakit atau cedera melalui pengangkutan asam
amino ke jaringan otot, yang diperlukan untuk memperbaiki kerusakan
otot dan meningkatkan ukuran dan kekuatan. Ini membantu mengatur
penyerapan asam amino, replikasi DNA, dan sintesis protein.
 Mengelola sintesis lipid dengan penyerapan ke dalam sel-sel lemak,
yang diubah menjadi trigliserida.
 Mengelola pemecahan protein dan lipid karena perubahan sel-sel
lemak.
 Penyerapan asam amino dan kalium ke dalam sel yang tidak dapat
berlangsung tanpa adanya insulin.
 Mengatur ekskresi natrium dan volume cairan dalam urin.
 Meningkatkan memori dan kemampuan belajar otak.

Insulin membiarkan glukosa memasuki sel yang berfungsi sebagai energi


dan mempertahankan jumlah glukosa di aliran darah dalam tingkat normal.
Ketika kita mengonsumsi makanan, usus menyerap glukosa ke dalam
aliran darah, meningkatkan kadar glukosa darah. Kenaikan glukosa darah
ini menyebabkan pankreas melepaskan insulin sehingga glukosa dapat
bergerak di dalam sel dan digunakan. (Novita Joseph, 2021)
Saat glukosa bergerak di dalam sel, kadar glukosa di aliran darah menjadi
normal dan pelepasan insulin melambat. Protein dalam makanan dan
hormon lain yang usus produksi sebagai respons terhadap makanan juga
merangsang pelepasan insulin.

Saat sedang stres, hormon yang terlepas seperti adrenalin, menghentikan


pelepasan insulin. Hal ini menyebabkan menyebabkan kadar glukosa darah
lebih tinggi untuk membantu mengatasi peristiwa stres.

Insulin bekerja bersama-sama dengan glukagon, hormon lain yang


pankreas produksi. Peran insulin adalah menurunkan kadar gula darah,
sedangkan peran glukagon adalah meningkatkan kadar gula darah jika
turun terlalu rendah. Dengan menggunakan sistem ini, tubuh memastikan
bahwa kadar glukosa darah tetap dalam batas yang normal, yang
memungkinkan tubuh berfungsi dengan baik.

Glibenclamide atau glyburide adalah obat untuk mengendalikan kadar gula


darah yang tinggi pada diabetes tipe 2. Obat ini tersedia dalam bentuk
tablet dan hanya boleh dikonsumsi dengan resep dokter. (Nathania, Sutisna
2019)

Mekanisme Glibenclamide

Glibenclamide bekerja menurunkan kadar gula darah dengan cara


meningkatkan pelepasan insulin dari pankreas. Mekanisme ini bergantung
pada sel beta pankreas. Sulfonilurea menempel pada reseptor yang spesifik
di sel beta pankreas dan menyekat pemasukan kalium melalui kanal ATP-
dependent. Glibenclamide bekerja dengan merangsang tubuh untuk
memproduksi lebih banyak insulin dari biasanya untuk mengikat glukosa
dalam aliran darah.glibenclamide tidak diperuntukan untuk penderita
diabetes tipe 1 atau sudah mengalami komplikasi ketoasidosis diabetik.
(Nathania Sutisna. 2019)
Farmakokinetik Glibenclamide
Absorpsi
Glibenclamide adalah obat yang bersifat lipofilik dengan kelarutan
pada pH yang rendah. Pada umumnya, hiperglikemia dapat menurunkan
absorpsi sulfonilurea karena dapat mempengaruhi motilitas dari usus,
sehingga sebaiknya sulfonilurea dikonsumsi 30 menit sebelum makan.
Peningkatan serum insulin dimulai dari menit ke 15 – 60 setelah konsumsi
dengan durasi kurang dari 24 jam. Waktu yang diperlukan untuk mencapai
kadar puncak di plasma adalah 2–4 jam setelah konsumsi. Pada penelitian
di manusia sehat, pemberian makanan tidak berpengaruh terhadap
penyerapan glibenclamide.
Distribusi
Glibenclamide sangat terikat pada albumin darah, seperti golongan
sulfonilurea lainnya. Glibenclamide berikatan dengan protein hingga
hampir 99%.
Distribusi terbesar adalah ke ekstraselular. Jumlah yang masuk ke siklus
enterohepatik sangat sedikit bahkan hampir tidak ada.
Metabolisme
Glibenclamide dimetabolisme di hati hingga menjadi metabolit
yang tidak aktif. Metabolitnya adalah 4-trans-hydroxyglyburide, 3-cis-
hydroxyglyburide (aktif dan lemah) dan satu metabolit yang tidak
teridentifikasi. Metabolit yang tidak aktif akan dieliminasi melalui rute
biliar dan renal secara imbang.
Ekskresi
Waktu paruh glibenclamide berbeda-beda dan bergantung pada
bentuk serta kekuatan sediaan oral. Ekskresi glibenclamide 50% melalui
urin dan 50% melalui feses. [6,9,10]

IV. Alat dan Bahan


1. Alat
 Timbangan
 Sonde oral
 Alat suntik 1 ml
 Glukometer
2. Bahan
 Tikus jantan
 PGA 2%
 Glibenklamid
V. Prosedur

Mencit dipuasakan Timbang mencit


selama 24 jam dan beri tanda

Berikan glukosa Hewan uji diberi


sediaan sesuai dosis uji
secara oral dengan
dan didiamkan selama 1
dosis 2 kg/bb jam

Ukur kadar gula darah


pada menit ke 0, 30, 60,
90, 120, menggunakan
glukometer
VI. PerhitunganDosis

VII. Perhitungan Dosis


1. Glukosa 2000mg/kg BB
2000 mgx 0,0026=¿5,2 mg /20 gram BB menci
2. PGA 2% (kontorl negatif) dibuat 25ml
2
x 25 ml=0,5 gr /25 ml
100
3. Kontrol Positif/Dosis Pembanding (5mg)
Berat rata-rata tablet 597mg
a. Konversi dosis mencit 20gr
5mg x 0,0026 = 0,013mg/20gr BB mencit
b. Berat tablet yang diserbukan
0,013 mg
x 205 mg=0,533mg/20 gr BB mencit
5 mg
c. Larutan stok 5ml
0,533 ml
x 5 ml=13,325 mg /5 ml
0,2 ml
d. Banyak tablet yang digunakan
13,325mg
=0,065 tablet
205 mg
4. Dosis Uji 1 (2,5mg)
a. Konversi dosis mencit 20gr
2,5mgx0,0026 = 0,0065mg/20gr BB mencit
b. Berat tablet yang diserbukan
0,0065 mg
x 205 mg=0,2665 mg/20 gr BB mencit
5 mg
c. Larutan stok 5ml
0,2665 mg
x 5 mL=6,6625 mg/5 ml
0,2ml
d. Banyak tablet yang digunakan
6,6625 mg
=0,0325tablet
205 mg
5. dosis Uji 2 (10mg)
a. Konversi dosis mencit 20gr
10mgx0,0026 = 0,026mg/20gr BB mencit
b. Berat tablet yang diserbukan
0,026 mg
x 205 mg=1,066 mg/20 gr BB mencit
50 mg
c. Larutan stok 5ml
10 ml
x 1,066 mg=26,65 mg/5 ml
0,2 ml
d. Banyak tablet yang digunakan
26,65 mg
=0,13tablet
205 mg
6. Dosis Uji 3 (20mg)
a. Konversi dosis mencit 20gr
20mgx0,0026 = 0,052mg/20gr BB mencit
b. Berat tablet yang diserbukan
0,052mg
x 205 mg=2,132 mg/20 gr BBmencit
5 mg
c. Larutan stok 5ml
5 ml
x 2,132mg=53,3mg /5 ml
0,2 ml
d. Banyak tablet yang digunakan
53,3 mg
=0,26tablet
205 mg
VIII. Data Hasil Pengamatan

Kelompok Mencit keKadar Glukosa Penurunan


perlakuan - Mencit pada waktu kadar glukosa
ke- (mg/dL) %
T0 T120
Kontrol positif 1 123 119 3,25%
(Glibenklamid 2 115 99 13,9%
5mg) 3 207 81 60,9%
Kontrol 1 87 141 -62,1%
Negatif (PGA 2 62 78 -25,8%
20%) 3 63 98 -55,5%
Dosis I 1 165 79 52,4%
(Glibenklamid 2 90 28 68,1%
2,5mg) 3 158 79 50%
Dosis II 1 271 337 -24,4%
(Glibenklamid 2 133 88 33,8%
10mg) 3 321 94 70,7%
Dosis III 1 99 96 3,03%
(Glibenklamid 2 93 132 -41,9%
20mg) 3 63 88 -39,7%
 Perhitungan % Penurunan Glukosa
% Penurunan
¿ kadar induksi−kadar glukosa pada waktu ke− ¿ x 100 % ¿
kadar induksi
1. Kontrol Positif (glibenklamid 5mg)
 Mencit 1
123−119
% Penurunan = x 100 %=3,25 %
123

 Mencit 2
115−99
% Penurunan = x 100 %=13,9 %
115
 Mencit 3
207−81
% Penurunan = x 100 %=60,9 %
207
2. Kontrol Negatif (PGA 2%)
 Mencit 1
87−141
% Penurunan = x 100 %=−62,1 %
87
 Mencit 2
62−78
% Penurunan = x 100 %=−25,8 %
62
 Mencit 3
63−98
% Penurunan = x 100 %=−55 , 5 %
63
3. Dosis I (Glibenklamid 2,5mg)
 Mencit 1
165−79
% Penurunan = x 100 %=52,4 %
165
 Mencit 2
90−28
% Penurunan = x 100 %=68,1 %
90
 Mencit 3
158−79
% Penurunan = x 100 %=50 %
158
4. Dosis II
 Mencit 1
271−337
% Penurunan = x 100 %=−24,4 %
271
 Mencit 2
133−88
% Penurunan = x 100 %=33,8 %
133
 Mencit 3
321−94
% Penurunan = x 100 %=70,7 %
321
5. Dosis III
 Mencit 1
99−96
% Penurunan = x 100 %=3,03 %
99
 Mencit 2
93−132
% Penurunan = x 100 %=−41,9 %
93
 Mencit 3
63−88
% Penurunan = x 100 %=−39,7 %
63
IX. Pembahasan
Praktikum uji aktivitas antiadiabetes ini menggunakan hewan uji
mencit putih yang telah dipuasakan terlebih dahulu Selma 24 jam.
Tujuan praktikum ini untuk mengetahui apakah obat yang akan diuji
memiliki efektivitas yang baik sebagai antidiabetes.
Praktikum ini menggunakan obat glibenklamid sebagai obat
antidiabetes. Glibenklamid memiliki nama lain gliburide, Diabeta,
Glynase,Micronase, Glibenclamidum. Glibenklamid merupakan Obat
Hipoglikemik Oral(OHO) golongan sulfonylurea generasi kedua yang
hanya digunakan untukmengobati individu dengan diabetes melitus
tipe II untuk menurunkan konsentrasigula darah. Merupakan obat
antidiabet golongan sulfonil urea generasi kedua.
Mekanisme Kerja Glibenklamide yaitu menstimulasi pankreas
untukmemproduksi insulin dan meningkatkan sensitivitas sel beta
terhadap glukosa.Sulfonilurea dapat menormalkan produksi glukosa di
hati dan secara parsialmembalikkan resistensi insulin pada pasien
diabetes melitus tipe II. Glibenklamid hanya bermanfaat pada
penderita diabetes dewasa yang pankreasnya masih mampu
memproduksi insulin dengan baik. Pada penggunaan per oral
glibenklamid diabsorpsi sebagian secara cepat dan tersebar keseluruh
cairan ekstrasel, Sebagian besar terikat dengan protein plasma.
Pada praktikum ini menngunak glucometer sebagai alat pengukur
kadar glukosa darah hewan uji. Cara menggunakan alat ini adalah
pertama, pasang strip ke slot. Kedua, cek nomor kalibrasi, kalibrasi
glucometer bertujuan agar data terbaca lebih akurat. Ketiga, lakukan
sampling darah, keempat, sentuhkan sample darah ke sisi strip.
Kelima, baca hasil setelah kurang lebih 5 detik, data telah didapat dan
dicatat sebagai T=0 . Setelah diukur kadar glukosa dengan
glucometer, tahap uji selanjutnya diberi glukosa sesuai dosis pada
masing-masing tiap kelompok uji dan dutunggu selam 2 jam lalu
diukur Kembali dengan alat glucometer.
Data hasil yang diperoleh tiap kelompok uji, didapat hasil yang
menurut kelompok kami memiliki efetivitas sebagai antidiabetes yaitu
pada dosis 1 (glibenklamid 2,5 mg) dengan penurunan % yaitu 52,4
%, 68,1 %, 50 %. Hasil dari setiap hewan uji memberikan hasil yang
bervariasi. Hal ini tergantung pada kondisi fisiologis pada masing-
masing hewan uji, kadar obat yang diberikan, dan pemberian glukosa
tiap hewan.
Adapun faktor kesalahan yang mungkin dapat mempengaruhi
data ialah waktu pengecekan kadar glukosa darah pada setiap
kelompok yang tidak seragam,penimbangan mencit yang tidak akurat,
keadaan fisiologis yang dapat mempengaruhi kerja obat, serta
perhitungan dosis yang salah.
X. Kesimpulan
Praktikum ini menggunakan obat glibenklamid sebagai obat
antidiabetes. Mekanisme Kerja Glibenklamide yaitu menstimulasi
pankreas untukmemproduksi insulin dan meningkatkan sensitivitas sel
beta terhadap glukosa. Kelompok uji dosis 1 (glibenklamid 2,5 mg)
memiliki efektivitas sebagai antidiabetes yaitu dengan penurunan %
yaitu 52,4 %, 68,1 %, 50 %.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. (1995). Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta : Gadjah
Mada University
H M Muslim. (2009). Parasitologi Untuk Keperawatan. 101–103.
https://www.mendeley.com/profiles/violla-anggiani
Rahayuningsih, N. Pebriansyah. A. 2021. Penuntun Praktikum Farmakologi
Sistem Organ. Tasikmalaya, Universitas Bakti Tunas Husada./
Ramadhian, Ricky, M., & Pahmi, K. (2021). Aktivitas diuresis leucaena
leucocephala. Journal Syifa Sciences & Clinical Research, 3(1), 32–38.
LAMPIRAN

BB M

BB Mencit 1 BB Mencit 2 BB Mencit 3


T0 mencit 3

T0 mencit 1 T0 mencit 2 T120 mencit 2


T120 mencit 1
T120 mencit 3 Proses pengambilan Pemberian sediaan

darah secara oral

Anda mungkin juga menyukai