Disusun Oleh :
Kelompok 3
Kelas 2C
I. Tujuan
- Untuk melakukan pengujian aktivitas analgetika dengan metode
induksi kimia ( metode siegmund)
- Untuk melakukan pengujian aktivitas analgetika dengan metode
termik.
II. Dasar Teori
Obat-obat analgetika adalah kelompok obat yang memiliki
aktivitas menekan atau mengurangi rasa nyeri terhadap rangsang nyeri
mekanik, termik, listrik atau kimiawi dipusat dan perifer atau dengan
cara menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator sensasi
nyeri. Kelompok obat ini terbagi kedalam golongan analgetik kuat
(analgetika narkotik) yang bekerja sentral terhadap system saraf pusat
dan golongan analgetika lemah (analgetik non narkotik) yang bekerja
secara perifer.
Rasa nyeri setelah induksi nyeri cara kimiawi pada hewan uji
ditunjukkan dalam bentuk gerakan geliat, frekuensi gerakan ini dalam
waktu tertentu menyatakan derajat nyeri yang dirasakannya,sedangkan
rasa nyeri setelah induksi nyeri cara termik pada hewan uji ditunjukkan
dengan menjilat kaki belakang atau meloncat saat diletakkan di atas
hot plate. Selang waktu antara pemberian stimulusnyeri yang berupa
panas sampai terjadinya respon disebut waktu reaksi. Obatobat
analgetik dapat memperpanjang waktu reaksi ini (Sirait dkk., 1993;
Sumardiyanta, 1999).
Metode Uji Aktivitas Analgetika
A. Metode Induksi Cara Kimia (Metode Sigmund)
1. Metode Geliat
Penilaian obat dilakukan berdasarkan kemampuan dalam
menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi secara
kimia pada hewan percobaan mencit. Rasa nyeri ini pada
mencit diperlihatkan dalam bentuk respon gerakan geliat yaitu
kedua pasang kaki kedepan dan ke belakang serta perut
menekan lantai, yang muncul dalam waktu maksimal lima
menit setelah induksi (Kelompok Kerja Ilmiah, 1993). Zat
kimia yang digunakan pertama kali adalah fenil p-benzokuinon,
selain fenil p-benzokuinon, digunakan juga zat lain seperti
asetilkolin, asam asetat, adrenalin, dll (Le Bars, Gozariu &
Cadden, 2001; Marlyne, 2012). Beberapa bahan kimia
dilaporkan dapat menghasilkan efek geliat tetapi hanya asam
asetat dan fenil p-benzokuinon yang sering digunakan sebagai
iritan (Parmar dan Prakash, 2006; Marlyne, 2012).
2. Metode Randall-Selitto
Metode ini merupakan suatu alat untuk mengevaluasi
kemampuan obat analgesik yang mempengaruhi ambang reaksi
terhadap rangsangan tekanan mekanis di jaringan inflamasi
(Anseloni, Ennis & Lidow, 2003; Marlyne, 2012). Prinsip
metode ini adalah inflamasi dapat meningkatkan sensitivitas
nyeri yang dapat dikurangi oleh suatu obat analgesik. Bahan
kimia yang digunakan untuk menghasilkan suatu inflamasi
yaitu Brewer’s yeast yang diinjeksikan secara subkutan pada
permukaan kaki atau tangan tikus. Inflamasi yang terjadi
diukur dengan suatu alat yang menggambarkan adanya
peningkatan ambang nyeri (Plarmar & Prakash, 2006; Marlyne,
2012).
3. Metode Formalin
Metode ini merupakan suatu metode untuk mengetahui efek
analgetik obat pada nyeri kronik. Formalin digunakan sebagai
penginduksi yang diinjeksikan secara subkutan pada
permukaan tangan atau kaki tikus yang akan menimbulkan
respon berupa menjinjitkan dan menjilat kaki. Respon ini
dinilai dengan skoring dari skala 0 sampai 3 (Parmar &
Prakash, 2006; Heidari, dkk. 2009; Marlyne, 2012).
B. Metode dengan Induksi Nyeri Menggunakan Cara Mekanik
Metode ini dirancang dengan memberikan tekanan pada
pangkal ekor hewan uji. Hewan uji akan memberikan respon
berupa reaksi untuk menghilangkan tekanan tersebut. Hewan uji
yang diberikan analgetika akan lebih tahan terhadap tekanan yang
lebih besar (Domer, 1971; Suhhendy 2010).
C. Metode dengan Induksi Nyeri Menggunakan Listrik
Pada metode ini arus listrik dialirkan kebagian tubuh
tertentu dari hewan uji dengan tegangan listrik yang ditinggikan
secara bertahap. Hewan uji akan menimbulkan respon berupa
gerakan atau suara mencit. Hewan uji yang diberi analgetika akan
lebih tahan terhadap tegangan listrik yang tinggi (Domer, 1971;
Suhhendy 2010).
a. Alat b. Bahan
- Spuit 1 ml - Asam asetat 3%
- Sonde oral - Aspirin dosis 500 mg
- Stopwatch - PGA 1 %
- Timbangan mencit - Hewan mencit 20 - 25
gram
- Wadah penyimpanan
mencit
V2 = 3,06
PGA 1%
1% = 1g/100 ml
Aspirin pembanding (500 mg)
500 mg x 0,0026 = 1,3 mg/20 gr bb mencit
1,3 mg x 226,34 mg
= 3,678 mg/20 gr bb mencit
80 mg
3,678 mg x 100 ml
= 1839 mg/100 ml
0,2ml
1839 mg
= 8,125 mg
226,34 mg
1,839mg x 100 ml
= 919,5 mg/100 ml
0,2ml
919,5 mg
= 4,062 mg
226,34 mg
5,517 mg x 100 ml
= 2758,5 mg/100 ml
0,2 ml
2758,5 mg
= 12,1874 mg
226,34 mg
7,356 mg x 100 ml
= 3678 mg/100 ml
0,2 ml
3678 mg
= 16,25 tablet
226,34 mg
Kontrol 1 3 10 19 15 12 11 70
Positif 2 13 24 16 21 12 1 97
(Aspirin 3 2 0 0 2 0 5 4
500mg)
Dosis I 1 2 16 22 16 20 12 88
(Aspirin 2 2 16 29 19 16 13 127
250mg) 3 0 2 3 32 26 22 7
Dosis II 1 0 3 8 4 8 7 30
(Aspirin 2 5 20 25 22 13 9 94
750mg) 3 1 25 31 19 19 9 104
Dosis III 1 3 4 5 5 4 4 24
(Aspirin 2 0 0 5 7 8 8 28
1000mg) 3 12 7 5 3 2 1 30
Kontrol 1 2 0 5 11 13 8 39
Negatif 2 5 10 17 11 15 11 69
(PGA 1%) 3 0 22 7 13 14 18 74
100 -
rata−rata jumlah geliat kelompok uji
x 100 %
rata−rata jumlah geliat kelompok kontrol negatif
1) Dosis 1
74
= 100 - x 100 %
60,6
= 98,77 %
2) Dosis 2
76
= 100 - x 100 %
60,6
= 98,74 %
3) Dosis 3
27,3
= 100 - x 100 %
60,6
= 99,60 %
4) Kontrol Positif
43
= 100 - x 100 %
206
= 99, 54 %
2. % aktivitas Analgetik
% proteksi kelompok zat uji
x 100 %
% proteksi asetosal
1) Dosis 1
99,77
= x 100 %
99,54
= 1,0023 %
2) Dosis 2
98,74
= x 100 %
99,54
= 0.9919 %
3) Dosis 3
99,60
= x 100 %
99,54
= 0.9905%
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian terhadap efek
analgetika dari salah satu obat anelgetik dengan dosis yang berbeda.
Metode yang digunakan adalah metode induksi nyeri oleh senyawa kimia.
Digunakan metode induksi secara kimia karena analgetik yang digunakan
termasuk dalam golongan antalgetika non narkotik. Metode induksi
merupakan cara-cara menginduksi nyeri atau inflamasi ke dalam hewan
percobaan. Adapun hewan percobaan yang digunakan adalah mencit (Mus
musculus) jantan. Mencit digunakan karena mudah ditanganani dan
memiliki sistem biokimia yang mirip dengan tubuh manusia. Dipilih
mencit jantan karena mencit jantan tidak mengalami fluktuasi hormon
seperti pada mencit betina yang mengalami fluktuasi hormon pada saat
menstruasi.
VII. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Lampiran