Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI SISTEM ORGAN


PENGUJIAN AKTIVITAS ANALGETIKA METODE INDUKSI KIMIA
(METODE SIEGMUND) & METODE TERMIK
Dosen Pengampu:

Apt. Anisa Pebiansyah, M.Farm


Apt. Nur Rahayuningsih, M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Kelas 2C

Sofyan Supriatna 31120131


Siska Nurgifani 31120140

Vina Audina 31120141


Putri Nita S.M 31120142

Trianti Nur A 31120143

Ahmad Fauzi 31120170

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2022
PERCOBAAN VII

PENGUJIAN AKTIVITAS ANALGETIKA METODE INDUKSI KIMIA


(METODE SIEGMUND) & METODE TERMIK

I. Tujuan
- Untuk melakukan pengujian aktivitas analgetika dengan metode
induksi kimia ( metode siegmund)
- Untuk melakukan pengujian aktivitas analgetika dengan metode
termik.
II. Dasar Teori
Obat-obat analgetika adalah kelompok obat yang memiliki
aktivitas menekan atau mengurangi rasa nyeri terhadap rangsang nyeri
mekanik, termik, listrik atau kimiawi dipusat dan perifer atau dengan
cara menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator sensasi
nyeri. Kelompok obat ini terbagi kedalam golongan analgetik kuat
(analgetika narkotik) yang bekerja sentral terhadap system saraf pusat
dan golongan analgetika lemah (analgetik non narkotik) yang bekerja
secara perifer.
Rasa nyeri setelah induksi nyeri cara kimiawi pada hewan uji
ditunjukkan dalam bentuk gerakan geliat, frekuensi gerakan ini dalam
waktu tertentu menyatakan derajat nyeri yang dirasakannya,sedangkan
rasa nyeri setelah induksi nyeri cara termik pada hewan uji ditunjukkan
dengan menjilat kaki belakang atau meloncat saat diletakkan di atas
hot plate. Selang waktu antara pemberian stimulusnyeri yang berupa
panas sampai terjadinya respon disebut waktu reaksi. Obatobat
analgetik dapat memperpanjang waktu reaksi ini (Sirait dkk., 1993;
Sumardiyanta, 1999).
Metode Uji Aktivitas Analgetika
A. Metode Induksi Cara Kimia (Metode Sigmund)
1. Metode Geliat
Penilaian obat dilakukan berdasarkan kemampuan dalam
menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi secara
kimia pada hewan percobaan mencit. Rasa nyeri ini pada
mencit diperlihatkan dalam bentuk respon gerakan geliat yaitu
kedua pasang kaki kedepan dan ke belakang serta perut
menekan lantai, yang muncul dalam waktu maksimal lima
menit setelah induksi (Kelompok Kerja Ilmiah, 1993). Zat
kimia yang digunakan pertama kali adalah fenil p-benzokuinon,
selain fenil p-benzokuinon, digunakan juga zat lain seperti
asetilkolin, asam asetat, adrenalin, dll (Le Bars, Gozariu &
Cadden, 2001; Marlyne, 2012). Beberapa bahan kimia
dilaporkan dapat menghasilkan efek geliat tetapi hanya asam
asetat dan fenil p-benzokuinon yang sering digunakan sebagai
iritan (Parmar dan Prakash, 2006; Marlyne, 2012).
2. Metode Randall-Selitto
Metode ini merupakan suatu alat untuk mengevaluasi
kemampuan obat analgesik yang mempengaruhi ambang reaksi
terhadap rangsangan tekanan mekanis di jaringan inflamasi
(Anseloni, Ennis & Lidow, 2003; Marlyne, 2012). Prinsip
metode ini adalah inflamasi dapat meningkatkan sensitivitas
nyeri yang dapat dikurangi oleh suatu obat analgesik. Bahan
kimia yang digunakan untuk menghasilkan suatu inflamasi
yaitu Brewer’s yeast yang diinjeksikan secara subkutan pada
permukaan kaki atau tangan tikus. Inflamasi yang terjadi
diukur dengan suatu alat yang menggambarkan adanya
peningkatan ambang nyeri (Plarmar & Prakash, 2006; Marlyne,
2012).
3. Metode Formalin
Metode ini merupakan suatu metode untuk mengetahui efek
analgetik obat pada nyeri kronik. Formalin digunakan sebagai
penginduksi yang diinjeksikan secara subkutan pada
permukaan tangan atau kaki tikus yang akan menimbulkan
respon berupa menjinjitkan dan menjilat kaki. Respon ini
dinilai dengan skoring dari skala 0 sampai 3 (Parmar &
Prakash, 2006; Heidari, dkk. 2009; Marlyne, 2012).
B. Metode dengan Induksi Nyeri Menggunakan Cara Mekanik
Metode ini dirancang dengan memberikan tekanan pada
pangkal ekor hewan uji. Hewan uji akan memberikan respon
berupa reaksi untuk menghilangkan tekanan tersebut. Hewan uji
yang diberikan analgetika akan lebih tahan terhadap tekanan yang
lebih besar (Domer, 1971; Suhhendy 2010).
C. Metode dengan Induksi Nyeri Menggunakan Listrik
Pada metode ini arus listrik dialirkan kebagian tubuh
tertentu dari hewan uji dengan tegangan listrik yang ditinggikan
secara bertahap. Hewan uji akan menimbulkan respon berupa
gerakan atau suara mencit. Hewan uji yang diberi analgetika akan
lebih tahan terhadap tegangan listrik yang tinggi (Domer, 1971;
Suhhendy 2010).

D. Metode dengan Induksi Nyeri Cara Panas


Pada metode ini hewan percobaan ditempatkan diatas plat
panas dengan suhu tetap sebagai stimulus nyeri, memberikan
respon dalam bentuk mengangkat atau menjilat telapak kaki depan,
atau meloncat. Selang waktu antara pemberian stimulus nyeri dan
terjadinya respon, yang disebut waktu reaksi, dapat diperpanjang
oleh pengaruh obat-obat analgesik. Perpanjangan waktu reaksi ini
selanjutnya dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mengevaluasi
aktivitas analgesika (Kelompok Kerja Ilmiah, 1993).
E. Metode Penapisan Analgetik untuk Nyeri Sendi
Analgetika tertentu dapat mengurangi atau meniadakan rasa
nyeri sendi, tipe nyeri artitis pada hewan percobaan yang
ditimbulkan oleh suntikan intra artikular larutan AgNO3 1%.
Setelah diinduksi, terhadap tiap tikus dilakukan gerakan fleksi pada
sendi sebanyak 3 kali dengan interval 10 detik. Sediaan uji
dinyatakan bersifat analgesik untuk nyeri sendi, jika hewan tidak
mencicit kesakitan oleh gerakan fleksi yang dipaksakan, pada
waktu setelah pemberian sediaan uji (Kelompok Kerja Ilmiah,
1993).
III. Alat dan Bahan

a. Alat b. Bahan
- Spuit 1 ml - Asam asetat 3%
- Sonde oral - Aspirin dosis 500 mg
- Stopwatch - PGA 1 %
- Timbangan mencit - Hewan mencit 20 - 25
gram
- Wadah penyimpanan
mencit

IV. Prosedur Kerja


1. Hewan percobaan ditimbang dan diberi penandaan serta dicatat
2. Hewan percobaan dibagi atas lima kelompok :
- Kelompok 1 & 6 (dosis uji 1………………………………………..)
- Kelompok 2 & 7 (dosis uji 2…………………………………….….)
- Kelompok 3 & 8 (dosis uji 3………………………………………..)
- Kelompok 4 & 9 (pembanding diberi aspirin)
- Kelompok 5 & 10 (kontrol negatif diberi PGA 1% )
3. Semua hewan dari setiap kelompok diberi perlakukan sesuai dengan
kelompok nya. Pemberian obat dilakukan secara oral
4. Setelah 30 menit, hewan diberi asam asetat 3 % secara i.p
5. Segera setelah pemberian asam asetat, gerakan geliat hewan diamati
dan jumlah geliat dicatat setiap 5 menit selama 30 menit jangka waktu
pengamatan.
6. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik berdasarkan analisis
variansi dan kebermaknaan perbedaan jumlah geliat antara kelompok
control dan kelompok uji.
7. Daya proteksi obat uji terhadap rasa nyeri dan efektivitas analgesiknya
dihitung dengan rumus berikut :
V. Data Hasil Praktikum
a. Perhitungan Dosis
 Asam asetat 3%
V1 N1 = V2 N2
100 x 3 = V2 x 98

V2 = 3,06

 PGA 1%
1% = 1g/100 ml
 Aspirin pembanding (500 mg)
500 mg x 0,0026 = 1,3 mg/20 gr bb mencit
1,3 mg x 226,34 mg
= 3,678 mg/20 gr bb mencit
80 mg

3,678 mg x 100 ml
= 1839 mg/100 ml
0,2ml

1839 mg
= 8,125 mg
226,34 mg

 Aspirin dosis I (250 mg)


250 mg x 0,0026 = 0,65 mg/20 gr bb mencit
0,65 mg x 226,34 mg
= 1,839 mg/20 gr bb mencit
80 mg

1,839mg x 100 ml
= 919,5 mg/100 ml
0,2ml

919,5 mg
= 4,062 mg
226,34 mg

 Aspirin dosis II (750 mg)


750 mg x 0,0026 = 1,95 mg/20 gr bb mencit
1,95 mg x 226,34 mg
= 5,517 mg/20 gr bb mencit
80 mg

5,517 mg x 100 ml
= 2758,5 mg/100 ml
0,2 ml

2758,5 mg
= 12,1874 mg
226,34 mg

 Aspirin dosis III (1000 mg)


1000 mg x 0,0026 = 2,6 mg/20 gr bb mencit
2,6 mg x 226,34 mg
= 7,356 mg/20 gr bb mencit
80 mg

7,356 mg x 100 ml
= 3678 mg/100 ml
0,2 ml

3678 mg
= 16,25 tablet
226,34 mg

 Perhitungan banyaknya volume sediaan yang diberikan terhadap


hewan uji
Kelompok :3
Perlakuan : Dosis III 1000 mg
Berat badan mencit :

Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3

28,00 g 28,08 g 22,22 g

Perhitungan banyaknya volume obat yang diberikan :


28,00 g
 Mencit 1 = x 0,2 ml=0,2 8 ml
20 g
28,08 g
 Mencit 2 = x 0,2 ml=0,2808 ml
20 g
22,22 g
 Mencit 3 = x 0,2 ml=0,2222ml
20 g

b. Tabel Hasil Pengamatan Frekuensi Geliat Mencit


Pengujian Mencit Waktu Jumlah
ke- 0-5’ 6-10’ 11-15’ 16-20’ 21-25’ 26-30’ Geliat

Kontrol 1 3 10 19 15 12 11 70
Positif 2 13 24 16 21 12 1 97
(Aspirin 3 2 0 0 2 0 5 4
500mg)
Dosis I 1 2 16 22 16 20 12 88
(Aspirin 2 2 16 29 19 16 13 127
250mg) 3 0 2 3 32 26 22 7
Dosis II 1 0 3 8 4 8 7 30
(Aspirin 2 5 20 25 22 13 9 94
750mg) 3 1 25 31 19 19 9 104
Dosis III 1 3 4 5 5 4 4 24
(Aspirin 2 0 0 5 7 8 8 28
1000mg) 3 12 7 5 3 2 1 30
Kontrol 1 2 0 5 11 13 8 39
Negatif 2 5 10 17 11 15 11 69
(PGA 1%) 3 0 22 7 13 14 18 74

c. Tabel Rata-Rata Geliat Mencit Tiap Kelompok

Kelompok Perlakuan Rata-Rata Jumlah


Geliat

1 Dosis I (Aspirin 250mg) 74

2 Dosis II (Aspirin 750mg) 76

3 Dosis III (Aspirin 1000mg) 27,3

4 Kontrol Positif (Aspirin 500mg) 57

5 Kontrol Negatif (PGA 1% ) 60,6

d. Perhitungan % Proteksi dan % Efektivitas Analgesik


1. % proteksi obat uji terhadap rasa nyeri :

100 -
rata−rata jumlah geliat kelompok uji
x 100 %
rata−rata jumlah geliat kelompok kontrol negatif

1) Dosis 1
74
= 100 - x 100 %
60,6
= 98,77 %
2) Dosis 2
76
= 100 - x 100 %
60,6
= 98,74 %
3) Dosis 3
27,3
= 100 - x 100 %
60,6
= 99,60 %
4) Kontrol Positif
43
= 100 - x 100 %
206
= 99, 54 %
2. % aktivitas Analgetik
% proteksi kelompok zat uji
x 100 %
% proteksi asetosal
1) Dosis 1
99,77
= x 100 %
99,54
= 1,0023 %
2) Dosis 2
98,74
= x 100 %
99,54
= 0.9919 %
3) Dosis 3
99,60
= x 100 %
99,54
= 0.9905%
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian terhadap efek
analgetika dari salah satu obat anelgetik dengan dosis yang berbeda.
Metode yang digunakan adalah metode induksi nyeri oleh senyawa kimia.
Digunakan metode induksi secara kimia karena analgetik yang digunakan
termasuk dalam golongan antalgetika non narkotik. Metode induksi
merupakan cara-cara menginduksi nyeri atau inflamasi ke dalam hewan
percobaan. Adapun hewan percobaan yang digunakan adalah mencit (Mus
musculus) jantan. Mencit digunakan karena mudah ditanganani dan
memiliki sistem biokimia yang mirip dengan tubuh manusia. Dipilih
mencit jantan karena mencit jantan tidak mengalami fluktuasi hormon
seperti pada mencit betina yang mengalami fluktuasi hormon pada saat
menstruasi.

Bahan-bahan yang digunakan antara lain: asam asetat 0,3%; asam


asetil salisilat (asetosal), aspirin dosis 500 mg; dan PGA 1%. Asam asetat
digunakan sebagai penginduksi nyeri secara kimia dengan sifatnya yang
merupakan asam lemah. Kemudian asetosal digunakan sebagai baku
pembanding untuk pengujian dari efek analgesik. PGA digunakan sebagai
kontrol negatif, atau untuk mengetahui pengaruh dari pembawa obat.

Pertama-tama dilakukan penimbangan berat badan mencit. Hal ini


bertujuan untuk mengetahui nilai konversi dosis untuk setiap berat badan
mencit. Dosis yang diberikan untuk mencit normal dengan berat badan 20
g adalah 65mg/kg BB dalam 0,2 mL PGA Jika ternayata menurut
perhitungan volume obat yang harus diberikan lebih dari 1 mL maka
konsentrasi obat harus diubah sehingga dengan volume kurang dari 1 mL
didapatkan konsentrasi obat 0,65 mg/kg BB mencit. Hal tersebut
dilakukan karena volume maksimum untuk sediaan peroral untuk mencit
adalan 1 mL.

Setelah ditimbang kemudian mencit dikelompokan menjadi 5


kelompok. Kelompok 1: mencit yang diberikan aspirin 250 (Dosis I);
Kelompok 2: mencit diberikan aspirin 750 mg (Dosis II); Kelompok 3:
mencit yang diberikan aspirin 1000 mg (dosis 3); Kelompok 4: mencit
yang diberikan aspirin 500 mg (kontrol positif); dan Kelompok 5: mencit
yang diberikan suspensi PGA 1% dan asam asetat (kontrol negatif).

Setiap mencit diberikan obat secara peroral menggunakan sonde.


Pada saat memasukan pemberian obat melalui sonde secara oral,
kemudian semua didiamkan selama 30 menit, hal ini bertujuan agar
penyerapan obat terjadi secara sempurna, karena pemberian obat secara
oral akan membutuhkan waktu agar obat dapat terserap dan mencapai
konsentrasi plasma yang efektif. Setelah 30 menit, mencit diberi asam
asetat 0,3% secara intraperitoneal, karena waktu 30 menit diperkirakan
obat telah mencapai reseptor masing-masing. Fungsi asam asetat yaitu
sebagai zat yang dapat menginduksi rasa nyeri pada mencit. Asam asetat
dapat menginduksi rasa nyeri karena tubuh akan mengalami asidosis dan
menyebabakan gangguan pada sistem saraf sehingga memberikan respon
rasa nyeri. Pemberian asam asetat 0,3% secara intraperitonial atau pada
selaput gastrointestinal hewan memungkinkan sediaan lebih mudah
diabsorbsi oleh tubuh, cepat memberikan efek, mencegah penguraian asam
asetat pada jaringan fisiologik organ tertentu, serta efek merusak jaringan
tubuh jika pada organ tertentu.

Asam asetat merupakan asam lemah yang tidak terkonjugasi dalam


tubuh. Pemberian sediaan asam asetat terhadap hewan percobaan akan
merangsang sekresi prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri akibat
adanya kerusakan jaringan atau inflamasi karena efek iritatif yang diberikan
oleh asam asetat. Prostaglandin meyebabkan sensitisasi reseptor nyeri
terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi sehingga prostaglandin dapat
menimbulkan keadaan hiperalgesia (perasaan berlebihan terhadap nyeri) ,
kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamin merangsangnya
dan menimbulkan nyeri yang nyata.

Setelah pemberian asam asetat maka efek obat pada masing-


masing kelompok diamati. Gejala sakit pada mencit sebagai akibat
pemberian asam asetat adalah adanya kontraksi dari dinding perut, kepala
dan kaki ditarik kebelakang sehingga abdomen menyentuh dasar dari ruang
yang ditempatinya, gejala ini dinamakan geliat (writhing). Geliat mencit
diamati setiap 5 menit selama 30 menit. Frekuensi gerakan ini dalam waktu
tertentu menyatakan derajat nyeri yang dirasakannya. Jumlah geliat mencit
dicatat dan dirata-ratakan. Kemudian dihitung persen proteksi dari tiap-tiap
obat uji.

Dari data di atas didapatkan hasil bahwa jumlah geliat paling


banyak adalah pada mencit yang diberikan aspirin dosis I 250 mg, ini
dikarenakan mungkin jumlah dosis yang diberikn terlalu sedikit atau kurang
sehingga tidak mampu menghambat kerja dari asam asetat yang telah
diberikan pada mencit dan mencit masih merasakan kesakitan. Adapun
jumlah geliat paling sedikit yaitu pada dosis III karena 750 mg.

Setalah didapatkan data jumlah geliat dan di rata-ratakan ,


kemudian hitung %Proteksi dan hasilnya adalah pada dosis I yaitu 98,77
%, dosis II 98,74%, dosis III 99,54%, dan dosis kontrol positif 99,54%
Adapun untuk %Aktivitas didapatkan hasil pada dosis I 1,0023 %, dosis II
0,9919, dan pada dosis III 0,9905%.

VII. Kesimpulan

Semakin kecil dosis yang diberikan pada hewan percobaan maka


semakin banyak pula jumlah geliatnya, hal tersebut adalah karena dosis
analgetik tidak bisa dapat menangani rasa sakit yang disebabkan oleh
control negative, selain itu juga berat badan mencit berpengaruh pada
jumlah geliat yang dihasilkan, semakin besar bb mencit semakin sedikit
pula geliat yang dihasilkan.

Daftar Pustaka

Rahayuningsih, N. Pebriansyah. A. 2021. Penuntun Praktikum Farmakologi


Sistem Organ. Tasikmalaya, Universitas Bakti Tunas Husada.
Anief, Moh. (1995). Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta :
Gadjah Mada University
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Pharmaceutical Care
untuk Penyakit Diabetes
Mellitus. Dirktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Jakarta

Lampiran

BB Mencit 1 BB Mencit 2 BB Mencit 3

Pemberian obat Pemberian asam asetat Menghitung geliat


aspirin secara oral secara intraperitonial mencit

Anda mungkin juga menyukai