Anda di halaman 1dari 17

EFEK ANALGETIK

DISUSUN OLEH
REGU 3 :
Cheril C. Malendes Nobel Momongan
Arelita Balangger
Ni Nyoman Riskayani Chessie Karaeng
Ni Wayan Deviani Indhasari Yusuf
Ni Made Priliani Jasinda Sawori
Ni Ketut Noviani Regina Manopo
Mentari Landia Trelian Kaluas
Pengertian
Analgetika adalah obat atau senyawa yang dipergunakan
mengurangi rasa sakit atau nyeri. Secara umum analegetik dibagi
kedalam dua golongan, yakni analgetik Narkotika (opiod) dan analgetik
Non-narkotika (perifer). Analgetika narkotika bekerja pada pusat nyari
dan digunakan untuk nyeri sedang sampai berat seperti nyeri ke kanker
dan operasi. Analgetik perifer digunakan untuk nyeri ringan sampai
sedang dengan sifat antipiretika dan antiinflamasi.
Mekanisme Kerja
Analgetik bekerja dengan menyerang atau mempengaruhi sistem saraf pada manusia. Sesuai dengan
fungsi analgetik yang utama yaitu meredakan nyeri atau menghilangkannya, nyeri itu sendiri dapat
diartikan sebagai gejala penyakit atau kerusakan pada sel-sel atau jaringan-jaringan pada tubuh yang
diakibatkan oleh rangsangan baik secara mekanik maupun kimiawi.
Saat tubuh berada dalam fase menerima rangsangan rasa nyeri ia akan mengeluarkan semacam zat yang
mampu mengaktifkan sensor-sensor nyeri pada tubuh. Zat ini biasanya disebut dengan mediator nyeri.
Kemudian rangsangan akan dibawa ke sistem saraf pusat untuk diproses oleh otak melalui 7 ruas
sumsum tulang belakang.
Mekanisme analgetik dalam meredakan atau menghilangkan rasa nyari adalah sebagai berikut :
• Menghambat tumbuhnya rangsangan dalam reseptor nyeri perifer oleh anastetik lokal
• Menghalangi penyaluran rangsangan nyeri dalam saraf sensoris
• Menghambat pusat nyeri dengan anastetik umum
Sistem Penggolongan Obat
1. Analgetik Narkotik
Beberapa jenis obat-obatan yang termasuk ke dalam golongan obat analgetik narkotik adalah
sebagai berikut :
a. Obat-obatan yang berasal dari opium dan morfin
b. Senyawa-senyawa semi sintetik morfin
c. Senyawa-senyawa yang semi sintetik dan memiliki efek hampir seperti morfin
Mekanisme yang bekerja dari obat anagetik narkotik adalah dengan menghambat adenilat siklase pada neuron
hingga menyebabkan perbedaan dan perubahan pada keseimbangan neuron dalam menghantarkan rangsangan.

2. Analgetik Non Narkotik


Analgetik non narkotik bekerja dengan tidak menimbulkan sifat adiktif bahkan ketergantungan. Obat ini bekerja
dengan sifat yang tidak sekuat analgetik narkotik sehingga tidak menurunkan kesadaran dan aman digunakan oleh siapa
saja. Pasien dapat menemukan jenis obat yang termasuk golongan analgetik non narkotik dijual bebas dipasaran. Selain
berfungsi sebagai analgeik lemah atau menurunkan rasa nyeri dan menghilangkan rasa sakit, golongan obat ini juga
mampu menghilangkan atau mengurangi efek dari berbagai macam penyakit. Dapat digunakan sebagai pereda demam
juga, karena salah satu fungsi dari analgetik non narkotik yang mampu menurunkan suhu tubuh ketika demam atau
sedang berada di suhu yang tinggi
Contoh Obat yang memiliki efek analgetik

1 2 3 4
Acetaminophen Ibuprofen Aspirin Opioid
PERHITUNGAN DOSIS

 
Paracetamol 500mg = 500mg x 0,018
= 9mg

u/50mL =

5mL 120mg paracetamol


Volume pemberian = =

Air ad 50 mL
PERHITUNGAN DOSIS
 
Asetosal 500mg = 500mg x 0,018
= 9mg
u/50mL =

1 tablet asetosal = 80mg


10 tablet asetosal = 2,2706 g
rata-rata 1 tablet =
= 227,06 mg

Yang ditimbang =
=
Volume pemberian
 

Vp = 2,5 ml / 200 gr

Tikus I (PCT) =

Tikus II (Air) =

Tikus I (Asetosal) =

Tikus II (PGA 2%) =


Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan yang digunakan

• Bahan
Larutan paracetamol

Air

Asetosal

PGA 2%
2. Cara Kerja

1. Beri penomoran pada tikus

2. Timbang tikus, kemudian dicatat hasil penimbangan


3. Kelompok paracetamol :
Pada tikus I diberi larutan paracetamol sebanyak 2,67 ml
dan pada tikus II diberi air 2,86 ml.
Kelompok asetosal :
Pada tikus I diberi larutan Asetosal sebanyak 2,2 ml dan
pada tikus II diberi PGA 2% sebanyak 3 ml.

4. Kemudian letakan ekor tikus pada alat tail flick


analgesiameter, lalu diberi induksi panas berupa
sinar infra merah setalah itu catat waktu tikus
menjentikan ekornya. Percobaan ini dilakukan
sebanyak 4 kali pada menit ke 0, 30, 45, dan 60.
Hasil Pengamatan
Pengamatan
Perlakuan No. hewan uji %DA
T0 T30 T45 T60

Asetosal 1 10 5,93 5,38 - -67,05%


PGA 2% 2 4,02 3,97 4,79 - -
Paracetamol 1 10 4,29 6,18 4,32 31,92
Air 2 3,72 5,86 5,95 6,16 -

 % Daya Analgetik (DA) = 100 -


Pembahasan
Praktikum kali ini mempelajari tentang efek analgetik. Analgetik adalah obat atau
senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri, fungsinya
meningkatkan ambang batas nyeri sehingga memungkinkan penderita tidak merasakan
nyeri. Metode yang digunakan di laboratorium yaitu metode tail flick. Metode tail flick
adalah metode untuk menguji aktivitas analgetika sentral. prinsip kerjanya yaitu hewan uji
akan diinduksi dengan panas suhu dan waktu yang telah diatur.
Kami menggunakan 2 tikus sebagai kontrol positif dan 2 tikus sebagai kontrol negatif. 2
tikus yang diberi nomor 1 diberi larutan parasetamol dan asetosal (kontrol positif) Dan 2
tikus yang diberi nomor 2 diberi air dan PGA 2%(kontrol negatif).Tikus pada kelompok
kontrol negatif terlihat terus mengalami peningkatan pada saat pengamatan di tail
flick(saat menjentikkan ekor) seiring berjalannya waktu pengamatan.
Hal ini menunjukkan bahwa hewan uji yang di berikan air tidak mengalami nyeri karena air dan
PGA 2% sebagai kontrol negatif( tidak memberikan respon kepada tikus).Sedangkan pada kontrol
positif menunjukkan adanya penurunan pada saat menjentikkan ekor di alat tail flick. Hal ini
menunjukkan paracetamol dan asetosal terbukti memiliki efek analgetik( nyeri).Paracetamol dan
asetosal merupakan contoh analgetik perifer yang bekerja dengan cara menghambat penerusan
mediator nyeri berikatan dengan reseptor yang ada di ujung-ujung syaraf perifer(nociceptor). Hasil
pengamatan pada metode tail flick tikus yang diberi parasetamol memiliki rata-rata %DA 31,92%,
tikus yang diberi asetosal memiliki rata-rata %DA -67,05% ,Tikus yang diberi air dan PGA 2%
memiliki rata-rata %DA 0%, hal ini menunjukkan parasetamol dan asetosal memiliki kemampuan
analgetik yang lebih besar sehingga memiliki geliat yang lebih sedikit karena pengaruh obat
analgetik terhadap tikus yakni semakin besar dosis yang diberikan maka semakin sedikit terlihat
pada tikus.
Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat ditarik


kesimpulan,
1. Obat analgetik dapat mengurangi/menghilangkan rasa
nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada
penderita
2. PGA dan air hanya sebagai kontrol negatif untuk
membandingkan gejala yang ditimbulkan tikus dengan
obat asetosal dan obat yang bersifat plasebo lainnya.
3. Pada tikus yang diberi dan asetosal memiliki kemampuan
geliat yang lebih besar dibandingkan dengan tikus yang
diberikan air.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai