DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 :
1. Aditya Rizal 3422118007
2. Agustina Kurniawati 3422118014
3. Akbar Fabriansyah 3422118016
4. Ati Juniawati 3422118066
5. Ayu Lestari 3422118078
6. Dwi Indah F 3422118136
7. Endang Sri 3422118153
8. Ginny Rumiati 3422118182
DOSEN PEMBIMBING :
2. YUDHA SUKOWATI,S.Si,Apt
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Analgetika adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran.
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak dan yang
berkaitan dengan (ancaman kerusakan jaringan. Ambang nyeri adalah tingkat (level)
dimana nyeri dirasakan untuk pertama kali nya.
Pada praktikum kali ini kelompok kami menggunakan 3 bahan obat diataranya
Paracetamol,Codein dan Aspirin.
1. Paracetamol
Paracetamol adalah salah satu obat yang masuk ke dalam golongan
analgesik (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun demam). Obat ini dipakai untuk
meredakan rasa sakit ringan hingga menengah, serta menurunkan demam. Untuk
orang dewasa, dianjurkan untuk mengonsumsi paracetamol 1-2 tablet sebanyak
500 miligram hingga 1 gram tiap 4-6 jam sekali dalam 24 jam.
Paracetamol mengurangi rasa sakit dengan cara menurunkan produksi zat dalam
tubuh yang disebut prostaglandin. Prostaglandin adalah unsur yang dilepaskan
tubuh sebagai reaksi terhadap kerusakan jaringan atau infeksi, yang memicu
terjadinya peradangan, demam, dan rasa nyeri. Paracetamol menghalangi
produksi prostaglandin, sehingga rasa sakit dan demam berkurang.
Merek dagang: Biogesic, Cetapain, Eterfix, Farmadol, Fevrin, Ikacetamol,
Kamolas, Moretic, Naprex, Nofebril, Ottopan, Pamol, Panadol, Pehamol, Praxion,
Pyrexin, Pyridol, Sanmol, Sumagesic, Tamoliv, Tempra
2. Codein
Codeine adalah obat golongan analgesik opioid yang digunakan untuk
meredakan rasa nyeri ringan hingga berat. Obat ini bekerja secara langsung pada
sistem saraf pusat untuk mengurangi rasa sakit yang dialami. Dalam kasus
tertentu, codeine juga dapat digunakan untuk meringankan gejala batuk dan
mengobati kondisi diare akut. Codeine dapat memicu ketergantungan jika tidak
dikonsumsi sesuai dengan anjuran dokter. Pastikan Anda tidak menambah dosis
atau menghentikan pengobatan secara mendadak agar terhindar dari gejala putus
obat atau efek samping berbahaya lainnya, seperti napas pendek, overdosis, atau
kematian.
Merek dagang: Codikaf, Codipront, Coditam
3. Aspirin
Aspirin adalah obat yang umum digunakan untuk mengatasi rasa sakit,
menurunkan demam, atau peradangan. Aspirin juga sering digunakan untuk
mengurangi risiko serangan jantung, stroke, dan angina, karena dapat
menghambat terjadinya penggumpalan darah. Dokter bisa meresepkan aspirin
kepada anak-anak yang baru menjalani operasi.
Aspirin dalam dosis tinggi (biasanya 300mg) berguna untuk mengobati sakit
kepala dan gigi, migrain, mengatasi pilek dan flu, meredakan pembengkakan,
serta menurunkan demam. Aspirin dengan dosis rendah (biasanya 75mg) memiliki
efek antiplatelet, yaitu sebagai pengencer darah dan membantu menghentikan
penggumpalan darah.
Tujuan Khusus
C. Manfaat Praktikum
1. Dapat mengetahui keefektifan obat Paracetamol, Codein, Aspirin yang diberikan
pada hewan percobaan
2. Menghitung % efek analgetik
3. Menyatakan zat berefek analgetik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori
Analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Nyeri merupakan
suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan, berhubungan
dengan adanya potensi kerusakan jaringan atau kondisi yang menggambarkan
kerusakan tersebut.
Analgetika pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk
menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain. Misalnya nyeri pasca
bedah dan pasca bersalin, dismenor (nyeri haid) dan sampai pada nyeri hebat yang sulit
dikendalikan. Hampir semua analgesik ternyata memiliki efek antipiretik dan
antiinflamasi.
1. Nyeri ringan (sakit gigi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri haid), dapat diobati dengan
asetosal, paracetamol bahkan placebo.
2. Nyeri sedang (sakit punggung, migrain, rheumatik), memerlukan analgesik perifer
kuat.
3. Nyeri hebat (kolik/kejang usus, kolik batu empedu, kolik batu ginjal, kanker), harus
diatasi dengan anlgesik sentral atau analgesik narkotik.
Disebut juga nalgetika perifer karena tidak mempengaruhi susunan saraf pusat. Semua
analgetika perifer memiliki khasiat sebagai antipiretik yaitu menurunkan suhu badan saat
demam. Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di
hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya
pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat. Misalnya paracetamol, asetosal.
Dan berkhasiat pula sebagai antiinflamasi, antiinflamasi sama kuat dengan analgetik,
digunakan sebagai anti nyeri atau rheumatik contohnya asetosal, asam mefenamat,
ibuprofen. Anti radang yang lebih kuat contohnya fenilbutazon. Sedangkan yang bekerja
serentak sebagai anti radang dan analgetik contohnya indometazin.
Berdasarkan rumus kimiamya analgetik perifer digolongkan menjadi:
a. Golongan salisilat : asetosal
b. Golongan para-aminophenol : paracetamol, fenasetin
c. Golongan pirazolon (dipiron) : fenilbutazon
d. Golongan antranilat : asam mefenamat
AINS adalah obat-obat analgesik yang selain memiliki efek analgesik njuga memiliki
efek antiinflamasi, sehingga oba0obat jenis ini digunakan dalam pengobatan rheumatik
dan gout. Contohnya ibuprofen, diklofenak, fenilbutazon dan piroxicam. Sebagian besar
penyakit rheumatik membutuhkan pengobatan simptomatis, untuk meredakan rasa nyeri
penyakit sendi degeneratif seperti osteoartritis, analgesik tunggal atau campuran masih
bisa digunakan. Tetapi bila nyeri dan kekakuan disebabkan penyakit rheumatik yang
meradang harus diberikan pengobatan dengan AINS.
Efek terapi dan efek samping dari obat golongan NSAIDs sebagian besar tergantung
dari penghambatan biosintesis prostaglandin. Namun, obat golongan NSAIDs secara
umum tidak menghambat biosintesis leukotrien yang berperan dalam peradangan.
Golongan obat NSAIDs bekerja dengan menghambat enzim siklo-oksigenase, sehingga
dapat mengganggu perubahan asam arakhidonat menjadi prostaglandin. Setiap obat
menghambat enzim siklo-oksigenase dengan cara yang berbeda. Parasetamol dapat
menghambat biosintesis prostaglandin apabila lingkungannya mempunyai kadar
peroksida yang rendah seperti di hipotalamus, sehingga parasetamol mempunyai efek
anti-inflamasi yang rendah karena lokasi peradangan biasanya mengandung banyak
peroksida yang dihasilkan oleh leukosit. Aspirin dapat menghambat biosintesis
prostaglandin dengan cara mengasetilasi gugus aktif serin dari enzim siklo-oksigenase.
Thrombosit sangat rentan terhadap penghambatan enzim siklo-oksigenase karena
thrombosit tidak mampu mengadakan regenerasi enzim siklo-oksigenase. Semua obat
golongan NSAIDs bersifat antipiretik, analgesik, dan anti-inflamasi. Efek samping obat
golongan NSAIDs didasari oleh hambatan pada sistem biosintesis prostaglandin. Selain
itu, sebagian besar obat bersifat asam sehingga lebih banyak terkumpul dalam sel yang
bersifat asam seperti di lambung, ginjal, dan jaringan inflamasi. Efek samping lain
diantaranya adalah gangguan fungsi thrombosit akibat penghambatan biosintesis
tromboksan A2 dengan akibat terjadinya perpanjangan waktu perdarahan. Namun, efek
ini telah dimanfaatkan untuk terapi terhadap thrombo-emboli. Selain itu, efek samping
lain diantaranya adalah ulkus lambung dan perdarahan saluran cerna, hal ini disebabkan
oleh adanya iritasi akibat hambatan biosintesis prostaglandin PGE2 dan prostacyclin.
PGE2 dan PGI2 banyak ditemukan di mukosa lambung dengan fungsi untuk menghambat
sekresi asam lambung dan merangsang sekresi mukus usus halus yang bersifat
sitoprotektan.4
A. Asetosal
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin merupakan obat
yang diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam dan lain-lain. Saat ini asetosal
semakin banyak karena sifat plateletnya. Sebagai contoh aspirin dosis kecil digunakan
untuk pencegahan trombosis koroner dan cerebral. Asetosal adalah analgetik antipiretik
dan antiinflamasiyang sangat luas digunakan dan digolongkan obat bebas. Masalah efek
samping yaitu perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan saluran
cerna dapat dikurangi dengan meminum obat setelah makan atau membuat menjadi
sediaan salut enterik, karena salisilat bersifat hepatotoksik maka tidak dianjurkan
diberikan pada penderita penyakit hati yang kronis.
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang demam, antiplatelet
Kontra indikasi : Anak dibawah usia 12 tahun, anak yang sedang disusui, gangguan
saluran cerna, hemofilia penting untuk menjelaskan kepada keluarga bahwa acetosal
adalah obat yang tidak cocok untuk anak yang berpenyakit ringan.
Efek samping : Ringan dan tidak sering yaitu iritasi saluran cerna
Sediaan : Acetosal tablet 100mg, 500mg
B. Codein
Codeine adalah obat untuk mengobati nyeri ringan atau cukup parah. Dalam kasus
tertentu, obat ini juga bisa digunakan untuk meredakan batuk. Obat ini bekerja pada
sistem saraf pusat untuk mengurangi nyeri dan rasa sakit yang dialami pasien. Codeine
termasuk dalam golongan obat analgesik opioid.
Indikasi : terapi nyeri sampai sedang, antitusif pada dosis yang rendah
Kontra Indikasi : harap berhati-hati codein tidak boleh diberikan pada seseorang
dengan kondisi depresi pernafasan akut,asma,gagal hati, hipersensitiv terhadap codein.
Efek Samping : efek samping setelah mengkonsumsi kodein adalah pusing, mulut
kering, kehilangan nafsu makan.
Sediaan : Tablet 10mg, 20mg, dan 30mg
C. Paracetamol
Paracetamol adalah obat yang bisa digunakan untuk mengobati rasa sakit ringan, hingga
sedang, mulai dari sakit kepala, nyeri haid, sakit gigi, nyeri sendi dan nyeri yang dirasakan
selama flu. Paracetamol juga dapat digunakan untuk meredakan demam.
Indikasi : nyeri ringan sampai sedang, nyeri sesudah operasi cabut gigi
pireksia.
Efek Samping : Mual, sakit perut bagian atas, gatal-gatal, kehilangan nafsu makan
Sediaan : Tablet 500 mg
BAB III
METODE PERCOBAAN
Alat :
1. Timbangan mencit
2. Keranjang
3. Alat suntik 1 ml
4. Sonde oral mencit
5. Kapas
Bahan :
1. Paracetamol Tablet
2. Aspirin Tablet
3. Kodein Tablet
4. Asam Asetat 1 %
5. GOM 2 %
6. Ethanol 70 %
4.1 Hasil
Kelompok 1
27,5
Pct 0,33
Cod
Pct
Cod
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa Pct dan Cod memiliki efek analgetik karena <50%
kelompok kontrol.
140
120
100
% Analgetik
80
Onset
60
% Getik
40
20
0
Pct Asp Cod
Perlakuan
4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, hewan uji yang digunakan adalah tikus putih (mencti) dengan
jenis kelamin jantan. Hasil pengamatan yang kelompok kami dapat adalah mencit yang
diberikan perlakuan paracetamol menghasilkan % efek analgetik 41 % sehingga tidak
berefek karena <50% serta berkhasiat karena rata-rata jumlah geliat lebih kecil dibanding
jumlah geliat kontrol normal.
Kemudian untuk mencit yang diberi perlakuan Aspirin menghasilkan % efek Analgetik -
2% sehingga tidak berefek karena <50%. Serta tidak berkhasiat karena jumlah geliat lebih
besar dibanding dengan jumlah geliat normal.
Dan untuk mencit yang diberi perlakuan kodein, menghasilkan %efek analgetik -2%,
sehingga tidak berefek karena <50%, serta tidak berkhasiat karena jumlah geliat lebih
besar dibandingkan jumlah geliat normal.
BAB V
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
a) Berat badan mencit yang digunakan untuk percobaan seharusnya
disamaratakan untuk memperoleh keseragaman volume larutan yang akan
diberikan kepada mencit.
b) Pada pemberian larutan kepada mencit secara oral maupun intra peritonial
sebaiknya dilakukan secara hati-hati untuk mencegah kekurangan volume,
dan mencegah mencit mati karena adanya perlakuan yang salah.
c) Sebaiknya asisten pendamping dalam laboraturium ditambah agar
membantu dalam proses pembelajaran