Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

UJI EFEK CODEIN DAN PARACETAMOL CODEIN

TERHADAP HEWAN PERCOBAAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1 :
1. Aditya Rizal 3422118007
2. Agustina Kurniawati 3422118014
3. Akbar Fabriansyah 3422118016
4. Ati Juniawati 3422118066
5. Ayu Lestari 3422118078
6. Dwi Indah F 3422118136
7. Endang Sri 3422118153
8. Ginny Rumiati 3422118182

Tanggal Praktikum : 30 November 2019

DOSEN PEMBIMBING :

1. Dra. SUJATI WORO INDIJAH,M.Si,Apt

2. YUDHA SUKOWATI,S.Si,Apt

AKADEMI FARMASI IKIFA

JAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Farmakologi mempelajari mekanisme kerja obat pada pada system tubuh


termasuk menentukan toksisitasnya, jalur pemakaian obat yang meliputi secara oral,
rektal, dan parenteral serta yang lainnya harus ditentukan dan ditetapkan sebagai
petunjuk tentang dosis-dosis yang dianjurkan bagi pasien dalam berbagai umur, berat
dan status penyakitnya serta teknik penggunaan nya atau petunjuk pemakaiannya.

Analgetika adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran.

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak dan yang
berkaitan dengan (ancaman kerusakan jaringan. Ambang nyeri adalah tingkat (level)
dimana nyeri dirasakan untuk pertama kali nya.

Pada praktikum kali ini kelompok kami menggunakan 3 bahan obat diataranya
Paracetamol,Codein dan Aspirin.

1. Paracetamol
Paracetamol adalah salah satu obat yang masuk ke dalam golongan
analgesik (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun demam). Obat ini dipakai untuk
meredakan rasa sakit ringan hingga menengah, serta menurunkan demam. Untuk
orang dewasa, dianjurkan untuk mengonsumsi paracetamol 1-2 tablet sebanyak
500 miligram hingga 1 gram tiap 4-6 jam sekali dalam 24 jam.
Paracetamol mengurangi rasa sakit dengan cara menurunkan produksi zat dalam
tubuh yang disebut prostaglandin. Prostaglandin adalah unsur yang dilepaskan
tubuh sebagai reaksi terhadap kerusakan jaringan atau infeksi, yang memicu
terjadinya peradangan, demam, dan rasa nyeri. Paracetamol menghalangi
produksi prostaglandin, sehingga rasa sakit dan demam berkurang.
Merek dagang: Biogesic, Cetapain, Eterfix, Farmadol, Fevrin, Ikacetamol,
Kamolas, Moretic, Naprex, Nofebril, Ottopan, Pamol, Panadol, Pehamol, Praxion,
Pyrexin, Pyridol, Sanmol, Sumagesic, Tamoliv, Tempra

2. Codein
Codeine adalah obat golongan analgesik opioid yang digunakan untuk
meredakan rasa nyeri ringan hingga berat. Obat ini bekerja secara langsung pada
sistem saraf pusat untuk mengurangi rasa sakit yang dialami. Dalam kasus
tertentu, codeine juga dapat digunakan untuk meringankan gejala batuk dan
mengobati kondisi diare akut. Codeine dapat memicu ketergantungan jika tidak
dikonsumsi sesuai dengan anjuran dokter. Pastikan Anda tidak menambah dosis
atau menghentikan pengobatan secara mendadak agar terhindar dari gejala putus
obat atau efek samping berbahaya lainnya, seperti napas pendek, overdosis, atau
kematian.
Merek dagang: Codikaf, Codipront, Coditam

3. Aspirin

Aspirin adalah obat yang umum digunakan untuk mengatasi rasa sakit,
menurunkan demam, atau peradangan. Aspirin juga sering digunakan untuk
mengurangi risiko serangan jantung, stroke, dan angina, karena dapat
menghambat terjadinya penggumpalan darah. Dokter bisa meresepkan aspirin
kepada anak-anak yang baru menjalani operasi.

Aspirin dalam dosis tinggi (biasanya 300mg) berguna untuk mengobati sakit
kepala dan gigi, migrain, mengatasi pilek dan flu, meredakan pembengkakan,
serta menurunkan demam. Aspirin dengan dosis rendah (biasanya 75mg) memiliki
efek antiplatelet, yaitu sebagai pengencer darah dan membantu menghentikan
penggumpalan darah.

Merek dagang: Ascardia, Aspilets, Farmasal, Miniaspi 80, Thrombo Aspilets


B. Tujuan Percobaan
Tujuan Umum
1. Dapat bekerja dengan hewan percobaan.
2. Menghayati secara lebih baik berbagai prinsip farmakologi hipnotik dan sedatif
yang diperoleh secara teori.
3. Menghargai hewan-hewan percobaan karena peranannya dalam mengungkap
fenomena- fenomena kehidupan .
4. Menyadari pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap hasil eksperimen
farmakologi dan pengaruh yang sama terhadap manusia.
5. Mampu menerapkan, mengadaptasi dan memodifikasi metode-metode
farmakologi untuk penilaian efek obat .
6. Dapat memberikan penilaian terhadap hasil-hasil eksperimen dan memberikan
tafsiran mengenai implikasi praktis dari hasil-hasil eksperimen.

Tujuan Khusus

1. Mengetahui efek analgetik dari obat paracetamol,aspirin dan codein


2. Menghitung % efek analgetik dari obat paracetamol,aspirin dan codein
3. Menyatakan zat berefek analgetik dari obat paracetamol,aspirin dan codein

C. Manfaat Praktikum
1. Dapat mengetahui keefektifan obat Paracetamol, Codein, Aspirin yang diberikan
pada hewan percobaan
2. Menghitung % efek analgetik
3. Menyatakan zat berefek analgetik
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

Analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Nyeri merupakan
suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan, berhubungan
dengan adanya potensi kerusakan jaringan atau kondisi yang menggambarkan
kerusakan tersebut.

Analgetika pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk
menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain. Misalnya nyeri pasca
bedah dan pasca bersalin, dismenor (nyeri haid) dan sampai pada nyeri hebat yang sulit
dikendalikan. Hampir semua analgesik ternyata memiliki efek antipiretik dan
antiinflamasi.

Asam salisilat, paracetamol mampu menangani nyeri ringan sampai sedang


sedangkan nyeri yang hebat membutuhkan analgesik sentral yaitu analgesik narkotik.
Efek antipiretik menyebabkan obat tersebut mampu menurunkan suhu tubuh pada
keadaan demam sedangkan sifat antiinflamasi berguna untuk mengobati radang sendi
termasuk pirai/gout yaitu kelebihan asam urat sehingga pada daerah sendi terjadi
pembengkakan dan timbul rasa nyeri.

Analgesik antiinflamasi diduga bekerja berdasarkan penghambatan sintesis


prostaglandin (penyebab rasa nyeri).

Rasa nyeri tersebut dapat dibedakan dalam 3 kategori :

1. Nyeri ringan (sakit gigi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri haid), dapat diobati dengan
asetosal, paracetamol bahkan placebo.
2. Nyeri sedang (sakit punggung, migrain, rheumatik), memerlukan analgesik perifer
kuat.
3. Nyeri hebat (kolik/kejang usus, kolik batu empedu, kolik batu ginjal, kanker), harus
diatasi dengan anlgesik sentral atau analgesik narkotik.

Analgetik dibagi dalam 2 golongan besar :

1. Analgetik narkotik (analgetik sentral)


Analgetika narkotika bekerja di SSP, memiliki daya penghilang nyeri yang hebat
sekali. Dalam dosis besar dapat bersifat depresan umum (mengurangi kesadaran),
mempunyai efek samping menimbulkan rasa nyaman (euforia). Hampir semua
perasaan tidak nyaman dapat dihilangkan oleh analgetik narkotik kecuali sensasi kulit.
Harus hati-hati menggunakan anlgetika ini karena mempunyai resiko besar terhadap
ketergantungan obat (adiksi) dan kecenderungan penyalahgunaan obat. Obat ini
hanya dibenarkan untuk penggunaan insidentiil pada rasa nyeri hebat (trauma hebat,
patah tulang, nyeri infark).
Penggolongan analgetika narkotik adalah sebagai berikut:

a. Alkaloid alam : morfin, codein


b. Derivat semi sintetis : heroin
c. Derivat sintetik : metadon, fentanil
d. Antagonis morfin : nalorfin, nalokson dan pentazocine

2. Analgetik non opioid (non narkotik)

Disebut juga nalgetika perifer karena tidak mempengaruhi susunan saraf pusat. Semua
analgetika perifer memiliki khasiat sebagai antipiretik yaitu menurunkan suhu badan saat
demam. Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di
hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya
pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat. Misalnya paracetamol, asetosal.
Dan berkhasiat pula sebagai antiinflamasi, antiinflamasi sama kuat dengan analgetik,
digunakan sebagai anti nyeri atau rheumatik contohnya asetosal, asam mefenamat,
ibuprofen. Anti radang yang lebih kuat contohnya fenilbutazon. Sedangkan yang bekerja
serentak sebagai anti radang dan analgetik contohnya indometazin.
Berdasarkan rumus kimiamya analgetik perifer digolongkan menjadi:
a. Golongan salisilat : asetosal
b. Golongan para-aminophenol : paracetamol, fenasetin
c. Golongan pirazolon (dipiron) : fenilbutazon
d. Golongan antranilat : asam mefenamat
AINS adalah obat-obat analgesik yang selain memiliki efek analgesik njuga memiliki
efek antiinflamasi, sehingga oba0obat jenis ini digunakan dalam pengobatan rheumatik
dan gout. Contohnya ibuprofen, diklofenak, fenilbutazon dan piroxicam. Sebagian besar
penyakit rheumatik membutuhkan pengobatan simptomatis, untuk meredakan rasa nyeri
penyakit sendi degeneratif seperti osteoartritis, analgesik tunggal atau campuran masih
bisa digunakan. Tetapi bila nyeri dan kekakuan disebabkan penyakit rheumatik yang
meradang harus diberikan pengobatan dengan AINS.
Efek terapi dan efek samping dari obat golongan NSAIDs sebagian besar tergantung
dari penghambatan biosintesis prostaglandin. Namun, obat golongan NSAIDs secara
umum tidak menghambat biosintesis leukotrien yang berperan dalam peradangan.
Golongan obat NSAIDs bekerja dengan menghambat enzim siklo-oksigenase, sehingga
dapat mengganggu perubahan asam arakhidonat menjadi prostaglandin. Setiap obat
menghambat enzim siklo-oksigenase dengan cara yang berbeda. Parasetamol dapat
menghambat biosintesis prostaglandin apabila lingkungannya mempunyai kadar
peroksida yang rendah seperti di hipotalamus, sehingga parasetamol mempunyai efek
anti-inflamasi yang rendah karena lokasi peradangan biasanya mengandung banyak
peroksida yang dihasilkan oleh leukosit. Aspirin dapat menghambat biosintesis
prostaglandin dengan cara mengasetilasi gugus aktif serin dari enzim siklo-oksigenase.
Thrombosit sangat rentan terhadap penghambatan enzim siklo-oksigenase karena
thrombosit tidak mampu mengadakan regenerasi enzim siklo-oksigenase. Semua obat
golongan NSAIDs bersifat antipiretik, analgesik, dan anti-inflamasi. Efek samping obat
golongan NSAIDs didasari oleh hambatan pada sistem biosintesis prostaglandin. Selain
itu, sebagian besar obat bersifat asam sehingga lebih banyak terkumpul dalam sel yang
bersifat asam seperti di lambung, ginjal, dan jaringan inflamasi. Efek samping lain
diantaranya adalah gangguan fungsi thrombosit akibat penghambatan biosintesis
tromboksan A2 dengan akibat terjadinya perpanjangan waktu perdarahan. Namun, efek
ini telah dimanfaatkan untuk terapi terhadap thrombo-emboli. Selain itu, efek samping
lain diantaranya adalah ulkus lambung dan perdarahan saluran cerna, hal ini disebabkan
oleh adanya iritasi akibat hambatan biosintesis prostaglandin PGE2 dan prostacyclin.
PGE2 dan PGI2 banyak ditemukan di mukosa lambung dengan fungsi untuk menghambat
sekresi asam lambung dan merangsang sekresi mukus usus halus yang bersifat
sitoprotektan.4
A. Asetosal
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin merupakan obat
yang diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam dan lain-lain. Saat ini asetosal
semakin banyak karena sifat plateletnya. Sebagai contoh aspirin dosis kecil digunakan
untuk pencegahan trombosis koroner dan cerebral. Asetosal adalah analgetik antipiretik
dan antiinflamasiyang sangat luas digunakan dan digolongkan obat bebas. Masalah efek
samping yaitu perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan saluran
cerna dapat dikurangi dengan meminum obat setelah makan atau membuat menjadi
sediaan salut enterik, karena salisilat bersifat hepatotoksik maka tidak dianjurkan
diberikan pada penderita penyakit hati yang kronis.
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang demam, antiplatelet
Kontra indikasi : Anak dibawah usia 12 tahun, anak yang sedang disusui, gangguan
saluran cerna, hemofilia penting untuk menjelaskan kepada keluarga bahwa acetosal
adalah obat yang tidak cocok untuk anak yang berpenyakit ringan.
Efek samping : Ringan dan tidak sering yaitu iritasi saluran cerna
Sediaan : Acetosal tablet 100mg, 500mg
B. Codein
Codeine adalah obat untuk mengobati nyeri ringan atau cukup parah. Dalam kasus
tertentu, obat ini juga bisa digunakan untuk meredakan batuk. Obat ini bekerja pada
sistem saraf pusat untuk mengurangi nyeri dan rasa sakit yang dialami pasien. Codeine
termasuk dalam golongan obat analgesik opioid.
Indikasi : terapi nyeri sampai sedang, antitusif pada dosis yang rendah
Kontra Indikasi : harap berhati-hati codein tidak boleh diberikan pada seseorang
dengan kondisi depresi pernafasan akut,asma,gagal hati, hipersensitiv terhadap codein.
Efek Samping : efek samping setelah mengkonsumsi kodein adalah pusing, mulut
kering, kehilangan nafsu makan.
Sediaan : Tablet 10mg, 20mg, dan 30mg

C. Paracetamol
Paracetamol adalah obat yang bisa digunakan untuk mengobati rasa sakit ringan, hingga
sedang, mulai dari sakit kepala, nyeri haid, sakit gigi, nyeri sendi dan nyeri yang dirasakan
selama flu. Paracetamol juga dapat digunakan untuk meredakan demam.
Indikasi : nyeri ringan sampai sedang, nyeri sesudah operasi cabut gigi
pireksia.

Kontra indikasi : gangguan fungsi hati berat, hipersensitivitas.

Efek Samping : Mual, sakit perut bagian atas, gatal-gatal, kehilangan nafsu makan
Sediaan : Tablet 500 mg
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 PROSEDUR KERJA


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Masing-masing kelompok mengambil 8 ekor mencit yang telah dipuasakan
semalam dan di timbang.
3. Menghitung dosis larutan yang akan diberikan pada mencit.
4. Membuat larutan suspensi yang akan diberikan pada mencit, berupa larutan
Paracetamol, Aspirin , Kodein dan Gom.
5. Menyiapkan larutan-larutan yang akan diberikan ke mencit sesuai dengan dosis
yang telah di hitung dalam bentuk oral.
6. Mencit dipisahkan dalam 8 ruangan berbeda.
7. Kemudian mencit di berikan perlakuan secara oral dengan larutan yang telah
dibuat. Setelah 1/2 jam mencit disuntik dengan i.p berupa larutan asam asetat.
8. Catat waktu jarum suntik dicabut dan waktu mencit mulai menggeliat. Kemudian
amati geliat mencit dan hitung jumlah geliat mencit 10 menit sesudah pemberian
asam asetat.
9. Catat masing-masing data dalam tabel jumlah geliatan setiap 5 menit selama 30
menit.
10. Mencit yang telah di uji coba, dikembalikan ke dalam kandangnya dan bersihkan
alat-alat yang telah digunakan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat :
1. Timbangan mencit
2. Keranjang
3. Alat suntik 1 ml
4. Sonde oral mencit
5. Kapas
Bahan :
1. Paracetamol Tablet
2. Aspirin Tablet
3. Kodein Tablet
4. Asam Asetat 1 %
5. GOM 2 %
6. Ethanol 70 %

3.3 Perhitungan Dosis


 Codein 30mg/kg mencit, Sediaan 2mg/ml
20𝑔
 𝑥30 𝑚𝑔 = 0,6𝑚𝑔/20𝑔
1000 𝑚𝑔
37𝑔 1,11𝑚𝑔
C1 = 𝑥0,6𝑚𝑔 = 1,11 𝑚𝑔 → 𝑥 1𝑚𝑙 = 0,55 𝑚𝑙
20 𝑔 2𝑚𝑔
34𝑔 1,02𝑚𝑔
C2 = 𝑥0,6𝑚𝑔 = 1,02 𝑚𝑔 → 𝑥 1𝑚𝑙 = 0,51 𝑚𝑙
20 𝑔 2𝑚𝑔
28𝑔 0,84𝑚𝑔
C3 = 𝑥0,6𝑚𝑔 = 0,84 𝑚𝑔 → 𝑥 1𝑚𝑙 = 0,42 𝑚𝑙
20 𝑔 2𝑚𝑔
33𝑔 0,99𝑚𝑔
C7 = 𝑥0,6𝑚𝑔 = 0,99 𝑚𝑔 → 𝑥 1𝑚𝑙 = 0,49 𝑚𝑙
20 𝑔 2𝑚𝑔

 Paracetamol 300mg/kg mencit, Sediaan 25mg/ml


20𝑔
 𝑥300𝑚𝑔 = 6 𝑚𝑔/20𝑔
1000𝑚𝑔
28𝑔 8,4𝑚𝑔
P3 = 20 𝑔 𝑥6𝑚𝑔 = 8,4 𝑚𝑔 → 𝑥 1𝑚𝑙 = 0,33 𝑚𝑙
25𝑚𝑔

 Diklofenac 8mg/kg mencit, Sediaan 0,5mg/ml


20𝑔
𝑥8𝑚𝑔 = 0,16 𝑚𝑔/20𝑔
1000𝑚𝑔
38𝑔 0,30𝑚𝑔
D5 = 20 𝑔 𝑥0,16𝑚𝑔 = 0,30 𝑚𝑔 → 𝑥 1𝑚𝑙 = 0,6 𝑚𝑙
0,5𝑚𝑔
30𝑔 0,24𝑚𝑔
D6 = 20 𝑔 𝑥0,16𝑚𝑔 = 0,24 𝑚𝑔 → 𝑥 1𝑚𝑙 = 0,48 𝑚𝑙
0,5𝑚𝑔
 Normal ( Gom 2% ), Sediaan 0,3ml/20g BB
36 𝑔
N4 = 𝑥 0,3 𝑚𝑙 = 0,54𝑚𝑙
20𝑔
30𝑔
 N8 = 20 𝑔 𝑥0,3 𝑚𝑙 = 0,45𝑚𝑙

 As. Asetat Sediaan 1% dosis 75mg/kg BB Mencit


1% = 1g/100ml = 10mg/ml
20𝑔
𝑥75𝑚𝑔 = 1,5𝑚𝑔/𝑚𝑙
1000 𝑔
34𝑔
 AC1 = 𝑥1,5𝑚𝑔/10𝑚𝑙 = 0,28𝑚𝑙
20 𝑔
34𝑔
 AC2 = 20 𝑔 𝑥1,5𝑚𝑔/10𝑚𝑙 = 0,25𝑚𝑙
28𝑔
 AC3 = 20 𝑔 𝑥1,5𝑚𝑔/10𝑚𝑙 = 0,21𝑚𝑙
36𝑔
 AC4 = 20 𝑔 𝑥1,5𝑚𝑔/10𝑚𝑙 = 0,27𝑚𝑙
38𝑔
 AC5 = 20 𝑔 𝑥1,5𝑚𝑔/10𝑚𝑙 = 0,28𝑚𝑙
30𝑔
 AC6 = 20 𝑔 𝑥1,5𝑚𝑔/10𝑚𝑙 = 0,22𝑚𝑙
33𝑔
 AC7 = 20 𝑔 𝑥1,5𝑚𝑔/10𝑚𝑙 = 0,25𝑚𝑙҉
30𝑔
 AC8 = 20 𝑔 𝑥1,5𝑚𝑔/10𝑚𝑙 = 0,22𝑚𝑙

3.4 Pembuatan Sediaan


1. Buat suspensi Gom 2 gram dengan aqua dest 100 ml (beri etiket gom 2%)
2. 2 tablet kodein digerus dengan gom sedikit demi sedikit ad 10 ml (beri etiket
2mg/ml)
3. Gerus ½ tablet Paracetamol 500 mg digerus dengan gom sebanyak 100 ml
(beri etiket 25 mg/ml)
4. Ambil asam asetat 1% yang tersedia di Lab (beri etiket asam asetat 1%)
3.5 Analisis Data
VCB : Volume Cairan yang Diberikan
Onset : Waktu sonde diangkat sampai mencit tidur
3.6 Definisi Operasional
 Untuk mencit yang memenuhi persyaratan adalah jika mencit mulai
menggeliat pada 12 menit setelah diinduksi Asam Asetat
 1 geliatan adalah kedua pasang kaki kedepan dan kebelakang serta perut
menekan lanta kandang
 Zat berefek analgetik apabila jumlah geliatan >50%
Dengan rumus efek = ( 100-U/N x 100)% >50%
Keterangan : U = Jumlah geliatan uji
N = Jumlah geliatan kontrol normal
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Kelompok 1

Efek analgetik Codein – PCT/ Codein

Tanggal Percobaan : 30 November 2019

No Perlakuan Berat Obat As. Asetat Start geliat Σ geliat 5’ ke Kum

(g) Jam Ml Jam Ml Jam (‘) 1 2 3 4 5 6 30

1 Cod 37 9.19 0,55 9.49 0,28 - - - - - - - - -

2 Cod 34 9.19 0,51 9.49 0,25 10.14 25 - - 3 4 - - 7

7 Cod 33 9.16 0,49 9.46 0,27 10.16 30 - - - - - 2 2

27,5

3 Cod 28 9.17 0,42 9.47 0,21 - - - - - - - - -

Pct 0,33

5 D 38 9.17 0,6 9.37 0,28 - - - - - - - - -

6 D 30 9.20 0,48 9.50 0,22 10,06 16 - 2 3 4 5 6 20

4 N 36 9.14 0,54 9.44 0,27 9.52 8 30 19 22 12 11 11 105

8 N 30 9.18 0,45 9.48 0,22 9.49 1 22 35 27 23 23 10 140


Tabel 4.2 Berefek

Perlakuan Onset % Getik

Cod

Pct

Cod

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa Pct dan Cod memiliki efek analgetik karena <50%
kelompok kontrol.

Tabel 4.3 perlakuan dan % Getik

140

120

100
% Analgetik

80
Onset
60
% Getik
40

20

0
Pct Asp Cod

Perlakuan
4.2 PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, hewan uji yang digunakan adalah tikus putih (mencti) dengan
jenis kelamin jantan. Hasil pengamatan yang kelompok kami dapat adalah mencit yang
diberikan perlakuan paracetamol menghasilkan % efek analgetik 41 % sehingga tidak
berefek karena <50% serta berkhasiat karena rata-rata jumlah geliat lebih kecil dibanding
jumlah geliat kontrol normal.

Kemudian untuk mencit yang diberi perlakuan Aspirin menghasilkan % efek Analgetik -
2% sehingga tidak berefek karena <50%. Serta tidak berkhasiat karena jumlah geliat lebih
besar dibanding dengan jumlah geliat normal.

Dan untuk mencit yang diberi perlakuan kodein, menghasilkan %efek analgetik -2%,
sehingga tidak berefek karena <50%, serta tidak berkhasiat karena jumlah geliat lebih
besar dibandingkan jumlah geliat normal.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

a) Paracetamol tidak berefek analgetik namun paracetamol berkhasiat


analgetik karena jumlah geliatan lebih kecil dibandingkan geliatan normal
b) Aspirin dan kodein tidak berefek dan tidak berkhasiat analgetik karena %
efek analgetik lebih kecil daripada 50%

5.2 SARAN
a) Berat badan mencit yang digunakan untuk percobaan seharusnya
disamaratakan untuk memperoleh keseragaman volume larutan yang akan
diberikan kepada mencit.
b) Pada pemberian larutan kepada mencit secara oral maupun intra peritonial
sebaiknya dilakukan secara hati-hati untuk mencegah kekurangan volume,
dan mencegah mencit mati karena adanya perlakuan yang salah.
c) Sebaiknya asisten pendamping dalam laboraturium ditambah agar
membantu dalam proses pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai