Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

UJI EFEK ANALGETIK DICLOFENAC CODEIN DAN KOMBINASI CODEIN PARACETAMOL

TERHADAP HEWAN PERCOBAAN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

1. Aditya Rizal 3422118007


2. Agustina Kurniawati 3422118014
3. Akbar Fabriansyah 3422118016
4. Ati Juniawati 3422118066
5. Ayu Lestari 3422118078
6. Dwi Indah F 3422118136
7. Endang Sri 3422118153
8. Ginny Rumiati 3422118182

Tanggal Praktikum : 30 November 2019

DOSEN PEMBIMBING : 1. Dra. SUJATI WORO INDIJAH,M.Si,Apt

2. YUDHA SUKOWATI,S.Si,Apt

AKADEMI FARMASI IKIFA

JAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan 
dengan  ( ancaman)  kerusakan  jaringan.  Keadaan  psikis  sangat mempengaruhi  nyeri, 
misalnya  emosi  dapat  menimbulkan  sakit  ( kepala ) atau  memperhebatnya,  tetapi 
dapat  pula  menghindarkan  sensasi rangsangan nyeri. nyeri  merupakan suatu
perasaan subjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang.
Dengan adanya pengujian ini maka akan memudahkan para peneliti khususnya dalam
bidang farmasi, untuk menganalisis suatu senyawa obat yang akan digunakan oleh
manusia. Seperti yang dilakukan dalam percobaan ini, yaitu dengan menggunakan
obata-obat analgetik sehingga dapat diamati perbandingan efektifitas atau daya kerja
obat-obat analgetik tersebut terhadap hewan coba.
Analgetika adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

1.2 TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan Umum
1. Dapat bekerja dengan hewan percobaan
2. Menghayati secara lebih baik berbagai prinsip farmakologi analgetik yang diperoleh
secara teori
3. Menghargai hewan-hewan percobaan karena peranannya dalam mengungkap
fenomena- fenomena kehidupan
4. Menyadari pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap hasil eksperimen
farmakologi dan pengaruh yang sama terhadap manusia
5. Mampu menerapkan, mengadaptasi dan memodifikasi metode-metode farmakologi
untuk penilaian efek obat
6. Dapat memberikan penilaian terhadap hasil-hasil eksperimen dan memberikan
tafsiran mengenai implikasi praktis dari hasil-hasil eksperimen

1.3 TUJUAN KHUSUS


1. Mengetahui efek analgetik dari obat paracetamol codein secara tunggal maupun
kombinasi
2. Menghitung % efek analgetik dari obat paracetamol codein secara tunggal maupun
kombinasi
3. Menyatakan zat berefek analgetik dari obat paracetamol codein secara tunggal
maupun kombinasi

1.4 MANFAAT PRAKTIUM


Dapat mengetahui keefektifan obat Paracetamol, Codein, yang diberikan pada dosis
tunggal maupun kombinasi pada hewan percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DASAR TEORI


Analgetika  atau  obat  penghilang  nyeri  adalah  zat-zat  yang mengurangi  atau 
menghalau  rasa  nyeri  tanpa  menghilangkan  kesadaran.
Ambang  nyeri  didefinisikan  sebagai  tingkat  (level)   dimana nyeri  dirasakan
untuk  pertama  kalinya.  Dengan  kata  lain,  intensitas rangsangan yang terendah saat
orang merasakan nyeri. Untuk setiap orang ambang nyerinya adalah konstan. Rasa 
nyeri  dalam  kebanyakan  hal  hanya  merupakan  suatu  gejala yang  berfungsi 
melindungi  tubuh.  Nyeri  harus  dianggap  sebagai  isyarat bahaya  tentang  adanya 
ganguan  di  jaringan,  seperti  peradangan,  infeksi jasad  renik,  atau  kejang  otot.
Nyeri  yang  disebabkan  oleh  rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis dapat 
menimbulkan kerusakan pada  jaringan dan melepaskan zat-zat   tertentu yang disebut
mediator-mediator nyeri. Mediator nyeri antara lain : histamin, serotonin, plasmakinin-
plasmakinin, prostaglandin-prostaglandin, ion-ion kalium. Zat-zat ini merangsang
reseptor-  reseptor nyeri pada ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir, dan jaringan,
lalu dialirkan melalui saraf sensoris ke susunan syaraf pusat ( SSP ) melalui sumsum
tulang belakang ke talamus dan ke pusat nyeri di otak besar ( rangsangan sebagai nyeri).
Rangsangan  tersebut  memicu  pelepasan  zat-zat  tertentu  yang  disebut mediator 
nyeri.  Mediator  nyeri  antara  lain  dapat  mengakibatkan  reaksi radang dan kejang-
kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri  di ujung saraf bebas  di  kulit,  mukosa  dan 
jaringan  lain.  Nocireseptor  ini  terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di
SSP. Dari sini rangsangan di  salurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk
neuron dengan amat  benyak  sinaps  via  sumsumtulang  belakang,  sumsum  lanjutan, 
dan otak  tengah.  Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak
besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri.
Atas  dasar  kerja  farmakologisnya,  analgetika  dibagi  dalam  dua kelompok
besar, yakni:
Analgetik Perifer
Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim
siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya
adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah memblokade
pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX  pada daerah yang
terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya
tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors. Efek samping yang paling umum dari
golongan obat ini adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan
ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan
dalam jangka waktu lama dan dosis besar. Contoh obatnya antara lain paracetamol,
Aspirin, Celecoxib ,Diclofenac ,Etodolac, Fenoprofen, Flurbiprofen, Ibuprofen,
Indomethacin, Ketoprofen ,Ketorolac ,Meclofenamate ,Mefanamic acid Nabumetone
,Naproxen ,Oxaprozin ,Oxyphenbutazone ,Phenylbutazone ,Piroxicam Rofecoxib
,Sulindac , dan Tolmetin.
Paracetamol
Paracetamol adalah obat jenis analgesik dan antipiretik. Obat ini digunakan untuk
mengatasi nyeri dan juga demam. Parasetamol bekerja langsung di pusat saraf dengan
mempengaruhi ambang rasa sakit dengan menghambat enzim cyclooxsygenase, COX-1,
COX-2 dan COX-3  yang terlibat dalam pembentukan prostaglandin, substansi yang
bertindak mengatur rasa sakit dan diketahui juga sebagai regulator panas pada
hipotalamus. Dengan berkurangnya produksi prostaglandin di otak maka efek rasa sakit
dan demam dapat berkurang.
Analgetik sentral
Analgetik opiad merupakan golongan obat yang memiliki sifat seperti opium/morfin.
Sifat dari analgesik opiad yaitu menimbulkan adiksi, habituasi dan ketergantungan fisik.
Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk mendapatkan analgesik ideal: Potensi analgesik
yg sama kuat dengan morfin Tanpa bahaya adiksi.
Analgetik opiad mempunyai daya penghalang nyeri yang sangat kuat dengan titik kerja
yang terletak di susunan syaraf pusat (SSP). Umumnya dapat mengurangi kesadaran
dan  menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Analgetik opiad ini merupakan pereda
nyeri yang paling kuat dan sangat efektif untuk mengatasi nyeri yang hebat. Contoh
obat Alfentanil, Benzonatate, Buprenorphine, Butorphanol, Codeine,
Dextromethorphan, Dezocine , Difenoxin, Dihydrocodeine, Diphenoxylate, Fentanyl,
Heroin Hydrocodone, Hydromorphone , LAAM,  Levopropoxyphene , Levorphanol
Loperamide, Meperidine, Methadone ,Morphine ,Nalbuphine ,Nalmefene ,Naloxone
,Naltrexone, Noscapine Oxycodone, Oxymorphone, Pentazocine ,Propoxyphene
,Sufentanil.
Codein
Kodein adalah sejenis obat golongan opiat yang digunakan untuk mengobati nyeri
sedang hingga berat, batuk (antitusif), diare, dan irritable bowel syndrome. Kodein
merupakan prodrug, karena di saluran pencernaan kodein diubah menjadi bentuk
aktifnya, yakni morfin dan kodeina-6-glukoronida. Sekitar 5-10% kodein akan
diubah menjadi morfin, sedangkan sisanya akan menjadi bentuk yang bebas, atau
terkonjugasi dan membentuk kodeina-6-glukoronida (70%), norkodeina (10%),
hidromorfona (1%). Seperti halnya obat golongan opiat lainnya, kodein dapat
menyebabkan ketergantungan fisik, namun efek ini relatif sedang bila dibandingkan
dengan senyawa golongan opiat lainnya. Kodein adalah sejenis obat golongan opiat
yang digunakan untuk mengobati nyeri sedang hingga berat, batuk (antitusif),
diare, dan irritable bowel syndrome.
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 PROSEDUR KERJA


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Masing-masing kelompok mengambil 8 ekor mencit yang telah dipuasakan semalam
dan di timbang
3. Menghitung dosis larutan yang akan diberikan pada mencit
4. Membuat larutan suspensi yang akan diberikan pada mencit, berupa suspensi
Paracetamol, suspensi codein dan suspensi Gom 2%, larutan asam asetat 1%
5. Menyiapkan larutan-larutan yang akan diberikan ke mencit sesuai dengan dosis yang
telah di hitung dalam bentuk oral yakni suspensi paracetamol, suspensi codein dan
larutan asam asetat ip
6. Kemudian mencit di berikan perlakuan secara oral dengan larutan yang telah dibuat,
Setelah 1/2 jam mencit disuntik dengan i.p berupa larutan asam asetat 1%
7. Catat waktu jarum suntik dicabut dan waktu mencit mulai menggeliat. Kemudian
amati geliat mencit dan hitung jumlah geliat mencit 10 menit sesudah pemberian
asam asetat ip
8. Catat masing-masing data dalam tabel jumlah geliatan setiap 5 menit selama 30
menit
9. Mencit yang telah di uji coba, dikembalikan ke dalam kandangnya dan bersihkan
alat-alat yang telah digunakan

3.2 PROSEDUR KERJA


Alat :
1. Timbangan mencit 4. Sonde oral
2. Keranjang 5. Kapas alcohol
3. Alat suntik 1 ml

Bahan :
1. Paracetamol Tablet
2. Codein Tablet
3. Asam Asetat 1 %
4. GOM 2 %
5. Mencit putih 8 ekor

3.3 PERHITUNGAN DOSIS


Codein dosis 30 mg/kg mencit, sediaan 2 mg/ml
20 g
Dosis codein 30 mg/kg mencit → x 30 mg=0,6 mg/20 g
1000 g
37 g 1,11 mg
 C1 untuk mencit 37g = x 0,6 mg=1,11 mg→ x 1 ml=0,55 ml
20 g 2 mg
34 g 1,02 mg
 C2 untuk mencit 34g = x 0,6 mg=1,02 mg→ x 1 ml=0,51 ml
20 g 2 mg
28 g 0,84 mg
 C3 untuk mencit 28g = x 0,6 mg=0,84 mg → x 1ml=0,42 ml
20 g 2 mg
33 g 0,99 mg
 C7 untuk mencit 33g = x 0,6 mg=0,99 mg→ x 1 ml=0,49ml
20 g 2 mg
32 g 0,96 mg
 C9 untuk mencit 32g = x 0,6 mg=0,96 mg→ x 1 ml=0,48 ml
20 g 2 mg
25 g 0,75 mg
 C10 untuk mencit 25g = x 0,6 mg=0,75 mg→ x 1 ml=0,37 ml
20 g 2mg

Paracetamol 300 mg/kg mencit, Sediaan 25mg/ml


20 g
Dosis paracetamol 300 mg/kg mencit → x 300 mg=6 mg/20 g
1000 g
28 g 8,4 mg
 P3 untuk mencit 28g = x 6 mg=8,4 mg → x 1ml=0,33 ml
20 g 25 mg
32 g 9,6 mg
 P9 untuk mencit 32g = x 6 mg=9,6 mg→ x 1 ml=0,38 ml
20 g 25 mg
25 g 7,5 mg
 P10 untuk mencit 25g = x 6 mg=7,5 mg→ x 1 ml=0,30 ml
20 g 25 mg

Diklofenac 8mg/kg mencit, Sediaan 0,5mg/ml


20 g
Dosis Diklofenac 8mg/kg mencit → x 8 mg=0,16 mg/20 g
1000 g
38 g 0,30mg
 D5 untuk mencit 38g = x 0,16 mg=0,30 mg→ x 1 ml=0,6 ml
20 g 0,5mg
30 g 0,24 mg
 D6 untuk mencit 30g = x 0,16 mg=0,24 mg → x 1ml=0,48 ml
20 g 0,5 mg

Normal ( Gom 2% ), Sediaan 0,3ml/20g BB


36 g
 N4 untuk mencit 36g = x 0,3 ml=0,54 ml
20 g
30 g
 N8 untuk mencit 30g = x 0,3 ml=0,45 ml
20 g

As. Asetat 75mg/kg BB Mencit


Sediaan 1% →1g asam asetat dlm 100 ml larutan → 10 mg/ml
20 g
Dosis asam asetat 75mg/kg BB mencit → x 75 mg=1,5 mg/20 g
1000 g
37 g 2.8 m g
 AC1 untuk mencit 37g = x 1,5 mg=2,8 mg → x 1 ml=0,28 ml
20 g 10 m g
34 g 2.5 m g
 AC2 untuk mencit 34g = x 1,5 mg=2,5 mg→ x 1 ml=0,25 ml
20 g 10 m g
28 g 2.1 m g
 AC3 untuk mencit 28g = x 1,5 mg=2,1 mg → x 1 ml=0,21 ml
20 g 10 m g
36 g 2.7 m g
 AC4 untuk mencit 36g = x 1,5 mg=2,7 mg→ x 1 ml=0,27 ml
20 g 10 m g
38 g 2.8 m g
 AC5 untuk mencit 38g = x 1,5 mg=2,8 mg → x 1 ml=0,28 ml
20 g 10 m g
30 g 2.2 m g
 AC6 untuk mencit 30g = x 1,5 mg=2.2 mg → x 1 ml=0,22 ml
20 g 10 m g
33 g 2.5 m g
 AC7 untuk mencit 33g = x 1,5 mg=2,5 mg → x 1 ml=0,25 ml
20 g 10 m g
30 g 2.2 m g
 AC8 untuk mencit 30g = x 1,5 mg=2,2 mg → x 1 ml=0,22 ml
20 g 10 m g

3.4 PEMBUATAN SEDIAAN


1. Gerus 2 gram dengan aqua dest ad 100 ml (beri etiket gom 2%)
2. Gerus 2 tablet kodein 10 mg dengan gom sedikit demi sedikit ad 10 ml (beri etiket
codein 2mg/ml)
3. Gerus 1 tablet Paracetamol 500 mg dengan gom ad 20 ml (beri etiket paracetamol
25 mg/ml)
4. Ambil asam asetat 1% yang tersedia di Lab (beri etiket asam asetat 1%)

3.5 DEFINISI OPERASIONAL


1. Untuk mencit yang memenuhi persyaratan adalah jika mencit mulai menggeliat pada
10 menit setelah diinduksi Asam Asetat 1%
2. 1 geliatan adalah kedua pasang kaki kedepan dan kebelakang serta perut menekan
lantai bejana
3. Zat berefek analgetik apabila jumlah geliatan >50% atau Dengan rumus efek = ( 100-
U/N x 100)% >50%
4. Induktor nyeri adalah asam asetat 1%
Keterangan : U = Jumlah geliatan uji
N = Jumlah geliatan kontrol normal
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
Tabel efek analgetik codein, paracetamol, dan kombinasi paracetamol+codein
Tanggal Percobaan : 30 November 2019
perl Bera
no
a t obat as. Acetat start geliat ∑ geliat 5' ke kum
kua ('
cit
n (g) jam ml jam ml jam ) 1 2 3 4 5 6 30'
9.1 0.5 9.4 0.2
37 - - - - - - - - -
1 9 5 9 8
9.1 0.5 9.4 0.2 2
Cod 34 10.14 - - 2 4 - - 6
2 9 1 9 5 5
9.1 0.4 9.4 0.2
33 - - - - - - - 2 2
7 6 9 6 7
2
                5             8
9.1 0.4
3 28
Cod 7 2 9.4 0.2
- - - - - - - - -
0.3 7 1
     
Pct 3
9 Cod 32 9.1 0.4 9.4 0.2 - - - - - - - - -
6 8 6 4
0.3
     
Pct 8
9.2 0.3
10 25
Cod 3 7 9.5 0.1
9.57 4 - - - - - 2 2
9.2 3 9
   
Pct 4 0.3
                4             2
9.1 9.3 0.2
38 0.6 - - - - - - - - -
5 D 7 7 8
9.2 0.4 9.5 0.2 1
30 10.06 - 2 3 4 5 6 20
6 D 0 8 0 2 6
1
                6             20
9.1 0.5 9.4 0.2
36 9.52 8 30 19 22 12 11 11 105
4 N 4 4 4 7
9.1 0.4 9.4 0.2
30 9.49 1 22 35 27 23 23 10 140
8 N 4 5 8 2
                9             245

Tabel 4.2 Berefek

perlakuan onset % getik


N 9 0
Cod 25 97
D 16 92

Pct + Cod 4 99.2

 Pada tabel diatas menunjukkan bahwa Codein tunggal maupun kombinasi


paracetamol+codein, serta diclofenac memiliki efek analgetik karena ˂ 50%
kelompok control

Tabel 4.3 perlakuan dan % Getik


120

100

80

60

onset
40
% getik

20

0
N Cod D Pct + Cod
4.1 PEMBAHASAN
1. Pada praktikum kali ini, hewan uji yang digunakan adalah mencti DDY dengan jenis
kelamin jantan
2. Hasil pengamatan yang kelompok kami dapat adalah mencit yang diberikan
perlakuan sbb :
 codein menghasilkan % efek analgetik 97% ˃ dari 50% dan jumlah rata-rata
geliat 8 ˂ 122 yang merupakan 50% dari jumlah geliat kontrol normal sehingga
berefek analgetik
 kombinasi codein+paracetamol menghasilkan % efek analgetik 99,2% ˃ dari 50%
dan jumlah rata-rata geliat 2 ˂ 122 yang merupakan 50% dari jumlah geliat
kontrol normal sehingga berefek analgetik
 diclofenac menghasilkan % efek analgetik 92% ˃ dari 50% dan jumlah rata-rata
geliat 20 ˂ 122 yang merupakan 50% dari jumlah geliat kontrol normal sehingga
berefek analgetik
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
1. Codein berefek analgetik karena
 jumlah geliatannya 8 ˂ 122 (50% jumlah geliatan kelompok normal)
 % efek getik nya 97 % ˃ 0% (efek getik kelompok normal)
2. kombinasi codein+paracetamol berefek analgetik karena
 jumlah geliatannya 2 ˂ 122 (50% jumlah geliatan kelompok normal)
 % efek getik nya 99,2 % ˃ 0% (efek getik kelompok normal)
3. diclofenac berefek analgetik karena
 jumlah geliatannya 20 ˂ 122 (50% jumlah geliatan kelompok normal)
 % efek getik nya 92 % ˃ 0% (efek getik kelompok normal)
DAFTAR PUSTAKA

1. Ganiswara GS, dkk. Farmakologi & terapi, ed 5. Jakarta;Bagian Farmakologi


Kedokteran UI; 2007.
2. https://www.google.com/search?
q=laporan+praktikum+farmakologi+codein+paracetamol+diklofenac&oq=laporan+&aqs
=chrome.0.69i59j69i57j69i59l3j69i60l2j69i61.3740j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
(Google tgl 7/12/2019 jam 02.30)
3. https://www.google.com/search?
q=makalah+codein+sebagai+analgetik&oq=makalah+codein&aqs=chrome.1.69i57j69i59
.7395j0j8&sourceid=chrome&ie=UTF-8 (Google tgl 7/12/2019 jam 02.30)

Anda mungkin juga menyukai