Anda di halaman 1dari 20

I.

Tujuan Percobaan
 Untuk mengetahui bentuk sediaan krim
 Membedakan krim dengan bentuk sediaan lainnya
 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan krim
 Untuk mengetahui stabilitas sediaan krim

II. Latar Belakang


1. Teori
Pengertian krim, diantaranya:
 Menurut Farmakope Indonesia edisi III, definisi krim adalah sediaan
setengah padat berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari
60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
 Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, definisi krim adalah bentuk
sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat
pelarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
 Menurut Formularium Nasional, definisi krim adalah sediaan setengah
padat berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar.

Syarat yang harus dipenuhi suatu sediaan krim yang baik adalah memiliki
kestabilan fisika yang memadai  karena tanpa hal ini emulsi akan segera 
kembali menjadi dua fase yang terpisah. Kemudian emulsi  dibuktikan dengan
pembentukan kriming, flokulasi dimana dapat diamati secara visual pemisahan
fase, serta perubahan kekentalan emulsi.

Krim yang stabil harus menggunakan emulgator yang tepat. Emulgator


adalah bahan aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan antar muka
antara minyak dan air dan membentuk lapisan yang mengelilingi tetesan
terdispersi sehingga mencegah koalesensi dan terpisahnya fase terdispersi,
salah satunya adalah surfaktan.

Surfaktan yang umum digunakan adalah surfaktan nonionic, karena


surfaktan  ini stabil baik dalam kondisi basa, asam, pH tinggi maupun pada

Krim Andantol 1
kondisi netral. Dapat menurunkan tegangan antar muka yang kaku, dan sebagai
penghambat mekanisme terjadinya koalesensi yaitu penggabunganpartikel.
Selain itu surfaktan nonionic stabil pada pembekuan, tidak toksik serta cocok
dengan banyak bahan, sedangkan surfaktan anionic kurang stabil pada kondisi
basa dan surfaktan kationik hanya stabil pada kondisi asam. Selain itu surfaktan
kationik adalah emulgator yang lemah dan umumnya digunakan sebagai
emulgator pembantu.

Kualitas dasar krim, yaitu:

 Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari
inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada
dalam kamar.
 Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk
menjadi lunak dan homogen.
 Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling
mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
 Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar
krim padat atau cair pada penggunaan (Anief, 1994).

Penggolongan Krim

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-
asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci
dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada
dua tipe krim, yaitu:

1. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak

Contoh : cold cream

Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk


maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit,
sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran.
Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.

Krim Andantol 2
2. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air

Contoh: vanishing cream

Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan


untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas
bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing)
meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.

Kelebihan sediaan krim, yaitu:

 Mudah menyebar rata


 Praktis
 Mudah dibersihkan atau dicuci
 Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
 Tidak lengket terutama tipe m/a
 Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
 Digunakan sebagai kosmetik
 Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup
beracun.

Kekurangan sediaan krim, yaitu:

 Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam


keadaan panas.
 Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas.
 Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena
terganggu sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan
suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu
fase secara berlebihan.

Bahan-bahan Penyusun Krim

Formula dasar krim, antara lain:

1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum,
minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan
sebagainya.

Krim Andantol 3
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH,
KOH, Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan
(Na lauril sulfat, Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan
sebagainya).

Bahan-bahan penyusun krim, antara lain:

 Zat berkhasiat
 Minyak
 Air
 Pengemulsi
 Bahan Pengemulsi

Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan


jenis dan sifat krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi
dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil
alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG. Sedangkan, bahan-bahan
tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet, untuk meningkatkan
stabilitas sediaan.

Bahan Pengawet

Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-


0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk mempertahankan
pH sediaan Pelembab. Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi
oleh cahaya pada minyak tak jenuh.

2. Evaluasi Sediaan
 Organoleptis

Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna,


tekstur sediaan, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden
(dengan kriteria tertentu) dengan menetapkan kriterianya pengujiannya
(macam dan item), menghitung persentase masing- masing kriteria yang
diperoleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.

Krim Andantol 4
 Evaluasi pH

Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g :


200 ml air yang di gunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga
homogen, dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH
meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter.

 Uji Aseptabilitas Sediaan

Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner di
buat suatu kriteria , kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di
timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat skoring
untuk masing- masing kriteria. Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut,
sangat lembut.

 Resistensi panas

Kemampuan krim yang terjadi ketika krim diletakkan diberbagai suhu yang
berbeda, diantaranya suhu kamar, suhu dingin, dan suhu panas.

3. Zat Aktif
a. Penggunaan

Produk ini mengandung Isothipendyl HCl sebagai zat aktif yang


menunjukkan sinergi anti inflamasi dan pengeringan sehingga dapat
meredakan gejala alergi seperti gatal, urtikaria, dan alergi yang disebabkan
karena gigitan serangga

b. Farmakologi
Isotipendil juga berfungsi sebagai antihistamin lokal. Antihistamin
adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin
yang berlebihan atas tubuh dengan cara memblok reseptor-reseptor
histamin. Antihistamin mempunyai beberapa jenis reseptor khusus.
Isothipendhyl HCL termasuk dalam obat antihistamin H-1 blokers karena H-1
blokers memberi efek terhadap penciutan benjolan/gatal-gatal (urtikaria)
karena gigitan serangga dan ujung syaraf (vasodilatasi,naiknya
permeabilitas).

Krim Andantol 5
c. Dosis
Untuk pemakaian topical, isotipendhyl HCL digunakan 7,5 mg
dalam 1 g tube dalam sediaan cream. Cream Andantol ini dipakai 3x
sehari pada tempat yang sakit (Sumber : ISO Vol. 47 Hal. 365).

III. Preformulasi dan Permasalahan Farmasetika


1. Preformulasi Zat Aktif
- Isothipendyl HCL (Martindale Edisi 29 Hal 1314 )

Rumus molekul : C16 H19 N3S

Titik lebur : 212°

Pemerian : Halus putih tidak berbau atau bubuk kristal hampir


tidak berbau

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari


cahaya.

Kegunaan : Antihistamin ( zat aktif )

- Acidum stearicum ( Asam Oksalat ) FI III Hal 57


Campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian
besar terdiri dari asam okta dekanoat, C 18 H36 O2 dan asam heksa
dekanoat, C12 H32 O2.
Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan
susunan hablur putih atau kuning pucat mirip
lemak lilin.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20
bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform
P dan dalam 3 bagian eter 1.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Zat tambahan, solubilizing agent
Konsentrasi : Salep dan krim 1-20%
Pelumas tablet 1-3%

Krim Andantol 6
- Triciethanolaminum (FI III Hal 612)
Campuran dari triettanolamina, dietanolamina dan monotanolamina.
Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 107,4%
dihitung terhadap zat antihidrat sebagai metanolamina N (C 2H4OH)3.
Pemerian : Cairan kental tidak berwarna hingga kuning
pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)
larut dalam kloroform p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya.
Kegunaan : Zat tambahan, emulgator
Konsentrasi : Emulgator 1-4% (Handbook)

- Adeps Lanae (FI III Hal 61)


Zat berupa lemak yang dimurnikan, diperoleh dari bulu domba Ovis
Anes Linne (Fam. Bouvidoe), mengandung air tidak lebih dari 0,25%
Pemerian : Zat berupa lemak, berwarna kuning muda atau
kuning pucat, agak tembus cahaya, bau lemah
dan khas.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut
dalam etanol (95%)p, mudah larut dalam
kloroform p dan dalam eter p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya ditempat sejuk.
Kegunaan : Zat tambahan, basis krim

Krim Andantol 7
- Paraffinum Liquidum (FI III Hal 474)
Campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mineral, sebagai zat
pemantap dapat ditambahkan tokoferol atau butilhidroksi toluen tidak
lebih dari 10 bpo.
Pemerian :Cairan kental, transparan, tidak berflouensi,
tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir
tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol (95%) P,
larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya.
Kegunaan : Zat tambahan, solvent
Konsentrasi : Ophthalmic ointments 3-60%
Otic preparations 0,5-3%
Topical emulsions 1-32%
Topical lotions 1-20%
Topical ointment 1-95%

- Aqua Destilata (FI III Hal 96)


Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
Rumus Molekul : H2O
Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut

- Methylis Parabenum (Handbook of Pharmaceutical Excipients page


310)
Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C 8 H8
O3.
Pemerian : Serbuk hablur halus putih, hampir tidak berbau,
tidak mempunyai rasa, kemudian agak
membakar diikuti rasa tebal.

Krim Andantol 8
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan
dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam
eter P dan dalam larutan alkali hidroksida, larut
dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40
bagian minyak lemak nabati panas, jika
diinginkan larutan tetap jernih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Zat tambahan ; zat pengawet
Konsentrasi : Injection 0,065 – 0,25%
Ophthalmic preparation 0,015 – 0,05%
Oral solution & suspension 0,15 – 0,20%
Topical preparation 0,02 – 0,3%
Vaginal preparation 0,1 – 0,18%

2. Permasalahan Farmasetika
 Isotipendil hidrokloridum harus dibuat dalam basis yang tidak berminyak.
 Sediaan yang dibuat adalah krim yang merupakan sediaan setengah padat
dengan tipe minyak dalam air ataupun air dalam minyak.
 Sediaan krim mudah berjamur.
Penyelesaian:

 Digunakan basis cleansing milk yang memiliki kadar minyak yang cukup
rendah.
 Diberikan emulgid atau zat pengemulsi (TEA) agar krim stabil dan tidak
mudah rusak.
 Diberikan pengawet (Nipagin) agar krim tidak mudah berjamur.

Krim Andantol 9
IV. Metoda
1. Formula

R/ Krim Andantol 10 g

Komposisi : Tiap 1 g mengandung

Isothipendyl HCL 0,75 mg

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat atau dalam tube, terlindung


dari cahaya.

Dosis : Oleskan sehari 3 x pada tempat yang sakit.

Ketersediaan basis cream:

Cleansing Milk (FMS hal 111)

R/ Acid Stearic 145

TEA 15

Adeps Lanae 30

Paraf Liq 150

Aqua Dest 550

Nipagin qs.

2. Perhitungan dan Penimbangan


a. Perhitungan
 1 tube @ 10 g

* Andantol GEL ( ISO VOL 47 Hal 365 )

Komposisi: Isothipendyl HCl 10 g

* Untuk basis cream ( Cleansing Milk ) FMS Hal 111

- Pengawet

Nipagin = 0,15% x 10 g = 0,015 g = 15 mg

Krim Andantol 10
- Basis =10.000 mg ( 15 g) – ( 7,5 + 15 mg ) = 9977,5 mg
1. Acid Stearic : 145/990 x 9977,5 mg = 1461,35 mg
2. TEA : 15/990 x 9977,5 mg = 151,17 mg
3. Adeps Lanae : 30/990 x 9977,5 mg = 302,34 mg
4. Paraf Liq : 250/990 x 9977,5 mg = 2519,5 mg
5. Aqua dest : 550/990 x 9977,5 mg = 5543,05 mg
 Untuk 10 tube @ 10 g
- Isothipendyl : 10 x 7,5 = 75 mg
- Nipagin : 10x 15 = 150 mg
- Acid Stearic : 10x 1461,35 = 14613,5 mg
- TEA : 10 x 151,17 = 1511,7 mg
- Adeps Lanae : 10 x 302,34 = 3023,4 mg
- Paraf Liq : 10 x 2519,5 = 25195 mg
- Aqua dest : 10 x 5543,05 = 55430,5 mg

b. Penimbangan

No. Nama Zat Khasiat Jumlah


1. Isotipendyl HCl Antihistamin 75 mg
2. Nipagin Pengawet 150 mg
3. Acid Stearic Zat tambahan 14613,5 mg
4. TEA Zat tambahan 1511,7 mg
5. Adeps Lanae Zat tambahan 3023, 4 mg
6. Paraf Liq. Laksativum 25195 mg
7. Aqua Dest. Pelarut 55430,5 mg

3. Alat dan Bahan


a. Alat
- Spatula 1 buah
- Mortir dan stamfer 1 buah
- Pinset 1 buah
- Kaca arloji 2 buah
- Sudip 2 buah
- Perkamen 10 lembar

Krim Andantol 11
- Tube 10 buah
- Cawan uap 1 buah
- Waterbath 1 set
- Gelas beaker 1 buah
- Pipet tetes 2 buah
b. Bahan

Isothipendyl HCl

Nipagin

Acid Stearic

TEA

Adeps Lanae

Paraf Liq

Aqua dest.

4. Prosedur Pembuatan
 Menyiapkan alat dan bahan
 Menyetarakan timbangan
 Membuat basis cream (ketersediaan cleansing milk)
 Menimbang basis cream dengan cawan kemudian lebur diatas
penangas air (waterbath)
 Memanaskan mortir dan stamfer dengan air panas
 Menimbang zat aktif
 Memasukkan TEA ke dalam lumpang yang dipanaskan
 Memasukkan basis cream aduk ad homogen
 Masukkan zat aktif aduk ad homogen
 Memasukkan nipagin sebagai pengawet
 Memasukkan kedalam tube dengan perkamen yang telah disterilkan,
yang telah ditimbang.

5. Evaluasi

Krim Andantol 12
a. Organoleptis
1. Bau : Khas
2. Warna : Putih pekat
3. Tekstur sediaan : Lembut dan tidak lengket
b. Evaluasi PH

Bersifat basa, mengubah lakmus merah menjadi biru.

c. Uji Aseptabilitas Sediaan

Pengolesan pada kulit : krim nyaman untuk digunakan dan halus saat
menyentuh permukaan kulit.

d. Resistensi Panas (Menurut FI IV)


 Suhu kamar (150-300) :
Setelah dilakukan percobaan, sediaan krim yang kami buat
tidak mengalami perubahan tekstur ataupun warna (stabil).
 Suhu dingin (tidak lebih dari 80):
Setelah dilakukan percobaan, sediaan krim yang kami buat
tidak mengalami perubahan tekstur ataupun warna (stabil).
 Suhu panas (300-400) :
Setelah dilakukan percobaan, sediaan krim yang kami buat
tidak mengalami perubahan tekstur ataupun warna (stabil).

V. Pembahasan

Isotipendil hidroklorida memiliki efek antihistamin untuk alergi seperti gatal-gatal,


urtikaria ataupun alergi gigtan serangga. Dalam penggunaannya Isotipendil hdiroklorida
tidak bisa diberikan tungga secara langsung untuk memberikan efek terapinya yang
nyaman. Maka dibuatlah dalam entuk sediaan krim dengan penambahan basis dan zat
tambahan.

Mekanisme kerja antihistamin yaitu:

 Antihistamin bekerja dengan cara kompetisi dengan histamin untuk


suatu reseptor yang spesifik pada permukaan sel. Hampir semua AH1
mempunyai kemampuan yang sama dalam memblok histamin.
Pemilihan antihistamin terutama adalah berkenaan dengan efek

Krim Andantol 13
sampingnya. Antihistamin juga lebih baik sebagai pengobatan profilaksis
daripada untuk mengatasi serangan.
 Mula kerja AH1 nonsedatif relatif lebih lambat; afinitas terhadap
reseptor AH1 lebih kuat dan masa kerjanya lebih lama. Astemizol,
loratadin dan setirizin merupakan preparat dengan masa kerja lama
sehingga cukup diberi 1 kali sehari.
 Beberapa jenis AH1 golongan baru dan ketotifen dapat menstabilkan sel
mast sehingga dapat mencegah pelepasan histamin dan mediator kimia
lainnya; juga ada yang menunjukkan penghambatan terhadap ekspresi
molekul adhesi (ICAM-1) dan penghambatan adhesi antara eosinofil dan
neutrofil pada sel endotel. Oleh karena dapat mencegah pelepasan
mediator kimia dari sel mast, maka ketotifen dan beberapa jenis AH1
generasi baru dapat digunakan sebagai terapi profilaksis yang lebih kuat
untuk reaksi alergi yang bersifat kronik.

Krim Andantol 14
VI. Kesimpulan

Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60 % dan  dimaksudkan untuk pemakaian luar.
2. Bahan aktif yang digunakan adalah isothipendyl HCl.
3. Mekanisme kerja isotipendyl yaitu memberi efek antiinflamasi pada kulit.
4. Persentase pada formula sangat menentukan formulasi akhir sedian. Dalam
pembuatan krim perlu diperhatikan tingkat pemanasan dan
pengadukannya.
5. Persyaratan pH pada sediaan krim yaitu 6,4-7,1, sedangkan pH pada sediaan
kami sebesar 7. Hal ini berarti sediaan kami layak atau memenuhi
persyaratan.
6. Sediaan krim yang kami buat ditujukan untuk mengoibati penyakit luar
(meredakan gejala alergi seperti gatal, urtikaria, dan alergi yang disebabkan
karena gigitan serangga)
7. Sediaan krim yang kami buat sesuai dengan spesifikasi sediaan yang
diinginkan, sehingga layak untuk dibuat dalam skala (besar) industri.

Krim Andantol 15
VII. Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia Edisi III.


Jakarta: Depkes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.


Jakarta: Depkes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1978.Formularium Nasional. Jakarta:


Depkes RI
Reynold, James EF. Martindale the Extra Pharmacopeia, 28 edition. 1982. The
pharmaceutical press: London
Tjay, Drs. Tanh Hoan dkk. Obat-obat Penting, edisi 6 cetakan ke 3. 2010. Obat-obat
Penting : Jakarta

ISO Indonesia. Volume 47. 2012. Jakarta: ISFI

ISO Indonesia. Volume 49. 2014. Jakarta: ISFI


http://farmasi-irmayamasi.blogspot.com/2011/10/krim.html
https://nanikartinah.wordpress.com/2012/02/29/sediaan-krim/
http://jayantivibriyani.blogspot.com/2013/12/laporan-krim.html

Krim Andantol 16
VIII. Etiket dan Brosur

Krim Andantol 17
Krim Andantol 18
Andantol® Cream
Isothipendyl HCl
Antihistamine
KOMPOSISI
Tiap gram mengandung :
Andantol® Cream
Isothipendyl HCl 7.5 mg dalam basis krim yang tidak berminyak.

CARA KERJA
Sebagai Antihistamin. Isothipendyl HCl
INDIKASI
Untuk meringankan gejala-gejala alergi sperti gatal-gatal, urtikaria dan alergi
gigitan serangga.
Antihistamine
PERINGATAN DAN PERHATIAN  
 Hindarkan kontak dengan mata atau membran mukosa lainnya.
 Hentikan penggunaan jika terjadi rasa terbakar atau ruam.
KOMPOSISI
 Jangan dugunakan pada saat cacar air atau morbili.
 Pemakaian yang terus-menerus dapat menyebabkan iritasi.
Tiap gram mengandung :
 Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

EFEK SAMPING Isothipendyl HCl 7.5 mg dalam basis krim yang tidak berminyak.
Pada pasien yang hipersensitif terhadap Isothipendyl HCl dapat timbul reaksi
sensitivitas pada kulit.  

KONTRA INDIKASI CARA KERJA


Penderita yang hipersensitif terhadap Isothipendyl HCl dan derivatnya.
Sebagai Antihistamin.
DOSIS DAN CARA PENGGUNAAN
Dioleskan secukupnya 3 kali sehari pada tempat yang sakit.  

KEMASAN
INDIKASI
Tube 10 g dan 20 g
Reg. No. DKL 9832206228A1
Untuk meringankan gejala-gejala alergi sperti gatal-gatal, urtikaria dan alergi gigitan
serangga.
Simpan di tempat kering dan sejuk (15 ℃ -25℃ )
 
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
PERINGATAN DAN PERHATIAN
Diproduksi oleh :
PT. MUGI LABORATORIES
Bekasi - Indonesia  Hindarkan kontak dengan mata atau membran mukosa lainnya.
Dipasarkan Oleh :
 Hentikan penggunaan jika terjadi rasa terbakar atau ruam.
IX. Lampiran
 Jangan dugunakan pada saat cacar air atau morbili.
 Pemakaian yang terus-menerus dapat menyebabkan iritasi.
 Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
 

Krim Andantol 19
Krim Andantol 20

Anda mungkin juga menyukai