Anda di halaman 1dari 9

PREFORMULASI TFBA SEMISOLID

FORMULASI SEDIAAN SALEP DARI BAHAN AKTIF EKSTRAK JAHE


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teknologi Formulasi
Bahan Alam (TFBA)
Dosen Pengampu: Rani Rubiyanti, M.Farm., Apt

Disusun Oleh :
Rizky Mevia Juliani P2.06.30.1.18.026
Rosy Maretna P2.06.30.1.18.027
Santi Muliawati P2.06.30.1.18.028
Shelia Amelia P2.06.30.1.18.029
Shinta Putri Ramadhiani P2.06.30.1.18.030

PROGRAM STUDI DIII


JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
2019/2020
A. FORMULASI
R/ PEG 4000 47,5 g
PEG 400 47,5 g
Setil alkohol 5g
Ekstrak jahe 3g

B. MONOGRAFI
1. Poloetilen Glikol 4000 (PEG 4000)/Macrogalum 4000/Makrogol 4000
(Farmakope Indonesia Edisi III)
Rumus Molekul : H(O-CH2 -CH2)nOH; harga n antara 68 dan
84.
Berat Molekul : 3000 sampai 7000.
Pemerian : Serbuk licin putih atau potongan putih
kuning gading, praktis tidak berbau, dan
tidak berasa.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)
P dan dalam kloroform P, praktis tidah larut
dalam eter P.
Titik Leleh : 50-58°C (Rowe et al., 2009)
Kekentalan : 776 cS sampai 110 cS pada suhu 210°F
dinyatakan sebagai kekentalan kinematik.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat : Zat tambahan (basis).

2. Poloetilen Glikol 400 (PEG 400)/Macrogalum 400/Makrogol 400


(Farmakope Indonesia Edisi III)
Rumus Molekul : H(O-CH2 -CH2)nOH; harga n antara 8,2 dan
9,1.
Berat Molekul : 380 sampai 420.
Bobot Jenis : 1,110 sampai 1,140
Pemerian : Cairan kental jernih, tidak berwarna, praktis
tidak berwarna, bau khas lemah, agak
higroskopik.
Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol (95%) P,
dalam aseton P, dalam glikol lain, dan
hidrokarbon aromatik. PEG 400 praktis
tidak larut dalam eter P dan dalam
hidrokarbon alifatik.
Suhu Beku : Antara 4° dan 8°
Kekentalan : 6,8 cS sampai 8,0 cS pada suhu 99°
dinyatakan sebagai kekentalan kinematik.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat : Zat tambahan (basis).

3. Setil Alkohol (Excipient 6th, 2009: 156)


Rumus Molekul : C16H34O
Berat Molekul : 242,44
Pemerian : Serpihan putih atau granul seperti lilin,
berminyak memiliki bau dan rasa yang
khas.
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol (95%) dan eter,
kelarutannya meningkat dengan
peningkatan temperature, serta tidak larut
dalam air.
Titik Lebur : 45-52°C (Depkes RI, 72)
Stabilitas : Setil alkohol stabil dengan adanya asam,
alkali, cahaya, dan udara sehingga tidak
menjadi tengik.
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan oksidator kuat.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Sebagai emolien dan pengemulsi.

4. Rimpang Jahe (Farmakope Herbal Indonesia Edisi I : 32)


Nama Lain : Zingiberis Officinalis Rhizoma
Pemerian : Berupa rimpang agak pipih, bagian ujung
bercabang pendek, warna putih kekuningan,
bau khas, rasa pedas. Bentuk bundar telur
terbalik, pada setiap cabang terdapat parut
melekuk ke dalam. Dalam bentuk potongan,
panjang umumnya 3-4 cm, tebal 1-6,5 mm.
Bagian luar berwarna cokelat kekuningan,
beralur memanjang, kadang-kadang terdapat
serat bebas. Bekas patahan pendek dan
berserat menonjol. Pada irisan melintang
terdapat berturut-turut korteks sempit yang
tebalnya lebih kurang sepertiga jari-jari dan
endodermis. Berkas pengangkut tersebar
berwarna kelabu. Sel kelenjar berupa titik
yang lebih kecil berwarna kekuningan.
Mikroskopik : Fragmen pengenal adalah butir amilum yang
banyak, pembuluh kayu, berkas pengangkut,
periderm, serabut dan jaringan gabus
tangensial.
Senyawa Identitas : Shogaol.
Struktur Kimia :

Susut Pengeringan : Tidak lebih dari 10%


Abu Total : Tidak lebih dari 4,2%
Abu Tidak Larut Asam : Tidak lebih dari 3,2%
Sari Larut Air : Tidak lebih dari 15,8%
Sari Larut Etanol : Tidak kurang dari 5,7%
Senyawa Identitas : Kuersetin.
Struktur Kimia :

Susut Pengeringan : Tidak lebih dari 10%


Abu Total : Tidak lebih dari 9%
Abu Tidak Larut Asam : Tidak lebih dari 0,8%
Sari Larut Air : Tidak kurang dari 18,2%
Sari Larut Etanol : Tidak kurang dari 15%
Kandungan Kimia : Kadar flavonoid total Tidak kurang dari
Simplisia 0,20% dibitung sebagai kuersetin
Khasiat : Karminativa, stimulansia, dan diaforetika.

5. Ekstrak Kental Rimpang Jahe (Farmakope Herbal Indonesia Edisi I : 35)


Ekstrak kental rimpang jahe adalah ekstrak yang dibuat dari rimpang
tumbuhan Zingiber officinale Rosc. Suku Zingiberaceae, mengandung
minyak atsiri tidak kurang dari 1,60% v/b.
Nama Lain : Zingiberis Officinalis Rhizoma Extractum
Spissum
Rendemen : Tidak kurang dari 5,9%
Pemerian : Ekstrak kental, coklat, bau khas, dan rasa
pedas.
Senyawa Identitas : Shogaol.
Struktur Kimia :

Kadar Air : Tidak lebih dari 10%


Abu Total : Tidak lebih dari 7,6%
Abu Tidak Larut Asam : Tidak lebih dari 1,9%
Kandungan Kimia : Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari
Ekstrak 1,60% v/b.
Khasiat : Karminativa, stimulansia, dan diaforetika.

C. CARA PEMBUATAN
1. PEG 4000 dilelehkan pada suhu 80°C pada penangas air.
2. Tambahkan setil alkohol sampai homogen.
3. Tambahkan PEG 400 campur sampai homogen.
4. Setelah dingin ditambahkan ekstrak jahe, aduk sampai homogen.
5. Salep yang telah jadi dimasukan dalam wadah, dan disimpan dalam
tempat terlindung cahaya.

D. EVALUASI SEDIAAN
1. Uji Organoleptis
Uji Organoleptik atau uji indera merupakan cara pengujian
dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk
pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Pengujian organoleptik
mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu, seperti untuk
melihat terjadinya perubahan fasa. Parameter kualitas salep yang baik
adalah bentuk sediaan setengah padat, salep berbau khas ekstrak yang
digunakan dan berwarna seperti ekstrak (Anief, 1997).
2. Uji Kelengketan
Uji kelengketan sangat penting untuk mengevaluasi salep,
dengan uji ini dapat diketahui sejauh mana salep dapat menempel pada
kulit. Sehingga efek terapi yang diharapkan bisa tercapai, salep harus
tidak menghambat fungsi-fungsi fisiologik kulit, basis salep yang
memiliki daya lengket yang terlalu kuat, maka akan menghambat
pernafasan kulit. Namun apabila terlalu lemah, maka efek terapi tidak
akan tercapai (Voigt, 1995: 313). Pengujian ini untuk mengetahui
kekentalan dari ekstrak, ini dapat dilihat dari waktu lepasnya ekstrak
antara objek glas satu dengan yang lain.
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas sediaan salep dilakukan untuk melihat
perpaduan bahan-bahan (basis dan zat aktif) sehingga menjadi bentuk
salep yang homogen. Jika terdapat perbedaan sifat pada basis dan zat
aktif akan terjadi proses penggumpalan sehingga mengakibatkan
bentuk sediaan yang memiliki partikel lebih besar dari sediaan
(Lachman, 1994).
Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengamati hasil
pengolesan salep pada plat kaca. Salep yang homogen ditandai dengan
tidak terdapatnya gumpalan pada hasil pengolesan sampai titik akhir
pengolesan. Salep yang diuji diambil dari tiga tempat yaitu bagian atas,
tengah dan bawah dari wadah salep (Depkes, 1996).
4. Uji Pengukuran pH
Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan pH meter.
Pengukuran pH dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
sifat dari salep dalam mengiritasi kulit. Kulit normal berkisar antara
pH 4,5-6,5. Nilai pH yang melampaui 7 dikhawatirkan dapat
menyebabkan iritasi kulit (Ghozali, 2009).
Pengukuran nilai pH menggunakan alat bantu stik pH atau
dengan menggunakan kertas kertas pH universal yang dicelupkan ke
dalam 0,5 gram salep yang telah diencerkan dengan 5ml aquadest.
Nilai pH salep yang baik adalah 4,5-6,5 atau sesuai dengan nilai pH
kulit manusia (Tranggono dan Latifa, 2007).
5. Uji Daya Sebar
Pengujian daya sebar tiap sediaan dengan variasi tipe basis
dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan menyebar pada kulit,
dimana suatu basis salep sebaiknya memiliki daya sebar yang baik
untuk menjamin pemberian obat yang memuaskan. Perbedaan daya
sebar sangat berpengaruh terhadap kecepatan difusi zat aktif dalam
melewati membran. Semakin luas membran tempat sediaan menyebar
maka koefisien difusi makin besar yang mengakibatkan difusi obat pun
semakin meningkat, sehingga semakin besar daya sebar suatu sediaan
maka semakin baik (Hasyim, 2012).
Sebanyak 0,5 gram setiap diletakkan diatas kaca bulat yang
berdiameter 15cm, kaca lainnya diletakkan diatasnya dan dibiarkan
selama 15 menit, kaca lainnya diletakkan diatasnya selama 1menit.
Diameter sebar salep diukur. Setelahnya ditambahkan 100 gram beban
tambahan dan didiamkan selama1menit lalu diukur diameter yang
konstan (Astuti, et al, 2010). Sediaan salep yang nyaman digunakan
memiliki daya sebar 5-7cm (Grag et al., 2002).
6. Uji Konsistensi
Uji konsistensi merupakan suatu cara untuk menentukan sifat
berulang, seperti sifat lunak dari setiap jenis salep; agar salep mudah
dikeluarkan dari tube dan mudah dioleskan. Melalui sebuah angka
ukur untuk memperoleh konsistensi dapat digunakan alat metode
penetrometer (Voight, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L. V. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe
R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor). London: Pharmaceutical
Press and American Pharmacists Assosiation.
Anief, M. (1997). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Jakarta :
DepKes RI.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III . Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Garg, A., D. Aggarwal, S. Garg, and A. K. Sigla. (2002). Spreading of Semisolid
Formulation: An Update. Pharmaceutical Tecnology.
Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: UNDIP.
Hasyim, N., K.L.Pare,I. Junaid, A. Kurniati. (2012). Formulasi dan uji Efektivitas
Gel Luka Bakar Ekstrak Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata L.) pada
Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Majalah Farmasi dan Farmakologi.
Hembing 1996, Tanaman Berkhasiat Obat, Jakarta: jilid ke 1 cetakan 5
pustaka kartini
Lachman. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri (Terjemahan) Jilid II.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Soedirman, I, dkk. (2009). Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Dan Iritasi
Primer Ekstrak Etanol Jahe Merah (Zingiber officinale Roxb). Pharmacy.
06(01): 45-57.
Tranggono, R.I., dan F. Latifah. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia.
Voight, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi (Terjemahan) Noerono .S,
Edisi V. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.

Anda mungkin juga menyukai