Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FARMAKOLOGI KEBIDANAN

“ ANALGESIK “

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4 DIV KEBIDANAN TK. 4
1. Nera Marensa
2. Melanda Puspita Aidi
3. Pinky Cindi Cindora
4. Rahmi Sundari

DOSEN PENGAMPUH : Resva Meinisasti, M.Farm, Apt

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIV KEBIDANAN
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,
membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh. Obat ialah suatu
bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuh-
kan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada
manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian
badan manusia termasuk obat tradisional.
Analgetik adalah suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk mengurangi
rasa sakit atau nyeri. Nyeri timbul akibat oleh berbagai rangsangan pada tubuh
misalnya rangsangan mekanis, kimiawi dan fisis sehingga menimbulkan
kerusakan pada jaringan yang memicu pelepasan mediator nyeri seperti bradikinin
dan prostaglandin yang akhirnya mengaktivasi reseptor nyeri di saraf perifer dan
diteruskan ke otak. Secara umum analgetik dibagi dalam dua golongan, yaitu
analgetik non narkotik dan analgetik narkotik (opioid).
Di Amerika Serikat di laporkan lebih dari 100.000 kasus per tahun yang
menghubungi pusat informasi keracunan, 56.000 kasus datang ke unit gawat
darurat, 26.000 kasus memerlukan perawatan intensif di rumah sakit. Pada
umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik. Bagi para
pengguna mungkin memerlukan bantuan dalam mengkonsumsi obat yang sesuai
dengan dosisi-dosis obat. Penggunaan Obat Analgetik Narkotik atau Obat
Analgesik ini mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa
berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek
menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik atau Analgesik ini tidak
mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian analgesik?
2. Apa fungsi dan kegunaan analgesik?
3. Bagaimana aturan pakai analgesik?
4. Bagaimana cara menyimpan analgesik?
5. Apa macam-macam analgesik?
6. Apa saja jenis-jenis, merk dagang, serta dosis analgesik?
7. Bagaimana efek samping analgesik?
8. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian obat analgesik?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari obat analgesik
2. Untuk mengetahui fungsi dan kegunaan analgesik
3. Untuk mengetahui aturan pakai analgesik
4. Untuk mengetahui cara menyimpan analgesik
5. Untuk mengetahui macam – macam analgesik
6. Untuk mengetahui jenis-jenis, merk dagang, serta dosis analgesic
7. Untuk mengetahui efek samping analgesik yang mungkin terjadi
8. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian analgesik

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Analgesik
Analgesik adalah istilah yang digunakan untuk mewakili
sekelompok obat yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang
digunakan sebagai pereda nyeri. Analgesik termasuk obat anti-inflamasi
nonsteroid (OAINS) seperti salisilat, obat narkotika seperti morfin, dan
obat sintesis bersifat narkotik seperti tramadol.
OAINS seperti aspirin, naproksen, dan ibuprofen tidak hanya
mereda nyeri , obat-obat ini juga bisa menurunkan demam dan panas.
Analgesik bersifat narkotik seperti opioid dan opidium bisa menekan
sistem saraf pusat dan mengubah persepsi terhadap nyeri (noisepsi). Obat
jenis ini lebih kuat dalam mengurangi nyeri dibanding OAINS.
Analgesik seringkali digunakan dalam bentuk kombinasi, misalnya
parasetamol dan kodein dijumpai di dalam obat penahan sakit (tanpa
resep). Kombinasi obat ini juga turut dijumpai bersama obat pemvasocerut
seperti pseudoefedrin untuk obat sinus, atau obat antihistamin untuk alergi.
Analgesik adalah obat untuk menghilangkan rasa sakit akibat
radang sendi,operasi cedera,sakit gigi,sakit kepala,kram menstruasi,dan
nyeri otot.
Sangat sulit mengukur nyeri,karena derajat nyeri yang dialami
seseorang tidak hanya bergantung pada stimulas dan persepsinya,tetapi
juga pada interpretasi yang bersangkutan.penggunaan substansi analgesik
untuk menghilangkan nyeri telah diketahui sekurang-kurangnya sejak
masa Hippocrates.Analgesik adalah obat yang menghilangkan rasa
sakit.Antipiretik adalah obat yang mencegah atau menghilangkan demam.
Analgesik dibagi dalam dua kelompok utama,yaitu analgesik
lemah atau ringan dan analgesik kuat.Analgesik lemah mempengaruhi
produksi substansi penyebab nyeri pada tempat luka,meliputi aspirin dan
salisit,parasetamol,nonsteroidal antiiinflammatory dragus(NSAID),dan
opiat lemah (kodein dan dekstropropoksifen). (Tambayong,jan 2014).
Meskipun demikian, nyeri merupakan suatu perasaan subjektif
yang tidak nyaman sehingga seseorang cenderung untuk mengkonsumsi
obat penghilang nyeri yang biasa disebut dengan obat analgesik untuk
mengurangi dan menghilangkan nyeri tersebut. Pada artikel kali ini kita
akan membahas mengenai pengertian analgetik, golongan obat analgetik,
beserta macam - macam obat analgesik.
Analgesik merupakan istilah medis yang digunakan untuk
golongan obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran, jadi analgetik adalah obat penghilang nyeri.
Secara umum analgesik dapat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu
analgesik non-opioid dan analgesik opioid.

2. Fungsi dan Kegunaan Analgetik


Analgesik adalah obat untuk menghilangkan rasa sakit akibat
radang sendi, operasi, cedera, sakit gigi, sakit kepala, kram menstruasi,
dan nyeri otot. Kesemua jenis obat pereda nyeri tersebut memiliki cara
kerja yang berbeda-beda. Secara umum, golongan opium bertugas untuk
mengurangi sinyal rasa sakit yang dihantarkan oleh otak dan sistem saraf
terhadap area tubuh sasaran. Sementara paracetamol bekerja mengubah
respon tubuh terhadap rasa sakit tersebut. NSAID berperan menghambat
perkembangan rasa sakit di dalam tubuh.

3. Aturan Pakai Analgesik


Analgesik ditelan lewat mulut (diminum) sesuai anjuran dokter
atau sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan. Penggunaan dosis dan
lama waktu konsumsi obat ditentukan berdasarkan kondisi medis dan
respon tubuh terhadap perawatan.
Jangan gunakan obat ini terlalu banyak, sedikit, lebih lama dari
yang disarankan. Konsultasikan ke dokter untuk informasi lebih lanjut.

4. Cara menyimpan Analgesik


Analgesik paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari
sinar matahari langsung dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di
kamar mandi. Jangan dibekukan. Merek lain dari obat ini mungkin
memiliki aturan penyimpanan yang berbeda. Perhatikan instruksi
penyimpanan pada kemasan produk atau tanyakan pada apoteker Anda.
Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan
peliharaan.
Jangan menyiram obat-obatan ke dalam toilet atau ke saluran
pembuangan kecuali bila diinstruksikan. Buang produk ini bila masa
berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi. Konsultasikan
kepada apoteker atau perusahaan pembuangan limbah lokal mengenai
bagaimana cara aman membuang produk Anda.
5. Macam-macam Analgesik
Ada berbagai jenis obat analgesik. Misalnya golongan
opioid (opium) seperti Oxycontin (oxycodone), Dolophine atau Methadose
(methadone), Dilaudid (hydromorphone), Demerol (meperidine),
Duragesic atau Actiq (fentanyl), dan Kadian atau Ms Contin (morfin).
Obat-obatan analgesik kuat ini hanya bisa digunakan dengan menebus
resep dokter. Penakaran dosisnya pun diatur sangat ketat.
Selanjutnya ada paracetamol (acetaminophen), aspirin
(acetylsalicylic acid), serta golongan obat antiinflamasi non-steroid
(NSAID), seperti Advil (ibuprofen), Aleve (naproxen), Celebrex
(celecoxib), dan lainnya. Analgesik kelompok ini bisa diperoleh secara
bebas tanpa harus menebus resep dokter.
a) Obat Analgesik non-opioid atau non-narkotik
Merupakan jenis obat analgesik yang paling umum digunakan.
Obat analgesik golongan ini sering dikenal dengan istilah Analgetik
Perifer, karena mekanisme kerja dari obat golongan ini yang bekerja
pada reseptor nyeri yang berada di daerah yang sekitar nyeri, tidak
memberikan pengaruh pada sistem susunan saraf pusat sehingga obat
golongan ini cenderung tidak menurunkan tingkat kesadaran, dan juga
tidak mengakibatkan efek ketagihan pada penggunanya. Macam-
macam obat analgesik non-opioid yaitu :
1) Paracetamol/acetaminophen
Merupakan devirat para amino fenol. Paracetamol
banyak digunakan untuk mengatasi nyeri yang sifatnya
ringan hingga sedang seperti pada saat luka ringan, sakit
kepala, dan nyeri otot.
Selain sebagai analgesik paracetamol juga dapat
digunakan untuk menurunakan demam atau antipiretik,
namun paracetamol kurang memiliki efek anti radang atau
inflamasi sehingga tidak efektif digunakan untuk mengatasi
nyeri yang disebabkan oleh peradangan seperti pada nyeri
rematik.
Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai
analgesik dan antipiretik pada saat ini telah menggantikan
penggunaan salisilat atau aspirin. parasetamol adalah salah
satu contoh obat analgetik.
2) Obat anti-inflamasi non steroid (NSAID)
Merupakan obat yang dapat digunakan untuk
mengurangi peradangan. Sehingga dapat mengurangi nyeri
yang disebabkan oleh peradangan seperti pada rematik
tulang maupun rematik sendi. NSAID juga dapat digunakan
untuk mengatasi nyeri yang sifatnya ringan hingga sedang,
efek analgesiknya muncul dengan cepat.
Pada saat sekarang terdapat lebih dari 20 macam
tipe NSAID yang berbeda. NSAID sebaiknya tidak
digunakan berlebihan karena dapat menimbulkan efek
samping berupa nyeri lambung hingga pendarahan pada
lambung. Contoh obat analgesik NSAID ini antara lain
Ibuprofen, Aspirin, Asam mefenamat, Dikofenak,
Ketorolak, Meloxicam, Indometasin, dan lain-lain. Namun
hanya Ibuprofen, Asam mefenamat dan Aspirin yang paling
banyak digunakan.

b) Obat Analgesik opioid atau narkotik


Sesuai dengan namanya analgesik opioid merupakan golongan
obat analgesik yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau narkotik.
Opioid disebut juga analgesik sentral karena kerjanya yang
mempengaruhi sistem saraf pusat. Golongan obat ini umumnya
digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri yang
sifatnya sedang hingga berat seperti pada kedaan fractur atau patah
tulang dan kanker.
Beberapa efek samping yang umum dari opioid adalah mual
muntah, konstipasi, mengantuk, pusing, penurunan konsentrasi,
kebingungan, dan penurunan pada kemampuan bernafas. Macam -
macam obat analgesik opioid yang sering digunakan yaitu Codein,
Tramadol, Morfin, Metadon, Fentanil.
Opioid dapat menimbulkan efek samping yang lebih banyak
dibandingkan analgesik non opioid bahkan dapat menyebabkan
ketergantungan dan kecanduan sehingga obat - obat golongan ini tidak
dijual bebas, hanya tersedia melalui peresepan dan dalam pengawasan
yang ketat oleh dokter.
Penggunaan obat-obatan golongan analgesik di atas dapat
dikombinasikan sesama atau antar golongan, hal ini disesuaikan
dengan tingkat nyeri yang dialami oleh pasien.

6. Jenis-jenis, Merek Dagang, Serta Dosis Analgetik


a) Paracetamol
Merek dagang Paracetamol: Biogesic, Eterfix, Fevrin, Kamolas,
Naprex, Ottopan, Panadol, Pehamol, Pyrexin, Sanmol, Tamoliv,
Cetapain, Farmadol, Ikacetamol, Moretic, Nofebril, Pamol, Praxion,
Pyridol, Sumagesic, Tempra.

 Kondisi: Demam dan nyeri ringan hingga sedang


Dewasa: 500-1000 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah
4000 mg per hari.
Anak-anak (dosis maksimal adalah 4 kali sehari)
3-<6 bulan: 60 mg.
6 bulan-<2 tahun: 120 mg.
2-<4 tahun: 180 mg.
4-<6 tahun: 240 mg.
6-<8 tahun: 240-250 mg.
8-<10 tahun: 360-375 mg.
10-<12 tahun: 480-500 mg.
12-16 tahun: 480-750 mg.

 Kondisi: Demam dan nyeri ringan hingga sedang (Obat


rektal)
Anak-anak (Diberikan setiap 4-6 jam sekali, atau 4 kali sehari
sesuai kondisi)
3 bulan - <1 tahun: 60-125 mg.
1-<5 tahun: 125-250 mg.
5-12 tahun: 250-500 mg

 Kondisi: Demam pasca imunisasi (obat oral atau rektal)


Anak-anak (2-3 bulan): 60 mg sekali sehari. Jika diperlukan,
dosis kedua dapat diberikan setelah 4-6 jam berikutnya

Analgetik-antipiretik jenis Obat Antiinflamasi Non Steroid (OAINS)

a) Ibuprofen
Merek dagang Ibuprofen: Arfen, Brufen, Farsifen, Iprox, Proris,
Prosinal, Spedifen, Arthrifen, Bufect, Farsifen, Ostarin, Prosic,
Rhelafen, Yariven

 Kondisi: Demam
Dewasa: 200-400 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1200
mg per hari, atau 2400 mg per hari dalam pengawasan dokter.
Anak-anak (6 bulan-12 tahun): 10 mg/kgBB per kali pemberian,
2-3 kali sehari. Dosis maksimal adalah 40 mg/kgBB per hari.

 Kondisi: Nyeri ringan hingga sedang


Dewasa: 200-400 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1200
mg per hari, atau 2400 mg per hari dalam pengawasan dokter.
Anak-anak: 4-10 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 2-3 kali
sehari.

 Kondisi: Juvenile rheumatoid arthritis


Anak-anak: 30-40 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 3-4 kali
sehari. Dosis maksimal adalah 2400 mg per hari.

 Kondisi: Osteoarthritis dan rheumatoid arthritis


Dewasa: 400-800 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 3200
mg per hari.
 Kondisi: Nyeri haid
Dewasa: 200-400 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1200
mg per hari, atau 2400 mg dalam pengawasan dokter

b) Naproxen
Merek dagang Naproxen: Xenifar

 Kondisi: Nyeri haid, nyeri sendi dan otot


Dewasa: diawali 500 mg, kemudian 250 mg tiap 6-8 jam. Dosis
maksimal adalah 1100 mg per hari.

 Kondisi: Nyeri sendi akibat penyakit asam urat


Dewasa: Dosis awal adalah 750 mg, dan dilanjutkan dengan 250
mg per 8 jam.

 Kondisi: Juvenile idiopathic arthritis


Anak-anak >5 tahun: 10 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 2 kali
jadwal konsumsi

c) Ketoprofen
Merek dagang Ketoprofen: Altofen, Lantiflam, Nazovel, Pronalges,
Rhetoflam, Kaltrofen, Nasaflam, Profika, Remapro, Profenid

 Kondisi: Nyeri dan peradangan


Dewasa: 25-50 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 300 mg
per hari.

 Kondisi: Nyeri dan peradangan (Obat rektal)


Dewasa: 100 mg setiap malam, atau 2 kali sehari. Dosis maksimal
bersamaan dengan obat oral adalah 200 mg per hari.

 Kondisi: Pereda nyeri (Obat topikal)


Dewasa: Oleskan gel kandungan 2,5% ke bagian yang nyeri, 2-4
kali sehari selama 10 hari.

d) Etodolac
Merek dagang Etodolac: Lonene

 Kondisi: Pereda nyeri


Dewasa: 200-400mg, 2-3 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1000
mg per hari.

 Kondisi: Osteoarthritis dan rheumatoid arthritis


Dewasa: 600-1000 mg per hari dengan pembagian dosis sesuai
respon tubuh

e) Diclofenac
Merek dagang Diclofenac: Diclofenac potassium, X-flam, Neo
rheumacyl anti inflamation, Erphafalm, Exaflam, Diklovit, Cataflam,
Mezac 50, Aclonac, Gratheos, Klotaren, Potaflam 50, Flamar,
Voltadex, Kadiflam, Raost, Dicloflam, Flazen, Neuralgin rhema,
Neurofenac, Nichoflam, Zelona, Laflanac, Voltados 50, Volten,
Galtaren, Fenavel, Fenaren, Kaflam, Voren, Renadinac, Voltaren,
Genflam 50, Divoltar, Miracloven, Imoren, Megatic, Scanaflam,
Scantaren 50, Flamigra, Samcofenac 50, Natrium diklofenak, Aclonac,
Xepathritis, Eflagen, Potazen, Matsunaflam 50, Kemoren 50, Nilaren,
Difelin, Scantaren gel Prostanac 50, Nadifen, Merflam, Inflam 50,
Voltaflam, Anuva, Atranac, Bufaflam, Proklaf, Deflamat, Flamenac,
Kaditic 50, Valto forte, Elithris 50, Catanac, Yariflam, Voltasic, Zegren
50, Voren

 Kondisi: Migrain
Dewasa: 50 mg saat terjadi serangan, dan 50 mg setelah 2 jam.
Jika diperlukan, dosis dapat diulang setiap 4-6 jam. Dosis
maksimal adalah 200 mg per hari.

 Kondisi: Nyeri sendi dan nyeri haid


Dewasa: 75-150 mg per hari, dengan dosis yang dibagi sesuai
kondisi pasien. Dosis maksimal adalah 150 mg per hari.
 Kondisi: Nyeri sendi dan nyeri haid (Obat Rektal)
Dewasa: 100 mg sekali sehari.

 Kondisi: Actinic keratosis (Obat topikal)


Dewasa: Oleskan gel kandungan 3% pada kulit, 2-3 kali sehari
selama 60-90 hari.

 Kondisi: Osteoarthritis (Obat topikal)


Dewasa: Oleskan gel kandungan 1% pada daerah yang nyeri, 4
kali sehari. Dosis maksimal adalah 32 g per hari.

 Kondisi: Nyeri dan peradangan (Obat topikal)


Dewasa: Oleskan gel kandungan 1% di daerah yang nyeri, 3-4 kali
sehari.

 Kondisi: Peradangan pasca operasi mata (Obat tetes mata)


Dewasa: Teteskan 1 tetes obat kandungan 0,1%, 4 kali sehari,
setelah 24 jam pasca operasi, selama 28 hari.

 Kondisi: Nyeri dan peradangan pasca operasi mata juling


(Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan 1 tetes obat kandungan 0,1%, 1-4 kali sehari
pada minggu pertama, 3 kali sehari pada minggu kedua, 2 kali
sehari pada minggu ketiga, dan bila masih diperlukan pada minggu
keempat.

 Kondisi: Nyeri dan peradangan pasca operasi kornea radial


keratotomy (Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 1 tetes sebelum operasi
dan 1 tetes langsung setelah operasi. Lanjutkan dengan
penggunaan 1 tetes, 4 kali sehari, selama 2 hari.

 Kondisi: Nyeri pasca trauma (Obat tetes mata)


Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 1 tetes 4 kali sehari,
selama 2 hari.
 Kondisi: Pengobatan peradangan pasca argon laser
trabeculoplasty (Obat tetes mata)

Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 4 kali 1 tetes selama 2


jam sebelum prosedur, dan 1 tetes empat kali sehari selama 7 hari
setelahnya.

 Kondisi: Persiapan intra-operative miosis (Obat tetes mata)


Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 4 kali 1 tetes selama 2
jam sebelum operasi.

 Kondisi: Nyeri pasca tindakan photorefractive keratectomy


(Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 2 kali 1 tetes selama 1
jam sebelum tindakan dan 2 kali 1 tetes setiap 5 menit setelah
tindakan. Lanjutkan dengan meneteskan setiap 2-5 jam selama 24
jam pasca tindakan

f) Piroxicam
Merek dagang Piroxicam: Ovtelis, Novaxicam, Piroxicam,
Feldene, Selmatic, Fleroxi, Xicalom, Faxiden, Artimatic 20, Rheficam,
Denicam, Scandene, Tropidene, Roxidene 20, Licofel, Lexicam,
Counterpain PXM, Lanareuma, Wiros, Kifadene, Pirofel, Omeretik,
Triadene 20, Maxicam, Miradene, Infeld, Rosic, Benoxicam 20,
Feldco, Grazeo 10, Grazeo 20, Samrox 20, Rexil, Yasiden, Campain,
Rodene 20

 Kondisi: Ankylosing spondylitis, Osteoarthritis,


Rheumatoid arthritis
Dewasa: 20 mg sekali sehari, atau dibagi jika diperlukan.

 Kondisi: Nyeri dan peradangan (Obat topikal)


Dewasa: Oleskan gel 0,5% pada area yang terasa nyeri, 3-4 kali
sehari.
g) Nabumetone
Merek dagang Nabumetone: Goflex

 Kondisi: Nyeri dan peradangan

Dewasa: 1000 mg setiap malam, dengan dosis tambahan 500-1000


mg yang dapat diberikan pada pagi hari jika diperlukan. Dosis
maksimal adalah 2000 mg per hari, dibagi dalam 1-2 kali
konsumsi. Pasien dengan berat badan dibawah 50 kg dan lansia
disarankan mengonsumsi maksimal 1000 mg per hari

h) Meloxicam
Merek dagang Meloxicam: Meloxicam, Cameloc, Flamoxi,
Genxicam, Melogra, Artrilox, Hufaxicam, Nulox forte, Oxcam, Melet,
Relox, Flasicox 15, Melocid, Ostelox, Loxil, Melicam, Hexcam,
Nucoxi 7.5, Loximei, Denilox, Arimed, Futamel, Mecox, Mexpharm,
Movi-cox, Moxam, X-cam, Rhemacox, Mixlocon, Mobiflex, Mevilox,
Meloxin, Moxam, Artocox, Movix

 Kondisi: Osteoarthritis
Dewasa: 7,5 mg sekali sehari, dengan dosis maksimal 15 mg per
hari.

 Kondisi: Rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis


Dewasa: 15 mg sekali sehari.
Lansia: 7,5 mg sehari, untuk jangka panjang.

 Kondisi: Juvenile rheumatoid arthritis


Anak (2 tahun ke atas): 0,125 mg/kgBB sekali sehari, dengan
dosis maksimal 7,5 mg per hari

i) Ketorolac
Merek dagang Ketorolac: Ketorolac, Torasic, Redupain, Metopain,
Toramine, Trolac, Ketoflam, Rindopain, Erphapain, Scelto, Ketosic,
Etofion, Lactopain, Lactor, Quapain, Ketopain, Ketrobat 30, K-pain,
Matolac, Xevolac, Dolac, Rativol, Teranol, Latorec, Lactorec 30,
Ropain, Farpain, Rolac, Erphain, Acular, Remopain, Lantipain, Latrol,
Ketrobat, Torgesic, Quapain, Rindopain, Topidol

 Kondisi: Nyeri pasca operasi

Dewasa: 20 mg pada konsumsi awal, dilanjutkan dengan 10mg


setiap 4-6 jam. Dosis maksimal adalah 40 mg per hari, selama 5
hari.
Lansia: 10 mg pada konsumsi awal, dilanjutkan dengan 10 mg
setiap 4-6 jam. Dosis maksimal adalah 40 mg per hari.

 Kondisi: Gatal akibat konjungtivitis alergi (Obat tetes mata)


Dewasa: Teteskan 1 tetes obat 0.5% pada mata yang mengalami
peradangan, 4 kali sehari.

 Kondisi: Pasca operasi katarak (Obat tetes mata)


Dewasa: Teteskan 1 tetes obat 0.5%, 4 kali sehari selama 24 jam
pasca operasi, dapat diteruskan hingga 1-2 minggu setelahnya.

j) Asam mefenamat
Merek dagang Asam menefamat: Allogon, Datan, Femisic,
Maxstan, Pehastan, Ponstan, Tropistan, Asimat, Dogesic, Lapistan,
Mefinal, Poncofen, Solasic

 Kondisi: Nyeri sedang hingga berat, sakit gigi, nyeri pasca


operasi, rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan nyeri haid.

Dewasa: 500 mg, 3 kali sehari.

Anak-anak usia > 6: 25 mg/kgBB per hari

Bagi yang membutuhkan penanganan dengan menggunakan obat-


obatan analgetik-antipiretik dalam bentuk suntik, dosis akan disesuaikan
oleh dokter di klinik atau rumah sakit sesuai kondisi pasien.
7. Efek samping analgesik yang mungkin terjadi

Ada beberapa kemungkian efek samping dari penggunaan obat ini.


Hentikan penggunaan obat ini dan segera konsultasikan dengan dokter jika
Anda mengalami satu atau lebih efek samping berikut ini:

 Sakit perut

 Sakit kepala

 Kulit mudah memar

 Telinga berdenging

 Mual

 Muntah

 Kelelahan parah

 Urin berwarna gelap

 Mata dan kulit menguning

 Diare

 Sembelit

Efek samping ini tidak selalu terjadi pada semua orang. Mungkin ada
beberapa efek samping yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda khawatir
dengan kemungkinan efek samping yang timbul, silakan konsultasikan
lebih lanjut dengan dokter atau apoteker Anda.

8. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian obat


analgetik
Untuk penggunaan obat jenis analgetik-antipiretik, konsultasikan
terlebih dahulu kepada dokter apabila:
a) Memiliki riwayat penyakit atau rentan mengalami sakit maag,
tukak lambung, asma, dehidrasi, hipertensi, gagal jantung, gangguan
ginjal, gangguan hati, dan hemofilia.

b) Memiliki alergi pada obat atau zat tertentu.

c) Akan memberikan obat ini kepada lansia atau anak-anak.

d) Akan menjalani tindakan operasi atau perawatan gigi.

e) Kecanduan alkohol.

f) Sedang mengonsumsi obat-obatan, seperti kortikosteroid,


phenylbutazone, phenytoin, spironolactone, antikoagulan,
methotrexate, obat untuk diabetes, antasida, dan asam valproat.

g) Sedang hamil dan menyusui. Paracetamol merupakan pilihan


pertama untuk dikonsumsi saat kehamilan, dibandingkan obat
golongan analgetik-antipiretik lainnya. Untuk ibu menyusui,
paracetamol dan ibuprofen dianggap aman terhadap bayi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Analgetik yaitu obat anti nyeri. Mekanisame kerja menghambat sintase PGS
di tempat yang sakit/trauma jaringan.
2. Karakteristik :
a. Hanya efektif untuk menyembuhkan sakit
b. Tidak narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira
c. Tidak mempengaruhi pernapasan
d. Gunanya untuk nyeri sedang, contohnya: sakit gigi

3. Macam - macam Analgetik :


a. Analgetik Opioid/analgetik narkotika
b. Obat Analgetik Non-narkotik

B. Saran
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan
pembahasannya dikarenakan oleh pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu
untuk kesempernuan makalah ini kami sangat membutuhkan saran-saran dan
masukan yang bersifat membangun kepada semua pembaca. Sebaiknya
gunakanlah obat sesuai anjuran dokter, dan pergunakan lah obat tersebut sesuai
dengan penyakit yang diderita , jangan menggunakan obat kurang atau melebihi
batasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Banister, Claire. 2006. Pedoman obat : buku saku bidan. Jakarta – EGC.

Tambayong, Jan. 2002. Farmakologi Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran :


EGC. Jakarta.
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik buku 2. Jakarta : Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai