PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Vitamin dan mineral adalah bagian yang penting dari makanan sehat. Bila seseorang
mengkonsumsi berbagai variasi makanan, maka kemungkinan untuk mengalami
kekurangan vitamin dan mineral adalah sangat kecil. Orang-orang yang menjalani diet
ketat mungkin tidak mendapatkan cukup vitamin atau mineral tertentu. Contohnya
seorang vegetarian yang sangat ketat bisa mengalami kekurangan vitamin B12, yang
hanya bisa diperoleh dari makanan yang berasal dari hewan. Sebaliknya, mengkonsumsi
sejumlah besar vitamin dan mineral tambahan tanpa pengawasan medis, dapat
menimbulkan efek yang berbahaya.
Semua orang tua pastilah tahu mengenai manfaat atau peran aneka vitamin dan
mineral bagi tubuh, terutama untuk pertumbuhan dan sistem pertahanan tubuh. Unsur-
unsur penting tersebut banyak terkandung dalam berbagai bahan makanan yang mudah
ditemui sehari-hari.
Menurut berbagai hasil penelitian ilmiah, aneka vitamin dan mineral ini memberi
efek nyata dalam melindungi sel-sel tubuh, terutama sel-sel otak dari berbagai penyebab
kerusakan yang akan menurunkan fungsi-fungsinya. Akan tetapi, tentu saja perlu
diperhatikan agar asupan unsur-unsur tersebut tidak berlebihan. Mungkin belum banyak
yang tahu, dampak buruk dari kelebihan vitamin dan mineral.
1.2. Identifikasi Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Vitamin larut air disimpan dalam tubuh hanya dalam jumlah terbatas dan
sisanya dibuang, sehingga untuk mempertahankan saturasi jaringan vitamin larut air
perlu sering dikonsumsi. Meskipun demikian, pemberian vitamin larut air dalam
jumlah berlebihan selain merupakan pemborosan, juga mungkin menimbulkan efek
yang tidak diinginkan. Sebaliknya vitamin larut lemak dapat disimpan dalam jumlah
banyak, sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas jauh lebih besar daripada vitamin
larut air.
2
Mineral dalam tubuh dibedakan atas mineral yang terdapat dalam jumlah relatif
banyak (kalsium, fosfor, magnesium, kalium, natrium, klorida, sulfur) dan trace
elements (fluor, seng, selenium, iodium, besi, kromium, kobalt, tembaga, mangan,
molibdenum).
Di lndonesia sejak tahun 1978 setiap 5 tahun sekali secara nasional dibuat
angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan yang disebarluaskan melalui Widya
Karya Nasional Pangan dan Gizi. Dalam menentukan kecukupan gizi yang dianjurkan
telah diperhitungkan faktor variasi kebutuhan individual. Angka tersebut adalah angka
kebutuhan rata-rata ditambah 2 kali simpang baku. Dengan demikian angka kecukupan
yang dianjurkan merupakan jumlah yang dibutuhkan oleh 97,5 % populasi. Untuk
vitamin dan mineral AKG sudah mencakup pula untuk cadangan zal gizi tersebut di
dalam tubuh. AKG didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing
kelompok umur dan jenis kelamin. Patokan berat badan didasarkan pada berat badan
yang mewakili sebagian besar penduduk yang digolongkan mempunyai derajat
kesehatan optimal.
3
Angka kecukupan berbagai zat gizi rata-rata yang dianjurkan hasil Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi 1993 tertera pada Tabel 49-1
a. Penggunaan vitamin dalam jumlah besar, baik untuk tujuan pencegahan maupun
pengobatan penyakit yang tidak jelas berhubungan dengan defisiensi vitamin;
b. Penggunaan vitamin secara rutin dengan jumlah yang jauh melebihi AKG karena
adanya anggapan bahwa vitamin dapat memberikan tambahan energi dan
membuat seseorang lebih sehat; dan
c. Banyaknya sediaan yang mengandung satu macam vitamin atau beberapa macam
vilamin (multivitamin) dalam jumlah yang besar yang dinyatakan sebagai
suplementasi makanan dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Sediaan multivitamin
seringkali diperlukan untuk pengobatan karena defisiensi vitamin seringkali
bersilat multipel, tetapi sediaan ini seyogyanya dibedakan dengan sediaan
multivitamin untuk suplementasi/profilaksis. Sediaan multivitamin untuk
pengobatan penyakit defsiensi mengandung vitamin dalam jumlah lebih besar
dan hanya boleh diberikan oleh dokter.
4
mengandung 50-150% U.S.RDA (kecuali untuk vitamin D dan asam folat yang tidak
boleh melebihi U.S. RDA). Sediaan ini mungkin diperlukan selama kebutuhan
meningkat (misalnya masa hamil dan laktasi), selama sakit di mana terdapat gangguan
absorpsi makanan, dan pada pasien yang makanannya kurang baik. Selama masa hamil
dan laktasi, sediaan multivitamin yang diberikan sebaiknya mengandung asam folat,
sianokobalamin dan besi, karena zat-zat tersebut mungkin tidak cukup didapatkan dari
makanan. Tambahan vitamin D tidak diperlukan bila pajanan terhadap sinar matahari
sudah cukup atau bila diet normal.
Asupan Vitamin yang Kurang. Asupan vitamin yang kurang dapat terjadi
sebagai akibat:
Asupan makanan yang tidak mencukupi dapat disebabkan oleh anoreksia, diet
rendah kalori, diet khusus misalnya pada diabetes melitus dan nilai gizi makanan yang
rendah karena keadaan ekonomi atau kurangnya pengetahuan mengenai nilai gizi
makanan. Gangguan absorpsi vitamin dapat terjadi misalnya pada penyakit hati dan
saluran empedu, diare kronik, macam-macam gangguan sistem pencernaan dan pada
penggunaan antibiotik jangka lama. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan vitamin terjadi
selama masa pertumbuhan, hamil, laktasi, haid, kerja fisik yang berat, stres dan pada
penyakit yang disertai peningkatan metabolisme, misalnya hipertiroidisme dan demam,
Selain itu kelainan genetik juga dapat meningkatkan kebutuhan tubuh akan vitamin.
Tambahan vitamin diperlukan pada keadaan-keadaan tersebut di atas untuk mencegah
terjadinya defisiensi vitamin.
Vitamin larut air terdiri dari vitamin B kompleks dan vitamin C. Vitamin B
kompleks mencakup sejumlah vitamin dengan rumus kimia dan efek biologik yang
sangat berbeda yang digolongkan bersama karena dapat diperoleh dari sumber yang
sama, antara lain hati dan ragi. yang termasuk dalam golongan vitamin ini ialah :
tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), asam nikotinat (niasin), piridoksin (vitamin
B6), asam pantotenat, biotin, kolin, inositol, asam paraamino benzoat, asam folat dan
sianokobalamin (vitamin B12). Asam paraamino benzoat (PABA) merupakan bahan unluk
5
sintesis asam folat, tetapi ini hanya terjadi pada bakteri. Manusia memperoleh asam
folat langsung dari makanan, sehingga PABA tidak esensial untuk manusia atau
mamalia pada umumnya. Vitamin C (asam askorbat) terutama didapatkan pada buah
jeruk.
Flavonoid (misalnya rutin dan hesperidin) juga merupakan senyawa larut air
dan semula dinyatakan mempunyai aktivitas sebagai vitamin yang bermanfaat untuk
beberapa jenis penyakit perdarahan. Ternyata hal ini tidak jelas terbukti. Pangamic
acid dan letril yang dipromosikan sebagai "Vitamin B15" dan "Vitamin B17" sebetulnya
tidak memperlihatkan aktivitas vitamin, dan juga bukan merupakan makanan. Kedua
senyawa tersebut bersifat toksik. Pangamic acid atau asam pangamat mungkin bersifat
mutagenik sedangkan letril mengandung sianida sebanyak 6% sehingga dapat
menyebabkan keracunan sianida menahun dan kematian.
2.2.1.1 Tiamin
Sejarah. Sejak akhir abad ke 19 telah diketahui bahwa insiden penyakit beri-
beri dapat diturunkan dengan suatu perubahan diet. Kemudian Eijkman, seorang dokter
dari Jawa menyatakan bahwa penyakit beri-beri dapat disembuhkan dengan pemberian
bekatul beras. Ternyata vitamin inijuga ditemukan dalam ragi, sayur- mayur, kacang-
kacangan, susu, kuning telur dan hati.
Farmakodinamik Dan Fisiologi. Pada dosis kecil atau dosis terapi tiamin tidak
memperlihatkan elek farmakodinamik yang nyata. Pada pemberian IV secara cepat
dapat terjadi efek langsung pada pembuluh darah periler berupa vasodilatasi ringan,
disertai penurunan tekanan darah yang bersifat sementara. Meskipun tiamin berperan
dalam metabolisme karbohidrat, pemberian dosis besar tidak mempengaruhi kadar gula
6
darah. Dosis toksik pada hewan coba adalah 125-350 mg/kgBB secara lV dan kira-kira
40 kalinya untuk pemberian oral. Pada manusia reaksi toksik setelah pemberian
parenteral biasanya terjadi karena reaksi alergi.
Tiamin pirofosfat adalah bentuk aktil tiamin yang berfungsi sebagai koenzim
dalam karboksilasi asam piruvat dan asam ketoglutarat. Peningkatan kadar asam piruvat
dalam darah merupakan salah satu landa defisiensi tiamin.
Efek Samping. Tiamin tidak menimbulkan efek toksik bila diberikan per oral
dan bila kelebihan tiamin cepat diekskresi melalui urin. Meskipun jarang reaksi
anafilaktoid dapat terjadi setelah pemberian IV dosis besar pada penderita yang
sensitif, dan beberapa di antaranya bersifat fatal.
Sediaan dan Indikasi. Tiamin HCl (vitamin B1, aneurin HCI) tersedia dalam
bentuk tablet 5-500 mg, larutan steril 100-200 mg untuk penggunaan parenteral, dan
eliksir mengandung 2-25 mg tiamin tiap ml.
a. neuritis alkoholik yang terjadi karena sumber kalori hanya alkohol saja;
b. wanita hamil yang kurang gizi; atau
c. penderita emesis gravidarum.
Pada trigeminal neuralgia, neuritis yang menyettai anemia, penyakit infeksi dan
pema- kaian obat tertentu, pemberian tiamin kadang-kadang dapat memberikan
perbaikan. Tiamin juga digunakan untuk pengobatan penyakit jantung dan gangguan
saluran cerna yang dasarnya defisiensi tiamin.
2.2.1.2 Riboflavin
Sejarah dan Kimia. Riboflavin (vitamin B2) dikenal pertama kali pada tahun
1879 sebagai suatu zal berwarna kuning yang terdapat dalam susu, dan dinamakan
laktokrom. Ternyata zatyang sama ditemukan juga dalam daging, hati, ragi, telur dan
berbagai sayuran, dan selanjutnya disebut sebagai flavin. Oleh peneliti di lnggris
disebut vitamin B2 setelah faktor antiberi-beri dinamakan vitamin B1. Nama riboflavin
diberikan karena adanya ribosa dalam rumus kimianya seperli terlihat pada gambar di
bawah ini :
Dalam badan riboflavin diubah menjadi koenzim riboflavin fosfat atau flavin
mononukleotida (FMN) dan flavin adenosin dinukleotida (FAD), melalui reaksi berikut:
8
Farmakodinamik. Pemberian riboflavin baik secara oral maupun parenteral
tidak memberikan efek farmakodinamik yang jelas.
Defisiensi Riboflavin. Keadaan ini ditandai dengan gejala sakit tenggorok dan
radang di sudut mulut (stomatitis angularis), keilosis, glositis, lidah berwarna merah dan
licin. Timbul dermatitis seboroik di muka, anggota gerak dan seluruh badan. Gejala-
gejala pada mata adalah fotofobia, lakrimasi, gatal dan panas. Pada pemeriksaan
tampak vaskularisasi kornea dan katarak. Anemia yang menyertai defisiensi riboflavin
biasanya bersifat normokrom normositer.
Sejarah dan Kimia. Asam nikotinat atau niasin dikenal juga sebagai laktor PP
(pellagra preven- tive), karena dapat mencegah penyakit pelagra pada manusia atau
penyakit lidah hitam pada hewan. Sumber alami vitamin ini adalah hati, ragi dan
daging. Rumus bangun asam nikotinat dapat dilihat di bawah ini:
9
Asam nikotinat merupakan suatu vasodilator yang terutama bekerja pada
blushing area yaitu di muka dan leher. Kemerahan di tempat tersebut dapat
berlangsung sampai dua jam disertai rasa panas dan gatal. Pada dosis besar asam
nikolinat dapat menurunkan kadar kolesterol dan asam lemak bebas dalam darah.
Kedua efek ini tidak diperlihatkan oleh niasinamid.
Efek samping umumnya timbul pada dosis besar yang dapat menurunkan
toleransi terhadap glukosa sampai terjadi hiperglikemia. Selain itu terjadi kenaikan
kadar asam urat dalam darah, gangguan lungsi hati, gangguan lambung berupa mual
sampai muntah serta peningkatan motilitas usus. Reaksi anafilatik dilaporkan terjadi
pada pennberian secara IV.
Sediaan Dan Posologi. Tablet niasin mengandung 25-750 mg. Sediaan untuk
injeksi mengandung 50 atau 100 mg niasin/ml. Tablel niasinamid 50-1000 mg, dan
larutan untuk injeksi umumnya mengandung 100 mg/ml. Untuk pengobatan pelagra
pada keadaan akut dianjurkan dosis oral 50 mg diberikan sampai 10 kali sehari, atau
25 mg niasin 2-3 kali sehari secara intravena. Hasil terapi umumnya sangat drarnatis,
dalam 24 jam gejala pada kulit dan mulut dapat hilang, rasa mual dan diare juga
segera teratasi.
2.2.1.4 Piridoksin
Sejarah dan Kimia. Piridoksin yang oleh Biroh dan kawan-kawan dinamakan
vitamin B6 diketemukan kira-kira 40 tahun yang lalu. Kekurangan vitamin ini dapat
menyebabkan timbulnya dermatitis pada hewan percobaan. Sumbernya adalah ragi, biji-
bijian (gandum, jagung dan lain-lain) dan hati. Dalam alam vitamin initerdapat dalam
tiga bentuk yaitu piridoksin yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, serta piridoksal dan
piridoksamin yang terutama berasal dari hewan. Ketiga bentuk piridoksin tersebut
dalam tubuh diubah menjadi piridoksalfoslat.
10
Farmakodinamlk Dan Fisiologi. Pemberian piridoksin secara oral dan
parenteral tidak menunjukkan efek farmakodinamik yang nyala. Dosis sangat besar
yaitu 3-4 g/kgBB menyebabkan kejang dan kematian pada hewan coba, letapi dosis
kurang dari ini umumnya tidak menimbulkan elek yang jelas. Piridoksal fosfat dalam
tubuh merupakan koenzim yang berperan penting dalam metabolisme berbagai asam
amino, di anlaranya dekarboksilasi, transaminasi, dan rasemisasi triptolan, asam-asam
amino yang bersullur dan asam amino hidroksida.
Sediaan Dan indikasi. Piridoksin tersedia sebagai tablet piridoksin HCI 10-100
mg dan sebagai larutan steril 100 mg/ml piridoksin HCI untuk injeksi.
Selain untuk mencegah dan mengobati deli- siensi vitamin B6, vitamin inijuga
diberikan bersama vitamin B lainnya atau sebagai multivitamin untuk pencegahan dan
pengobatan delisiensi vitamin B kompleks. lndikasi lain untuk mencegah atau
11
mengobati neuritis perifer oleh obat misalnya isoniazid, sikloserin, hidralazin,
penisilamin yang bekerja sebagai antagonis piridoksin dan/atau meningkatkan
ekskresinya melalui urin. Piridoksin dapat diberikan secara profilaksis sejumlah 300%-
500% AKG selama terapi dengan antagonis piridoksin. Pemberiannya pada wanita
yang menggunakan kontrasepsi oral yang mengandung estrogen juga dibenarkan, karena
kemungkinan terjadinya def isiensi piridoksin pada wanita-wanita tersebut. Piridoksin
juga dila- porkan dapat memperbaiki gejala keilosis, derma- titis seboroik, glositis dan
stomatitis yang tidak memberikan respons terhadap tiamin, ribollavin dan niasin serta
dapat mengurangi gejala-gejala yang menyertai tegangan prahaid (premenstrrual tension).
Piridoksin diindikasikan untuk anemia yang responsif terhadap piridoksin yang biasanya
sideroblastik dan mungkin disebabkan kelainan genetik, Sebaliknya pemakaian
piridoksin hendaknya dihindarkan pada penderita yang mendapat levodopa.
Sejarah dan Kimia. Asam pantotenat dikenal sejak tahun 1933 sebagai suatu
zat yang esensial untuk pertumbuhan ragi. Selanjutnya diteliti bahwa suatu dermatitis
akibat defisiensi suatu faktor pada makanan hewan coba ternyata dapat disembuhkan
dengan ekstrak hati. Ternyata zat antidermatitis tersebut adalah asam pantotenat
dengan rumus bangun sebagai berikut:
Farmakodinamik. Pada hewan coba asam pan- totenat tidak menyebabkan efek
farmakodinamik yang penting dan bersifat nontoksik. Delisiensinya pada manusia belum
dikenal, letapi dapat ditimbul- kan dengan memberikan diet yang mengandung antagonis
asam pantotenat yaitu omega-metil asam pantotenat. Sindroma yang teriadi berupa:
kelelahan, rasa lemah, gangguan saluran cerna, gangguan otot berupa kejang pada
ekstremitas dan parestesia.
Kebutuhan sehari. Kebutuhan manusia akan asam pantotenat sehari adalah 5-10
mg.
12
Farmakokinetik. Pada pemberian oral, pantotenat akan diabsorpsi dengan baik
dan didistribusi ke seluruh tubuh dengan kadar 2-45 mcg/g. Dalam tubuh tidak
dimetabolisme, dan diekskresi dalam bentuk utuh 70 % melaluiurin dan 30 %
melaluitinia.
2.2.1.6 Biotin
Biotin dikenal juga sebagai vitamin H (Haut) yang berarti kulit, karena dianggap
dapat melindungi tubuh terhadap suatu sindrom yang disebut egg white iniury Sindrom
ini timbul pada hewan coba yang hanya mendapat putih telur (agg white) mentah
sebagai dietnya dengan geiala berupa gangguan neuromuskular, darmatitis hebat dan
rambut rontok.
Dalam tubuh biotin berfungsi sebagai koenzim pada berbagai reaksi karboksilasi.
Jumlah biotin yang diperlukan sehari berkisar antara 150-300 µg, dan sumbernya
terutama kuning telur, hati, dan ragi. Penggunaan biotin dalam terapi belum jelas.
2.2.1.7 Kolin
Efek farmakologi kolin mirip dengan asetilkolin tetapidengan potensi lebih kecil.
Kebutuhan tubuh akan kolin sehari-hari belum dapat ditentukan, tetapi dalam makanan
sehari-hari rata-rata terdapat 500-900 mg. Penggunaan per oral cukup aman dengan
LD50 200-400 g.
Defisiensi kolin baru timbul bila pemasukan kolin dan protein termasuk
metionin dibatasi. Gejala yang timbul berupa kenaikan kadar lemak dalam hati dan
sirosis hepatis, kelainan ginjal degeneratif. Pada kulit limbul kelainan, juga pada otot
terjadi kelemahan dan distrofi.
13
Penggunaan kolin terutama sebagai zat lipotropik dalam pengobatan penyakit
hati seperti sirosis hepatis, hepatitis. Akan tetapi, efektivitasnya diragukan.
Sediaan yang digunakan berupa kolin, kolin bitartrat, kolin dehidrogen sitrat dan
kolin klorida.
2.2.1.8 Inositol
Gejala defisiensi inositol yang terlihat pada hewan coba adalah gangguan
pertumbuhan, alopesia dan gangguan laktasi.
Sejarah Dan Kimia. Defisiensi vitamin C yang dinamakan skorbut alau scurvy
telah dikenal semenjak tahun 1720. Diketahui pula bahwa penyakit tersebut dapat
dicegah dengan pemberian sayur- mayur alau buah-buahan segar terutama golongan
jeruk yang lernyata mengandung vitamin C, Asam askorbat mula-mula dikenal sebagai
asam heksuronat dengan rumus C6H8O6. Karena berkhasiat antiskorbut maka dinamakan
asam askorbat atau vitamin C dengan rumus bangun berikut ini:
14
Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzin dan pada keadaan tertentu merupakan
reduktor dan antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung
memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan ion-ion logam tereduksi, dan
bekerja sebagai kofaktor untuk prolin dan lisin hidroksilase dalam biosintesis kolagen.
Zat ini berbentuk kristal dan bubuk putih kekuningan, stabil pada keadaan kering.
Dalam bentuk larutan di wadah terbuka, zat ini cepat rusak.
Pada jaringan fungsi utama vitamin C ialah dalam sintesis kolagen, proteoglikan
dan lain zat organik matriks antarsel misalnya pada tulang, gigi, endotel kapiler. Dalam
sintesis kolagen selain berperan dalam hidroksilasi prolin vitamin C juga nampaknya
berperan untuk menstimulasi langsung sintesis peptida kolagen. Pada penderita skorbut
gangguan siniesis kolagen terlihat sebagai kesulitan penyembuhan luka, gangguan
pembentukan gigi dan pecahnya kapiler yang menyebabkan perdarahan seperti petekie
dan ekimosis. Perdarahan tersebut disebabkan oleh kebocoran kapiler akibat adhesi sel-
sel endotel yang kurang baik dan mungkin juga karena gangguan pada jaringan ikat
perikapiler sehingga kapiler mudah pecah oleh penekanan.
15
Defisiensi vitamin C. Gejala awal hipovitaminosis C adalah malaise, mudah
ltrsinggung, gangguan emosi, artralgia, hiperkeratosis folikel rambut, perdarahan hidung
dan petekie. Skorbut terlihat bila kadar vitamin C pada leukosit dan trombosit < 2
mg/dl dan ini terjadi setelah mendapat diet yang tidak mengandung vitamin C selama
3-5 bulan. Orang tua, alkoholisme, penderita penyakit menahun sangat peka terhadap
timbulnya skorbut. Gangguan terlihat pada sebagian besar jaringan terutama yang
berasal dari mesodermal seperti kolagen, tulang yang sedang tumbuh dan pembuluh
darah. Pada tulang yang sedang tumbuh dapat terjadi gangguan pertumbuhan,
pembengkakan pada ujung tulang panjang akibat perdarahan subperiosteum serta
osteoporosis pada orang dewasa. Gigi geligi mengalami resorpsi dan. atroli dentin serta
terjadi gangguan pada alveoli gigi yang mengakibatkan gigi mudah lepas. Gusi
melunak, mudah berdarah dan membengkak hingga menutupi bagian gigi. Gangguan
pada dinding pembuluh darah mengakibatkan iragilitas pembuluh darah meningkat,
sehingga trauma ringan mudah rnenimbulkan perdarahan kulit, otot, gusi dan tulang.
Anemia normositik atau makrositik (sebabnya dapat multifaktorial) sering didapatkan.
Bila skorbut tidak diobati dapat terjadi kejang, koma dan kematian,
Efek Samping. Vitamin C dengan dosis lebih dari 1 g/hari dapat menyebabkan
diare. Hal ini terjadi karena efek iritasi langsung pada mukosa usus yang
mengakibatkan peningkatan peristaltik. Efek iritasi juga dapat menyebabkan uretritis
nonspesilik terutama pada uretra distal. Dosis besar tersebut juga meningkatkan bahaya
terbentuknya batu ginjal, karena sebagian vitamin C dimetabolisme dan diekskresi
sebagai oksalat. Penggunaan kronik vitamin C dosis sangat besar dapat menyebabkan
16
ketergantungan, dimana penurunan mendadak kadar vitamin C dapat menimbulkan
rebound scutvy. Hal ini dapat dihindari dengan mengurangi asupan vitamin C secara
bertahap. Vitamin C mega dosis parenteral dapat menyebabkan oksalosis yang meluas,
aritmia jantung, dan kerusakan ginjal berat.
Sediaan. Vitamin C terdapat dalam berbagai preparat baik dalam bentuk tablet
yang mengandung 50-1500 mg maupun dalam bentuk larutan. Kebanyakan sediaan
multivitamin mengandung vitamin C. Untuk sediaan suntik didapatkan larutan yang
mengandung vitamin C 100-500 mg. Air jeruk mengandung vitamin C yang tinggi
sehingga dapat digunakan untuk terapi menggantikan sediaan vitamin C.
Kalsium askorbat dan natrium askorbat didapatkan dalam bentuk tablet dan
bubuk untuk penggunaan per oral.
2.3.1 Vitamin A
Vitamin A terutama terdapat pada mentega, telur, hati dan daging, dan terdapat
dalam beberapa bentuk misalnya retinol (vitamin Ar) dan 3-dehidro- retinol (vitamin
A2). Asam retinoat (tretinoin, isotretinoin) merupakan hasil oksidasi group alkohol dari
retinol.
Vitamin A dapat juga berasal dari karoten yang merupakan pigmen tumbuh-
tumbuhan, Karoten, yang disebut juga provitamin A, banyak terdapat pada sayuran
berwarna hijau atau kuning dan buah- buahan seperti pada wortel, pepaya, tomat.
Terdapat beberapa jenis karoten yaitu karoten alfa, beta dan gama, dan bentuk yang
paling aktif ialah beta karoten. Hanya 113 karoten diubah menjadi vitamin A pada
dinding usus halus.
Retinol (vitamin A1) memegang peranan penting pada kesempurnaan fungsi dan
sruktur sel epitel, karena retinol berperan dalam diferensiasi sel dan proliferasi epitel.
Dengan adanya retinol sel epitel basalis distimulasi untuk memproduksi mukus.
Kelebihan retinol akan menyebabkan pembentukan mukus yang berlebihan dan
menghambat keratinisasi. Bila tidak ada retinol, sel goblet mukosa hilang dan terjadi
atrofi epitel yang diikuti oleh proliferasi sel basal yang berlebihan. Sel-sel baru yang
18
terbentuk ini merupakan epitel berkeratin dan menggantikan epitel yang mensekresi
mukus. Penekanan sekresi mukus menyebabkan mudah terjadi iritasi dan inleksi.
19
Pada orang dewasa sehat terdapat persediaan vitamin A, sehingga gejala
defisiensi baru timbul 2 atau 3 tahun setelah orang tersebul tidak mendapat vitamin A
dalam dietnya. Gejala yang paling dini dan paling mudah dikenal ialah buta senja,
Defisiensi lebih berat menyebabkan gangguan pada mata yang berupa xeroftalmia,
timbulnya bercak Bitot, keratomalasia, dan akhirnya kebutaan.
20
Farmakokinetik. Vitamin A diabsorpsi sempurna melalui saluran cerna dan
kadarnya dalam plasma mencapai puncak setelah 4 jam, tetapi absorpsi dosis besar
vitamin A kurang efisien. Gangguan absorpsi lemak akan menyebabkan gangguan
absorpsi vitamin A, maka pada keadaan ini dapat digunakan sediaan vitamin A yang
larut dalam air. Absorpsi vitamin A berkurang bila diet kurang mengandung protein,
atau pada penyakit infeksi tertentu, dan pada penyakit hati seperti hepatitis, sirosis
hati atau obstruksi biliaris. Berkurangnya absorpsi vitamin A pada penyakit hati
berbanding lurus dengan derajat insufisiensi hati. Sebelum diabsorpsi, sebagian retinol
akan mengalami hidrolisis dan reesterilikasi terutama menjadi palmitat, sedangkan
sebagian lain akan langsung diabsorpsi.
Dalam darah retinol terutama diikat oleh α1-globulin yang disebut Retinol
Binding Protein (RBP). RBP dalam sirkulasi membentuk kompleks dengan protein
prealbumin, sehingga liltrasi vitamin A melaluiginjaldapat dicegah dan jumlah vitamin
A berlebihan yang moncapai organ terbatas. Vitamin A terutama disimpan di dalann
hati sebagai palmitat, dalam jumlah kecil ditemukan juga diginjal, adrenal, paru, lemak
intraperitoneal dan retina. Vitamin A sukar melalui sawar uri dan jumlahnya dalam
ASI sangat bergantung pada jumlah diet si ibu. Metabolis vitamin A diekskresi melalui
urin dan tinja.
Kadar normal vitamin A dalam plasma ialah 100-230 unit/100 ml. Selama
cadangan vitamin A di hati cukup, kadar normal akan dipertahankan. Bila terjadi
penurunan kadar vitamin A berarti persedia- an vitamin A dalam hati sudah berkurang.
Gejala defisiensi vitamin A timbul bila kadar plasma di bawah 10-20 µg/100 ml. (0,3
µg-1 unit).
Absorpsi karoten tidak sebaik dan semudah absorpsi vitamin A. Proses ini juga
tergantung dari adanya empedu dan lemak yang diabsorpsi. Di dinding usus halus
karoten diubah menjadi vitamin A. Satu molekul B-karoten akan diubah menjadi 2
molekul retinal, sedangkan satu molekul alfa dan B-karoten masing-masing hanya
diubah menjadi satu molekul retinal. Sebagian besar retinal direduk- si menjadi retinol
untuk selanjutnya mengalami esterifikasi, sedangkan sebagian kecil retinal dioksidasi
menjadi asam retinoat.
21
biliaris, sirosis hati, setelah gastrektomi total dan pada penyakit inleksi yang disertai
peningkatan ekskresi vitamin A mela- lui urin seperti pada nelritis menahun. Untuk
suplementasi makanan umumnya diperlukan vitamin A 5000 unit.
Buta senja yang disebabkan defisiensi vitamin A memberikan respons yang baik
terhadap vitamin A, tetapi keadaan defisiensi lebih lanjut ternyata sulit diobati. Hasil.
penelitian pada anak lndonesia (dibagian llmu Kesehatan Anak FKUI), menunjukkan
bahwa gejala defisiensi vitamin A dapat diatasi dengan pemberian vitamin A secara
suntikan sebanyak 100.000 unil untuk satu kali pemberian dan dilanjutkan dengan
pemberian oral. Tambahan suntikan 20,000 unit tiap minggu dapat dianiurkan.
Meskipun pada saat ini sedang diteliti kemungkinan manfaat vitamin A untuk
mencegah tumor kulit, kandung kemih, payudara dan lain jaringan epitel, penggunaan
vitamin A secara rutin untuk prolilaktik kanker tidak dianjurkan mengingat
toksisitasnya.
Interaksi. Jika tidak ada indikasi yang spesifik, dosis besar vitamin A
sebaiknya dihindarkan pada pasien yang mendapat pengobatan antikoagulan. Pada
beberapa pasien terlihat peningkatan respons hipoprotrombinemik terhadap warlarin
yang diberikan bersama vitamin A dosis besar (25.000 IU/hari).
22
IU/hari hanya dapat diberikan pada pasien defisiensi berat. Peng- gunaan oral lebih
baik daripada parenteral, tetapi pemberian secara IM mungkin diperlukan unluk (1)
terapi jangka pendek bila absorpsi sangat tergang- gu; (2) adanya gangguan mata; atau
(3) bila penggunaan secara oral tidak memungkinkan.
Dosis pada defisiensi berat. Pemberian IM pada orang dewasa dan anak
berusia lebih dari 8 tahun: 50.000 - 100.000 IU/hari selama 3 hari diikuti dengan
50.000 IU/hari untuk 2 minggu. Pada anak 1- 8 tahun diberikan dosis 5000 - 15.000
lU/hari untuk 10 hari dan bayi 5000 - 10,000 IU/hari untuk 10 hari.
Dosis oral pada orang dewasa dan anak lebih dari 8 tahun ialah 100.000
IU/hari selama 3 hari di- ikuti dengan 50.000 IU/hari selama 2 minggu, dilanjutkan
dengan 10.000-20.000 IU/hari untuk 2 bulan. Dosis suplementasi tergantung makanan
dan tidak melebihiAKG.
Tretinoin, untuk penggunaan topikal dalam bentuk larutan 0,05%, krem 0,025-
0,1%, gel 0,025- 0,01%. Sediaan ini bersilat iritatil menyebabkan penglupasan kulit dan
digunakan untuk pengobatan akne dan lain penyakit kulit.
2.3.2 Vitamin D
Sejarah Dan Kimia. Vitamin D, senyawa yang larut dalam lemak, terbukti
berguna untuk mencegah dan mengobati rakitis yaitu penyakit yang banyak terdapat
pada anak, terutama di daerah yang kurang mendapat sinar matahari. Pada tahun 1920
Mellanby dan Huldschinsky mendapatkan bahwa rakitis dapat dicegah ataupun diobati
dengan minyak ikan atau dgngan sinar matahari yang cukup. Ternyata slerol yang
terdapat pada hewan ataupun tumbuh-tumbuhan merupakan provitamin D yang dengan
penyinaran ultraviolet akan diubah menjadi vitamin D.
23
mempertahankan kadar kalsium dan Fosfat plasma yang penting untuk mineralisasi
tulang dan untuk mempertahankan lungsi normal neuromuskular serta lungsi lain yang
bergantung pada kalsium.
Selain oleh vitamin D, pengaturan kadar kalsium plasma dipengaruhi juga oleh
hormon paratiroid (HPT) dan kalsitonin. HPT berefek meningkatkan absorpsi kalsium
dari usus halus, mempercepat transfer kalsium dari tulang dan meningkatkan reabsorpsi
kalsium oleh ginjal, sedangkan kalsitonin menurunkan kadar ion kalsium plasma. HPT
disekresi bila kadar ion kalsium menurun, sebaliknya kalsitonin dirangsang sekresinya
bila kadar ion kalsium plasma meningkat. Turunnya kadar ion kalsium disebabkan
terutama oleh berkurangnya resorpsi kalsium dari tulang.
Peran vitamin D pada pengaturan ekskresi kalsium dan fosfat oleh ginjal masih
belum jelas. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa elek langsung dari dosis
fisiologik ialah meningkatkan reabsorpsi kalsium dan fosfat di tubuli proksimal.
24
Mobilisasi kalsium dari tulang menyebabkan osteoporosis lokal atau umum yang terlihat
pada pemeriksaan radiologik. Perubahan yang khas ialah terdapatnya peningkatan kadar
kalsium dan nitrogen nonprotein plasma. Asupan vitamin D yang berlebihan pada ibu
hamil dihubungkan dengan timbulnya stenosis aorta supravalvular kongenital
nonfamilial pada fetus yang dilahirkan. Selain ilu, hiperkalsemia pada ibu hamil dapat
menekan lungsi paratiroid bayi yang dilahirkan, sehingga dapat menimbulkan
hipokalsemia dan tetani.
Kebutuhan Sehari. Bayi memerlukan 400 unit/ hari. Jumlah tersebut juga
diperkirakan cukup untuk anak, orang dewasa, pada masa hamil dan laktasi.
Ekskresi vitamin D terutama melalui empedu dan dalam jumlah kecil ditemukan
dalam urin. Pada pasien yang mendapat antikonvulsi misalnya fenitoin dan fenobarbital
untuk jangka lama didapatkan insidens rakitis dan osteomalasiayang tinggi meskipun
kadar 1,25 DHCC pada pasien yang mengalaminya tetap normal. Selanjutnya beberapa
peneliti mendapatkan bahwa terapi antikonvulsi menyebabkan target organ menjadi
lebih resisten terhadap vitamin D sehingga absorpsi kalsium melalui usus halus dan
resorpsi tulang berkurang. Hal inilah yang menjadi penyebab terjadinya rakitis dan
osteomalasia pada pasien tersebut di atas.
25
D3, yang pada dosis besar lebih efektif daripada vitamin D dalam mobilisasi kalsium
tulang. Jumlah vitamin D yang dikandung pada sediaan bervariasi antara 200-1.000
IU.
Rakitis. Dosis vitamin D 1.000 unit per hari akan mengembalikan kadar
kalsium dan fosfat plasma menjadi normal setelah kurang lebih 10 hari, sedangkan
hasil pemeriksaan radiologik akan menunjukkan penyembuhan dalam waktu 3 minggu.
Untuk mempercepat penyembuhan kadang-kadang digunakan dosis 3.000-4.000 unit per
hari. Pada keadaan tertentu diperlukan dosis besar yaitu 20.000- 60.000 unit per hari
untuk rakitis metabolik yang vitamin D dependent; 50.000-200.000 unit per hari untuk
rakitis yang resisten terhadap vitamin D; dan 20.000-200.000 unit per hari untuk
osteodistrofi ginjal.
Tetani infantil. Gejala penyakit ini paling cepat diatasi dengan pemberian
kalsium, sedangkan pemberian vitamin D berguna untuk menjamin absorpsi kalsium
yang cukup.
2.3.3 Vitamin E
Pada tahun 1922 Evans dan Bishop menyatakan bahwa tikus betina
membutuhkan bahan makanan penting untuk mempertahankan kehamilan. Kekurangan
zat tersebut dapat menyebabkan kematian dan resorpsi janin, sedangkan pada tikus
26
jantan dapat menyebabkan sterilitas. Karena itu dahulu vitamin E disebut juga vitamin
antisterilitas, tetapi kemudian ternyata bahwa defisiensi vitamin E menimbulkan efek
yang lebih luas.
Vitamin E antara lain didapatkan pada telur, susu, daging, buah-buahan, kacang-
kacangan dan sayur-sayuran misalnya selada dan bayam. Terdapat 8 jenis tokoferol
alam yang mempunyai aktivitas vitamin E. Alla-tokoferol merupakan bentuk yang
paling penting karena merupakan 90% dari tokoferol yang berasal dari hewan dengan
aktivitas biologik yang paling besar. Bentuk d-lebih aktif dari bentuk I. Struktur α-
tokoferol hampir sama dengan koenzim Q yang terdapat di dalam jaringan tubuh.
Tokoferol bersilat antioksidasi dan akan rusak bila terkena udara atau sinar ultraviolet.
27
Kebutuhan Sehari. Pada orang lndonesia kebutuhan ini belum diketahui.
Diperkirakan asupan 10-30 mg vitamin E cukup untuk mempertahankan kadar normal
di dalam darah. Kebutuhan vitamin E umumnya sudah dipenuhi oleh makanan sehari-
hari. Diet yang kaya akan asam lemak tidak jenuh akan meningkatkan kebutuhan
vitamin E per hari. Akan tetapi makanan yang mengandung asam lemak tidak jenuh
misalnya margarin, minyak sayur juga kaya akan vitamin E. Diet yang mengandung
antioksidan, selenium dan asam amino yang mengandung sulfur akan mengurangi
kebutuhan vita min E. Kebutuhan vitamin E mungkin meningkat bila lingkungan kaya
oksigen atau pada penderita yang mendapat terapi sediaan besi atau mendapat dosis
besar hormon tiroid. Lesi kulit, perubahan hematologik dan edema terjadi pada bayi
prematur yang mendapat makanan/susu formula yang kaya asam lemak tak jenuh dan
rendah vitamin E; defisiensi vitamin E dapat diperberat oleh suplementasi besi dosis
besar. Penyembuhan terjadi bila diberikan α-tokoferol 25-50 mg/hari atau pengurangan
suplementasi besi dan jumlah asam lemak tak jenuh.
28
Beberapa penelitian melaporkan adanya respons yang baik terhadap α-tokoferol
pada anemia megaloblastik makrositer yang terdapat pada anak PCM, anemia hemolitik
pada bayi prematur, anemia hemolitik pada sindrom akantositosis dan anemia hemolitik
pada sindrom malabsorpsi yang ditandai oleh steatore. Untuk anemia hemolitik pada
bayi prematur, digunakan dosis 200-800 mg α-tokoferol asetat/hari, dan untuk anemia
hemolitik pada sindrom akantositosis digunakan dosis 100 mg/hari α-tokoferol asetat
secara parenteral.
2.3.5 Vitamin K
Tahun 1929 Dam mendapatkan perdarahan spontan pada ayam dengan diet yang
tidak sempurna. Selanjutnya ternyata perdarahan tersebut dapat diatasi dengan
memberikan suatu zat yang larut dalam lemak yang diberi nama vitamin K
(koagulation vitamin).
Menadion bersilat iritatif pada kulit dan saluran napas. Larutan menadion dapat
menyebabkan kulit melepuh. Pada bayi terutama bayi prematur, menadion dan
derivatnya dapat menyebabkan anemia hemolitik, hiperbilirubinemia dan ikterus.
Menadion juga menimbulkan hemolisis pada penderita yang eritrositnya kurang
mengandung glukosa-6-fosfat- dehidrogenase. Pada penderita dengan penyakit hati yang
berat,pemberian dosis besar filokuinon atau menadion dapat lebih memperberat
hipoprotrombinemia.
Sediaan Dan Indikasi. Tablet fitonadiort (vitamin K1) 5 mg. Emulsi fitonadion
yang mengandung 2 atau 10 mg/ml, untuk parenteral.
Tablet menadion 2,5; dan 10 mg, Larutan menadion dalam minyak yang
mengandung 2, 10, dan 25 mg/ml, untuk pemakaian IM.
Tablet menadion natrium bisulfit 5 mg. Larutan menadion natrium bisulfit yang
mengandung 5 dan 10 mg/ml, untuk pemakaian parenteral.
Tablet menadiol natrium difosfat 5 mg. Larutan menadiol natrium difosfat yang
mengandung 5 dan 10 mg/ml, untuk pemakaian parenteral.
Pada bayi baru lahir hipoprotrombinemia dapat terjadi terutama karena belum
adanya bakteri yang mensintesis vitamin K di usus dan tidak adanya depot vitamin K.
Karena itu dianjurkan untuk memberikan profilaksis vitamin K secara rutin pada bayi
yang baru dilahirkan. Filokuinon yang rupanya kurang toksik merupakan obat terpilih
unluk tindakan pencegahan tersebut dan diberikan sejumlah 0,5-1 mg IM atau IV
segera setelah bayi dilahirkan. Dosis ini dapat ditambah atau diulangi setelah 1 minggu
bila si ibu mendapat pengobatan antikoagulan atau antikonvulsi, atau bila terdapat
kecenderungan timbulnya perdarahan. Tindakan pencegahan ini dilakukan juga pada
bayi prematur atau bayi aterm yang dilahirkan dengan bantuan forseps atau ekstraksi
vakum, dan diberikan dengan dosis 2,5 mg untuk 3 hari berturut-turut. Untuk
pengobatan perdarahan pada bayi dapat diberikan 1 mg IM atau IV dan bila perlu
dapat diulangi setelah 8 jam.
Pada penyakit hepatoselular, misalnya hepatitis dan sirosis hati, dapat terjadi
hipoprotrombinemia karena sel hati tidak dapat membentuk faktor-faktor pembekuan
darah. Pada keadaan ini pemberian vitamin K biasanya tidak akan memberikan hasil
yang baik, bahkan dosis yang besar pada hepatitis dan sirosis yang berat dapat
memperberat hipoprotrombinemia. Dengan memanfaatkan respons hipoprotrombinemia,
pemberian vitamin K parenteral dapat digunakan untuk membedakan ikterus akibat
obstruksi biliaris atau akibat penyakit hepatoselular.
2.4.1 Kalsium
31
yang menganjurkan asupan sekitar 1,2 g/hari untuk pasien alkoholik, sindrom
malabsorpsi dan pasien-pasien yang mendapat kortikosteroid, isoniazid, tetrasiklin atau
antasid yang mengandung aluminium.
2.4.2 Fosfor
2.4.3 Magnesium
2.4.4 Kalium
Perbedaan kadar kalium (kation utama dalam cairan intrasel) dan natrium
(kation utama dalam cairan ekstrasel) mengatur kepekaan sel, konduksi impuls saraf
dan keseimbangan dan volume cairan tubuh.
Meskipun defisiensi jarang terjadi pada individu yang mendapat makanan yang
cukup, hipokalemia dapat terjadi pada anak-anak yang makanannya tidak mengandung
protein. Penyebab hipokalemia yang paling sering adalah terapi diuretik terutama
tiazid. Lain penyebab hipokalemia adalah diare yang berkepanjangan terutama pada
anak, hiperaldosteronisme, terapi cairan parenteral yang tidak tepat atau tidak
32
mencukupi, penggunaan kortikosteroid atau laksan jangka lama. Aritmia jantung dan
gangguan neuromuskular merupakan akibat hipokalemia yang paling berbahaya.
2.4.5 Natrium
Hipernatremia jarang ditemui pada individu sehat tetapi dapat terjadi setelah
diare atau muntah yang lama terutama pada bayi, pada gangguan ginjal, librosis kistik
atau insulisiensi korteks adrenal, atau pada penggunaan diuretik tiazid. Keringat yang
berlebihan dapat mengakibatkan kehilangan natrium yang banyak dan perlu diganti
dalam bentuk air dan NaCl.
2.4.6 Klorida
2.4.7 Sulfur
Beberapa asam amino, tiamin dan biotin mengandung sulfur. Meskipun sulfur
esensial untuk manusia fungsinya yang tepat selain sebagai komponen tersebut di atas
tidak diketahui. Demikian pula sampai saat ini belum diketahui kebutuhannya per hari.
2.5.1 Fluor
Fluor terdapat pada gigi dan bermanfaat untuk menurunkan insidens karies
dentis terutama pada anak. Selain itu fluor juga membantu retensi kalsium pada tulang.
33
Akan tetapi bukti-bukti yang menunjukkan bahwa suplementasi fluor bermanfaat untuk
mencegah atau memperbaiki penyakit tulang seperti osteoporosis masih kontroversial.
Fluoridasi air minum dengan kadar optimum 0,7-1 ,2 ppm merupakan cara yang
paling efisien dan ekonomis untuk menjamin asupan fluor yang cukup. Dengan
fluoridasi air minum dan penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor maka
prevalensi karies dentis menurun 30% - 60% pada 2O tahun terakhir ini. Suplementasi
fluor hanya dibutuhkan bila kandungan fluor dalam air minum kurang dari 0,7 ppm
dan dosis yang diperlukan tergantung dari kandungan fluor dalam air tersebut (Tabel
4s-2).
Absorpsi Zn dipercepat oleh ligand berat molekul rendah yang berasal dari
pankreas. Kurang lebih 20-30% Zn peroral diabsorpsi terutama pada duodenum dan usus
halus bagian proksimal. Jumlah Zn yang diabsorpsi tergantung pada berbagai faktor
termasuk sumbernya. Zn yang berasal dari hewan umumnya diabsorpsi lebih baik
daripada yang berasal dari tumbuh-lumbuhan. Mungkin hal ini disebabkan oleh adanya
fitat dan serat tumbuhan yang mengikat Zn pada usus sehingga tidak dapat diabsorpsi.
Fosfat, besi, Cu, Pb, kadmium dan kalsium juga menghambat absorpsi Zn. Sebaliknya
absorpsi Zn ditingkatkan pada masa kehamilan, oleh kortikosteroid dan endotoksin.
34
Zn didistribusi ke seluruh tubuh dan kadar ter- tinggi didapatkan pada koroid
mata, spermatozoa, rambut, kuku, tulang dan prostat. Di dalam plasma sebagian besar
Zn terikat pada protein terutama pada albumin, a-2- makroglobulin dan transferin. ASI
mengandung 3 mg/L Zn pada saat setelah melahirkan, tetapi selanjutnya menurun.
Ekskresinya terutama melalui feses sejumlah kurang lebih 2/3 dari asupan Zn.
Hanya sekilar 2% diekskresi melalu urin. Kehilangan Zn dalam jumlah besar dapat
terjadi akibat diare atau keluarnya cairan dari fistula.
Defisiensi Zn dapat terjadi sebagai akibat asupan yang tidak cukup misalnya
pada orang tua, alkoholisme dengan sirosis dan gizi buruk; absorpsi yang kurang
misalnya pada sindrom malabsorpsi, librosis kistik; meningkatnya ekskresi Zn misalnya
pada anemia sickle cell, luka bakar yang luas, fistula yang mengeluarkan cairan; atau
pada pasien dengan gangguan metabolisme bawaan misalnya akrodermatitis enteropatik.
Defisiensi Zn pada ibu hamil mungkin dapat menimbulkan efek teratogenik, karena
malformasi dan gangguan tingkah laku terjadi pada janin hewan coba.
Disfungsi kelamin dan impoten yang terjadi pada pasien penyakit ginjal kadang-
kadang sebagian dapat diatasi dengan pemberian Zn. Selama dialisis ZnCl2 mungkin
dapat ditambahkan pada dialisat dengan jumlah yang cukup (400 Fg/L) untuk
mempertahankan kadar plasma 100-150 mg/dl.
2.5.2 Elenium
35
Bukti yang menunjukkan bahwa selenium merupakan mineral yang penting
untuk manusia terlihat pada penelitian penyakit Keshan yaitu kardiomiopati yang fatal,
yang terjadi pada anak dan wanita muda di Cina. lnsidens penyakit ini ternyata tinggi
pada anak-anak yang hidup di daerah dimana kadar selenium pada makanan utamanya
rendah. Dengan tambahan selenium secara masal maka praktis penyakit tersebut tidak
terjadi. Kardomiopati sejenis juga ditemukan pada beberapa pasien yang mendapat
makanan parenteral jangka panjang, mungkin sekurang-kurangnya sebagian hal ini
disebabkan oleh defisiensi selenium. Akan tetapi masih diperlukan informasi lebih
lanjut mengenai kebutuhannya.
2.5.3 Yodium
Mineral ini dibutuhkan sejumlah 100-300 pg/ hari dan sampai dengan 1 mg/hari
mungkin dapat dikonsumsi dengan aman. Kebutuhan yodium meningkat pada anak
yang sedang tumbuh dan wanita pada masa hamil dan laktasi. Akan tetapi penggunaan
jumlah besar jangka lama selama kehamilan dapat mengakibatkan pembesaran tiroid
neonatus, hipotiroidisme atau kretinisme.
Manifestasi intoksikasi yodium akut terlihat pada kelenjar tiroid, kelenjar saliva,
mata dan dapat menyebabkan edema, demam, konyungtivitis. Edema laring dapat
mengakibatkan obstruksi jalan nafas yang bisa fatal. Reaksi lokal pada saluran cerna
seperti nyeri abdomen, muntah dan diare yang kadang-kadang berdarah dapat terjadi
dan dapat mengakibatkan terjadinya dehidrasi dan syok.
2.5.4 Kromium
36
Kromium trivalen berperan sebagai kompleks kofaktor untuk insulin dan karena
itu berperan pada penggunaan glukosa secara normal di dalam tubuh. Kromium bentuk
organik terdapat pada kompleks dinikotinoglutation pada makanan dan nampaknya
diabsorpsi lebih baik daripada bentuk anorganik.
2.5.5 Mangan
Mineral ini terdapat pada mitokondria sel, terutama pada kelenjar hipolisis, hati,
pankreas,ginjal dan tulang.Mangan mempengaruhi sintesis mukopolisakarida, menstimulasi
sintesis kolesterol hati dan asam lemak, dan merupakan kofaktor banyak enzim seperti
arginase dan alkali fosfatase di hati. Banyak jenis makanan mengandung mangan
dalam jumlah besar. Pada orang dewasa asupan sejumlah 2-5 mg aman dan cukup
jumlahnya. Bila makanan hanya diberikan secara parenteral untuk jangka panjang maka
diperlukan suplementasi mangan.
Pada daerah tambang dan industri dapat terjadi intoksikasi mangan menahun
akibat inhalasi mangan. Gejala Parkinson dapat timbul dan berlanjut, kecuali bila
pajanan dihindarkan. Rigiditas dan distonia dapat diatasi dengan levodopa.
2.5.6 Molibden
Asupan sebesar 10-15 mg/hari disertai dengan gejala seperti pirai, sedangkan
kelebihan ringan mungkin disertai dengan keluarnya Cu secara bermakna melalui urin.
37
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Vitamin merupakan nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh dan
menjalankan fungsinya dengan baik. Berbeda dengan mineral yang tidak mudah rusak,
vitamin mudah rusak dan berubah bentuk jika terkena panas atau asam. Struktur vitamin akan
berubah ketika masuk ke dalam tubuh. Tubuh tidak menyerap vitamin dalam bentuk awal,
melainkan diserap dalam bentuk provitamin (vitamin yang belum aktif). Vitamin memiliki
sifat mudah larut dalam air dan lemak, namun tidak dengan mineral. Fungsi vitamin dalam
tubuh berbeda-beda tergantung jenisnya.
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral
termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk
dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks
dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk).
Vitamin dan mineral dua unsur yang saling kerjasama dalam tubuh untuk memenuhi
kesehatan tubuh. Kekurangan vitamin dan mineral akan menyebabkan kesehatan tubuh
menurun.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini aku harapkan para pembaca dapat mengetahui lebih
banyak lagi tentang vitamin dan mineral guna menambah wawasan untuk pembelajaran.
38
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswarna, S., 1995, Farmakologi dan terapi, edisi IV, 271-288 dan 800-810, Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Dewoto HR 2007. Vitamin dan Mineral. dalam Farmakologi dan Terapi edisi
39